Selasa, 28 Agustus 2018

*NASIHAT UNTUK KITA "


Sayyidina Ali bin Abi Thalib telah berkata:
*Simpan rahasiamu berdua saja:*
1. Dirimu
2. Allah swt
*Jagalah di dunia ini dua keridhoan:*
1. Ibumu
2. Bapamu
*Mohonlah bantuan ketika susah dengan dua hal:*
1. Sabar
2. Sholat
*Jangan risau dua hal ini:*
1. Rezeki
2. Ajal
*Kerana keduanya berada di bawah kekuasaan Allah swt.*
*Dua hal yg tak perlu diingati selamanya:*
1. Kebaikanmu terhadap orang lain.
2. Kesalahan orang lain terhadapmu.
*Dua hal yang jangan dilupakan selamanya:*
1. Allah swt
2. Alam Akhirat
*Selalu dekat dengan 4 orang ini:*
1. Ibumu.
2. Ayahmu.
3. Saudara lelakimu.
4. Saudara perempuanmu.
*Empat orang ini janganlah kamu kasar kepada mereka:*
1. Yatim
2. Miskin
3. Fakir
4. Orang Sakit
*Empat hal yang memperindah dirimu :*
1. Sabar
2. Tabah
3. Tinggi ilmu
4. Dermawan
*Empat orang yang hendaknya kamu dekati:*
1. Orang yg Ikhlas
2. Orang yg setia
3. Orang yg dermawan
4. Orang yg jujur
*Empat orang yg hendaknya jangan kamu jadikan teman:*
1. Tukang bohong
2. Tukang curi/rasuah
3. Tukang hasut
4. Tukang adu domba
*Empat orang ini jangan sampai kamu tahan kedermawananmu terhadap mereka:*
1. Isterimu
2. anak2 mu
3. Keluargamu
4. Sahabatmu
*Empat hal yang hendaknya kamu kurangi:*
1. Makan
2. Tidur
3. Malas
4. Bicara berlebih2an/gosip
*Empat hal yang jangan kamu putus :*
1. Sholat.
2. Qur'an.
3. Zikir.
4. Silaturrahimi

Fokus


Ada seorang anak yang setiap hari rajin sholat ke masjid, lalu suatu hari ia berkata kepada ayahnya,
"Yah mulai hari ini saya tidak mau ke masjid lagi"
"Lho kenapa?" sahut sang ayah.
"Karena di masjid saya menemukan orang² yang kelihatannya agamis tapi sebenarnya tidak, ada yang sibuk dengan gadgetnya, sementara yang lain membicarakan keburukan orang lain".
Sang ayah pun berpikir sejenak dan berkata, "Baiklah kalau begitu, tapi ada satu syarat yang harus kamu lakukan setelah itu terserah kamu".
"Apa itu?"
"Ambillah air satu gelas penuh, lalu bawa keliling masjid, ingat jangan sampai ada air yang tumpah".
Si anak pun membawa segelas air berkeliling masjid dengan hati², hingga tak ada setetes air pun yang jatuh.
Sesampai di rumah sang ayah bertanya, "Bagaimana sudah kamu bawa air itu keliling masjid?",
"Sudah".
"Apakah ada yang tumpah?"
"Tidak".
"Apakah di masjid tadi ada orang yang sibuk dengan gadgetnya?".
"Wah, saya tidak tahu karena pandangan saya hanya tertuju pada gelas ini", jawab si anak.
"Apakah di masjid tadi ada orang² yang membicarakan kejelekan orang lain?", tanya sang ayah lagi.
"Wah, saya tidak dengar karena saya hanya konsentrasi menjaga air dalam gelas".
Sang ayah pun tersenyum lalu berkata, "Begitulah hidup anakku, jika kamu fokus pada tujuan hidupmu, kamu tidak akan punya waktu untuk menilai kejelekan orang lain. Jangan sampai kesibukanmu menilai kualitas orang lain membuatmu lupa akan kualitas dirimu".
Marilah kita fokus pada diri sendiri dalam beribadah, bekerja dan untuk terus menerus bebenah menjadi positif.
Semoga kita menjadi lebih baik dan lebih bermanfaat.

Jumat, 24 Agustus 2018

Kubah Nabi, Monumen Peringatan Isra Mi'raj


REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Mahasuci Allah yang telah memperjalankan hamba-Nya pada suatu malam dari al-Masjidil Haram ke al-Masjidil Aqsha yang telah Kami berkahi sekelilingnya agar Kami perlihatkan kepadanya sebagian dari tanda-tanda (kebesaran) Kami. Sesungguhnya, Dia adalah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui. (QS: al-Israa: 1).
Sebuah peristiwa mahadahsyat terjadi pada 27 Rajab, setahun sebelum umat Islam hijrah dari Makkah ke Madinah. Peristiwa yang amat luar biasa dan melampaui batas-batas alam materi yang dialami Rasulullah SAW itu dikenal sebagai Isra Mi'raj.

