REPUBLIKA.CO.ID, Bukan rahasia lagi bila puasa dapat menyehatkan
tubuh, para dokter pun menyetujui pernyataan itu. Hasil penelitian Dr.
Ebrahim Kazim, dari Trinidad Islamic Academy, dengan menggunakan EEG
(perekam gelombang otak) menunjukkan puasa membuat tidur lebih
berkualitas atau Deep sleep, sehingga berpengaruh pada perbaikan tubuh
dan otak.
Dalam situs resmi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Dr Ir Syopiansyah
Jaya Putra pun mengungkapkan manfaat puasa bagi kesehatan. Ia
mencontohkan, seseorang hanya tidur beberapa jam sebelum sahur,
dibandingkan bila tak berpuasa, namun kondisi itu justru memperlancar
metabolisme tubuh.
Nurlela Fitriana (24) termasuk salah satu orang yang merasa lebih
sehat saat puasa. Meski begitu, ia tak memungkiri, setiap siang perutnya
terasa lapar, membuatnya tergoda ingin membatalkan puasanya, namun
karyawan perusahaan travel ini berusaha meluruskan niat.
"Lapar sekali kalau puasa, tetapi malah lebih semangat bekerja, badan lebih ringan," katanya.
Setiap hari, Lela berangkat kerja dari Bekasi pukul 06.00 WIB, lalu
naik kereta menuju Senayan. Kemudian ia pulang pukul 17.00 dan harus
berdesakan lagi di kereta. Kondisi semacam itu membuatnya sering sakit,
seperti flu, vertigo, bahkan demam, tetapi di bulan Ramadhan, penyakit
tersebut tak muncul.
"Tubuh terasa lebih segar, walau pun lapar, tapi kepala sudah jarang
pusing," ujar perempuan berkerundung ini. Ia percaya, bahwa ada
keajaiban dalam puasa, yang membuat seseorang bisa bertahan mengerjakan
segala aktivitas, walau tak makan dan minum. Bahkan Lela mengaku,
pencernaannya lebih lancar selama berpuasa.
Dokter Yeni Purnamasari dari Layanan Kesehatan Cuuma-Cuma Dompet
Dhuafa (LKC DD) menjelaskan, puasa memang dapat membersihkan segala
racun dalam tubuh seperti kolesterol jahat, lemak jahat, kalori
berlebih, radikal bebas dan lainnya. "Setiap hari kolesterol menumpuk
dalam tubuh, maka ketika organ beristirahat saat puasa, proses
pembersihan atau detoksifikasi terjadi," ungkapnya.
Yeni uga menegaskan, berpuasa terbukti menurunkan risiko penyakit
yang berhubungan dengan pembuluh darah seperti jantung. Hal itu
dikarenakan, organ yang tak bekerja keras saat puasa, berkesempatan
melakukan detoksifikasi secara sempurna, sehingga daya tahan tubuh pun
meningkat.
Berbeda dengan orang yang tak puasa, organ mereka terus bekerja
keras, sehingga proses detosifikasi sulit terjadi Meski begitu, dokter
Yeni menyarankan, untuk tetap mangatur pola makan dan kadar air yang
masuk ke tubuh. "Bila pola makan berantakan saat puasa, maka hasil sehat
dari puasa pun tak bisa dirasakan, akan sama saja," jelasnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar