Rabu, 26 Januari 2011

KETIKA ORANG-ORANG TERCINTA ITU TELAH PERGI

Oleh Galih Ari Permana

Hari ini aku takziah kepada seorang yang pernah bekerja satu kantor. Hari ini Sang Khaliq memanggilnya untuk kembali berada di sisi-Nya. Takziah hari ini benar-benar membawaku kemasa empat tahun silam dimana pada tahun 2006 Sang Khaliq memanggil Bapak tercinta.

Apa yang membuatku teringat masa empat tahun silam itu? Aku menyaksikan kepergiannya bukan sekedar kepergian seorang manusia yang jatah usianya telah habis. Tetapi lebih itu. Dia adalah seorang anak dari Ibu yang berada di usia senja. Dia adalah seorang suami yang amat dicintai isterinya. Dia adalah seorang ayah dari anak-anaknya tersayang.

SATU SAJA PINTAKU YA RASULULLAH

Oleh Muhammad Setiawan

Berjuta kegalauan mendera di lubuk hati perempuan itu. Tertatih ia melangkah. Jauhnya jarak, panasnya perjalanan, tidak ia pedulikan. Harapannya hanya satu. Ia ingin pulih. Kepulihan yang membuatnya ringan dalam beribadah. Kesembuhan yang dapat mengakhiri risaunya selama ini.

Untuk itu, satu pintu yang ia tuju. Pintu rumah lelaki paling mulia. Pintu RasuluLlah shallaLlahu alayhi wa sallam.

"Ya RasuluLlah," ujarnya. "Aku mengidap penyakit yang telah lama tak kunjung sembuh. Jika penyakitku itu menerpa, hilanglah kesadaranku. Aku bergerak-gerak tanpa dapat kukendalikan. Dalam ketidaksadaranku, seringkali tersingkap auratku."

SEKANTONG KUE

Seorang wanita sedang menunggu di bandara suatu malam. Masih ada beberapa jam sebelum jadwal terbangnya tiba. Untuk membuang waktu,ia membeli buku dan sekantong kue di toko bandara, lalu menemukan tempat untuk duduk.

Sambil duduk wanita tersebut membaca buku yang baru saja dibelinya. Dalam keasyikannya tersebut ia melihat lelaki disebelahnya dengan begitu berani mengambil satu atau dua dari kue yang berada diantara mereka berdua.
Wanita tersebut mencoba mengabaikan agar tidak terjadi keributan.
Ia membaca, mengunyah kue dan melihat jam. Sementara si Pencuri Kue yang pemberani menghabiskan persediaannya.

Ia semakin kesal sementara menit-menit berlalu. Wanita itupun sempat berpikir: ("Kalau aku bukan orang baik sudah kutonjok dia!"). Setiap ia mengambil satu kue, si lelaki jugamengambil satu.

TIDAK BU, BARANG ITU BUKAN MILIK SAYA

Meli tak menyangka akan begini jadinya. Ia terus berlari dan berlari, menghindari kerumunan dan amukan massa di sekitar Jakarta Barat. Dari kejauhan terlihat jilatan api dari beberapa gedung dan sisa asap pembakaran mobil. Massa yang beringas - yang entah datang dari mana - bersorak sorai. Kemudian terdengar suara-suara sumbang penuh hasutan:"Cari Cina! Cari Cina!"

Beberapa mata mulai memandangnya. Meli bergidik. Beberapa mulai merasa menemukan sasaran. Meli menatap ke depan. Lengang, tak ada satu kendaraan pun yang bisa membawanya pergi dari tempat itu. Cemasnya menjadi-jadi. Apa yang harus dilakukannya sekarang? Berlari sekuat-kuatnya? Masuk ke rumah penduduk? Mereka telah menutup pintu rapat-rapat tampa berani membukanya, setidaknya saat ini. Lalu? Matanya mulai nanar.

Selasa, 25 Januari 2011

KESEIMBANGAN HIDUP

Dikisahkan, suatu hari ada seorang anak muda yang tengah menanjak karirnya tapi merasa hidupnya tidak bahagia. Istrinya sering mengomel karena merasa keluarga tidak lagi mendapat waktu dan perhatian yang cukup dari si suami. Orang tua dan keluarga besar, bahkan menganggapnya sombong dan tidak lagi peduli kepada keluarga besar. Tuntutan pekerjaan membuatnya kehilangan waktu untuk keluarga, teman-teman lama, bahkan saat merenung bagi dirinya sendiri.