Mengenal Musa bin Nushair, Sang Penakluk Andalusia


REPUBLIKA.CO.ID,  JAKARTA  -- Pasukan tentara Islam akhirnya berhasil menguasai sebagian daratan Eropa, dari Jabal Tariq hingga Pegunungan Barans, pada 711 M. Ajaran Islam pun bersemi di benua Eropa. Kotakota di Spanyol, seperti Zaragoza, Barcelona, dan Daniyah, berada dalam genggaman peradaban Islam.
Sejarah Islam lebih banyak menonjolkan sosok Tariq bin Ziyad sebagai pahlawan dalam penaklukan Spanyol. Padahal, selain itu ada pula tokoh lainnya yang tak kalah hebat peranannya dalam proses penaklukan Andalusia. Pahlawan itu bernama Musa bin Nushair.
“Ia dijuluki sebagai Penakluk Andalusia,” ujar Syekh Muhammad Said Mursi dalam bukunya yang bertajuk Tokoh-Tokoh Besar Islam Sepanjang Sejarah. Selain dikenal sebagai seorang pemimpin yang adil, Musa bin Nushair pun dikenang sebagai seorang panglima perang yang gagah berani dan dai yang tangguh.

Rabu, 22 Agustus 2018

Spiritualitas Kemanusiaan Haji


REPUBLIKA.CO.ID, Oleh: Ahmad Agus Fitriawan
Pelaksanaan ibadah haji tidak bisa dilepaskan dari dimensi perjalanan kemanusiaan pada aspek spiritual dan sosial untuk bisa dijadikan pelajaran dan tun tun an dalam menghadapi persoalan kehidupan. Ibadah haji merupakan rukun Islam kelima yang sarat dengan pengamalan nilai-nilai kemanusiaan universal. Ka'bah merupakan simbol persatuan dan kesatuan umat, juga mengandung makna eksistensi kemanusiaan. Misalnya, di dalam Ka'bah terdapat Hijr Ismail, putra Nabi Ibrahim AS pernah hidup dalam suka dan duka bersama ibunda Siti Hajar pada saat ditinggal ayahandanya. Siti Hajar adalah sosok ibu yang penuh kasih sayang terhadap anaknya, sertsa memiliki keimanan kokoh, ketenangan batin, dan keluhuran budi.
Ia adalah wanita kulit hitam, miskin, bahkan budak. Namun demikian, budak wanita ini ditempatkan Allah SWT di sana untuk menjadi pelajaran bahwa Allah memberikan kedudukan kepada seseorang bukan karena keturunan atau status sosialnya, melainkan karena ketakwaan kepada Allah SWT dan usaha untuk hijrah dari kejahatan menuju ke baik an, dari keterbelakangan menuju peradaban.
Makna ibadah haji sungguh-sungguh memberikan pelajar an luar biasa atas perjalanan spiritualitas kemanusiaan hamba Allah dalam mengharap ridha Allah SWT dan meraih cin ta-Nya. Pertama, sikap totalitas dalam beribadah lillaah ta'ala. Setiap ibadah menuntut adanya totalitas kepasrahan dan kepatuhan.
Inilah yang disebut ibadah ikhlas dan pasrah yang jauh dari riya (agar dilihat orang lain), sum'ah (agar didengar orang lain), sehingga bukan hanya lillaah ta'ala melainkan juga billaah ta'ala. Tidak ada seorang ulama pun tidak bersepakat bahwa apa yang dilakukan Nabi Ibrahim AS dan Siti Hajar terhadap Ismail merupakan bukti penyerahan diri sepenuhnya terhadap perintah Allah SWT.
Kedua, sikap selalu ingin dekat dengan Allah SWT. Inti ibadah adalah menguji kesabaran dan sejauh mana segala pola pikir dan pola tindak manusia benar-benar sejalan dengan perintah Allah SWT dan menjauhi segala larangan- Nya. Karakter manusia yang dekat dengan Allah SWT ada lah manusia yang sanggup melaksanakan segala pe rin tah Allah dan menjauhi larangan-Nya dengan ketulusan hati untuk melaksanakan ibadah itu tanpa ragu sebagai rasa syukur kepada Allah SWT.
Ketiga, sikap keberanian menanggung risiko yang berat sebagai bentuk kecintaan kepada Allah SWT, melebihi ke cintaan kepada yang lainnya. Harta, takhta, dan jabatan atau kedudukan, bahkan jiwa ini sekalipun, tidak ada artinya jika mahabbah atau rasa cinta abadi kepada Allah hadir di relung hati manusia.
Keempat, sikap melepaskan dan memerdekakan diri dari sifat dan sikap buruk manusia. Ibadah kurban me ngan dung makna agar umat Islam dalam kehidupannya selalu membuang jauh-jauh atau membunuh sifat-sifat binatang yang bersarang dalam dirinya. Karakter dominan dari binatang adalah tidak memiliki rasa kebersamaan atau per satuan dan kesatuan, hanya mementingkan isi perut (kenyang), serta tidak mengenal aturan, norma, dan etika. Berkurban berarti menahan diri dan berjuang melawan godaan egoisme. Walahu'alam.

Pelajaran dari Arafah



REPUBLIKA.CO.ID,OLEH MOCH HISYAM 
Kemarin, seluruh jamaah haji dari berbagai negara telah melaksanakan wukuf di Arafah sebagai salah satu rukun haji yang terpenting dan harus dilakukan karena merupakan penentu sahnya ibadah haji. Sebagai sesama Muslim kita doakan agar wukufnya diterima oleh Allah SWT dan mereka diberi kemampuan untuk mengambil pelajaran dari wukuf yang dilaksanakannya.
Banyak pelajaran yang dapat kita gali saat kita sedang wukuf di Arafah. Salah satunya adalah belajar kepada Nabi Adam dan Hawa terkait menata dan membangun rumah tang ga.
Hal ini dapat kita gali karena sejarah Arafah tidak bisa dipisahkan dengan perjalanan hidup pasangan pertama di dunia yang sedang menata kehidupan rumah tangganya, yakni Adam dan Hawa. Setelah Adam dan Hawa termakan bujuk rayu setan , kemudian mereka terusir dari surga dan diturun- kan oleh Allah SWT ke muka bumi ini secara terpisah.
Menurut satu riwayat, Adam diturunkan di India sedangkan Hawa di Jeddah. Diriwayatkan Ibnu Sa'ad dan Ibnu Asakir dari Ibnu Abbas, dia mengatakan, Adam diturunkan di India, semen tara Hawa di Jeddah. Kemu dian Adam pergi mencari Hawa sehingga dia mendatangi Jam'an (yaitu Muzdalifah atau al-Masy'ar). Kemudian disusul oleh Hawa. Tempat tersebut disebut Muzdalifah.
Dalam masa pencariannya itu, mereka saling menyadari akan kesalahan dan keku rangan dirinya masing-masing seraya bermohon ampun dan bertobat kepada Allah SWT yang tergambar dalam ucapan keduanya, Ya Tuhan kami, ka mi telah menganiaya diri kami sendiri, dan jika Engkau tidak mengampuni kami dan memberi rahmat kepada kami, niscaya pastilah kami termasuk orang-orang yang merugi. (QS al-A'raf (7): 23).
Kesadaran diri akan kesalahan dirinya menghan tarkan mereka dipertemukan kembali oleh Allah SWT di Padang Ara fah, tepatnya di sebuah bukit yang kini bernama Jabal Rah mah. Di Arafah inilah mereka ber dua ma'rifat(tahu) terhadap kesalahannya masing-masing sehingga mereka menjadi pribadi yang bijaksana (arif), yang dengannya mereka saling me- nyangi dan mendapat rah mat dan kasih sayang dari Allah SWT.
Dari perjalanan cinta Nabi Adam dan hawa sampai pertemuan mereka di Arafah, tepat nya di Jabal Rahmah mengandung banyak pelajaran yang dapat kita terapkan dalam menata rumah tangga, di antaranya bahwa untuk menata ke hidupan rumah tangga harus diawali dengan saling mengetahui akan kekurangan dan kelebihan pasangan (ta'aruf)dilanjutkan dengan saling memahami karakter (tafahum), mengisi peran (al-ihtiwa) dan dilan jutkan dengan selalu sepenanggungan (tafaul). Dengan cara inilah tatanan kehidupan rumah tangga akan tertata dalam bingkai hormat- menghormati dan kasih sayang.
Semoga sekembalinya dari Tanah suci, jamaah haji mampu menata dan membangun rumah tangganya menjadi lebih baik lagi sehingga mereka menjadi teladan bagi pasangan suami istri yang lain. Kemudian terwujud kehidupan rumah tangga yang baik dan menjadi pilar kemajuan dan keharmo- nisan masyarakat, berbangsa dan bernegara. Wallahu'alam.

Adab - Adab Berhari Raya Idul Adha


Prosesi Pemotongan Hewan Qurban 1439 H/2018 M di Masjid Al-Barkah








Sholat Idul Adha 1439 H/2018 M di Lapangan Sudimara Bantarmangu, Cimanggu Cilacap Jateng Indonesia







Gema Takbir Tahlil dan Tahmid Idul Adha 1439 H/2018 M di Masjid Al-Barkah