Hingga suatu hari, karena ada masalah, si pemuda harus mendatangi salah seorang petinggi perusahaan di rumahnya. Setibanya di sana, dia sempat terpukau saat melewati taman yang tertata rapi dan begitu indah.

Minggu, 23 Januari 2011

HIDUP UNTUK MEMBERI

Disuatu sore hari pada saat aku pulang kantor dengan mengendarai sepeda motor, aku disuguhkan suatu drama kecil yang sangat menarik, seorang anak kecil berumur lebih kurang sepuluh tahun dengan sangat sigapnya menyalip disela-sela kepadatan kendaraan disebuah lampu merah perempatan jalan di Jakarta .

Dengan membawa bungkusan yang cukup banyak diayunkannya sepeda berwarna biru muda, sambil membagikan bungkusan tersebut ,ia menyapa akrab setiap orang, dari Tukang koran , Penyapu jalan, Tuna wisma sampai Pak polisi.

Selasa, 18 Januari 2011

AGAR DAPAT BERSABAR DALAM MENGHADAPI MUSIBAH

Artikel Buletin An-Nur :
Kalau boleh kita memastikan, maka nyaris tidak ada kehidupan yang sepi dan lepas dari musibah atau cobaan. Pasti dan pasti setiap kita akan mengalaminya, mau tidak mau kita akan menghadapinya, rela ataupun tidak rela kita akan merasakannya, suka atau benci kita pasti akan menerimanya. Dengan itulah Allah Subhanahu Wa Ta’ala menguji di antara hamba-hambaNya, siapakah di antara mereka yang paling baik amalannya? Siapakah di antara hambaNya yang mau menyikapi musibah tersebut dengan rasa sabar dan rela atas takdir yang telah ditentukanNya, dan siapakah diantara mereka yang tetap istiqamah sekalipun musibah demi musibah selalu menerpa silih berganti seakan-akan tidak pernah ada kesudahannya. Allah Subhanahu Wa Ta’ala berfirman, artinya, “(Allah Subhanahu Wa Ta’ala) Yang menjadikan mati dan hidup, supaya Dia menguji kamu, siapa di antara kamu yang lebih baik amalannya. Dan Dia Maha Perkasa lagi Maha Pengampun.” (QS. Al-Mulk: 2)

Surat Cinta Teruntuk Tamu-tamu Alloh

Artikel Buletin An-Nur :
Saudaraku…tamu Allah Subhanahu Wa Ta’ala yang baik…
Salah satu hal penting yang hendaknya engkau perhatikan saat engkau berkunjung atau hendak berkunjung ke rumah Allah (baca : masjid ) adalah engkau mengetahui hal-hal yang tidak diperkenankan bagimu sebagai seorang tamu saat engkau berkunjung ke rumah Allah Subhanahu Wa Ta’ala.
Maka, dengan memohon pertolongan kepada Allah Subhanahu Wa Ta’ala kulayangkan surat cinta ini padamu.
Saudaraku…tamu Allah Subhanahu Wa Ta’ala yang baik…

* Yang pertama:

Selasa, 04 Januari 2011

Jangan 'Asingkan' Anak

“Bude, kenapa sih Bude nda mau momong aku lagi? Bude sakit ya?“ tanya bocah itu polos.
Yang ditanya hanya diam saja. Ditatapnya wajah lugu sang bocah, tapi itu tidak lama. Ia segera berpaling, menyembunyikan buliran air mata yang turun deras di pipinya.

“Mama sama papa bilang apa?“ tanya perempuan yang dipanggil Bude itu pada sang bocah.

“Mama bilang aku mau disekolahin di kampung. Tapi aku mau dimomong sama Bude aja. Kenapa sih Bude sakit?“ jawab sang bocah memelas. Dia tak berkata apa-apa lagi. Dia ambil bantal di sampingnya, ditutupkan ke mukanya dan terlihat pundaknya berguncang. Bocah itu menangis tanpa suara.

Dan, pembicaraan dari hati ke hati itu kembali menemui jalan buntu. Ada perasaan berat pada keduanya, namun kenyataan itulah yang harus diterima.

***