Minggu, 17 April 2022

RENUNGAN FAJAR



السَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ
Rasulullah صلى الله عليه وآله وسلم 
bersabda,
"Barangsiapa yang 
menjadikan dunianya 
sebagai tujuan utamanya, 
maka الله akan 
membuat perkaranya 
berantakan, 
kemiskinan berada 
didepan ke 2 matanya 
dan dunia tidaklah datang, 
kecuali 
yang telah ditentukan 
baginya saja. 
Barangsiapa yang 
menjadikan akhirat 
sebagai niatnya, 
niscaya الله akan 
memudahkan urusannya 
dan menjadikan 
rasa kecukupan tertanam 
dalam hatinya 
dan 
dunia akan datang 
dengan sendirinya" 
[Hadits Riwayat Ibnu Majah 
dengan 
Sanad yang Shahih]

Sahabat2 RF :
🙂

Rasulullah صلى الله عليه وآله وسلم 
Bersabda:
"...Cara menjauhi 
kesenangan dunia 
adalah 
dengan sedikit makan 
dan 
tidak terlalu kenyang 
serta 
tidak suka dipuji orang. 
Barangsiapa 
yang suka dipuji orang, 
berarti dia menyukai 
kesenangan dunia.
Oleh karena itu,
barangsiapa yang ingin 
meraih kesenangan 
yang Haqiki 
hendaklah menjauhi 
kesenangan dunia 
dan 
pujian2 orang lain" 
(Hadist Riwayat Dailami)

Jumat, 08 April 2022

Keteladanan Sang Sahabat Bertangan Emas


Abdurrahman bin Auf berjulukan Sahabat Bertangan Emas.

Menurut sebuah hadis, Abdurrahman bin Auf adalah salah seorang sahabat yang dijamin masuk surga oleh Nabi Muhammad SAW. Sejarah mencatat, lelaki yang terkenal piawai berdagang ini tergolong kelompok yang mula-mula masuk Islam. Pada masa Rasulullah SAW, dirinya termasuk yang dipercayai untuk berfatwa di Madinah.

Ia lahir dengan nama Abdul Amr. Keislamannya terjadi dua hari setelah Abu Bakar ash-Shiddiq beriman. Begitu menjadi Muslim, Rasulullah SAW memanggilnya Abdurrahman bin Auf. Ia memeluk Islam sebelum Nabi SAW menjadikan rumah al-Arqam sebagai pusat dakwah di Makkah sebelum hijrah.

Seperti kaum Muslimin yang pertama-tama masuk Islam lainnya, Abdurrahman bin Auf tidak luput dari penyiksaan dan tekanan dari kaum kafir Quraisy Makkah. Namun ia tetap sabar dan tabah. Abdurrahman turut hijrah ke Habasyah bersama kawan-kawan seiman untuk menyelamatkan diri dan agama dari tekanan Quraisy.

Abdurrahman turut hijrah ke Habasyah bersama kawan-kawan seiman untuk menyelamatkan diri dan agama dari tekanan Quraisy.

Tatkala Rasulullah SAW dan para sahabat diizinkan Allah hijrah ke Madinah, Abdurrahman menjadi pelopor kaum Muslimin. Di kota yang dulu bernama Yatsrib ini, Rasulullah mempersaudarakan orang-orang Muhajirin dan Anshar. Abdurrahman bin Auf dipersaudarakan dengan Sa'ad bin Rabi al-Anshari.

Sa'ad termasuk orang kaya diantara penduduk Madinah, ia berniat membantu saudaranya dengan sepenuh hati, namun Abdurrahman menolak. Ia hanya berkata, "Tunjukkanlah padaku di mana letak pasar di kota ini!"

Sa'ad kemudian menunjukkan padanya di mana letak pasar. Maka mulailah Abdurrahman berniaga di sana.

Belum lama menjalankan bisnisnya, ia berhasil mengumpulkan uang yang cukup untuk mahar nikah. Ia pun mendatangi Rasulullah SAW seraya berkata, "Saya ingin menikah, ya Rasulullah," katanya.

"Apa mahar yang akan kau berikan pada istrimu?" tanya Rasul SAW. "Emas seberat biji kurma," jawabnya.

Rasulullah SAW bersabda, "Laksanakanlah walimah (kenduri), walau hanya dengan menyembelih seekor kambing. Semoga Allah memberkati pernikahanmu dan hartamu."

Sejak itulah kehidupan Abdurrahman menjadi makmur. Seandainya ia mendapatkan sebongkah batu, maka di bawahnya terdapat emas dan perak. Begitu besar berkah yang diberikan Allah kepadanya sampai ia dijuluki "Sahabat Bertangan Emas".

Seandainya ia mendapatkan sebongkah batu, maka di bawahnya terdapat emas dan perak.

Pada saat Perang Badar meletus, Abdurrahman bin Auf turut berjihad fi sabilillah. Dalam perang itu ia berhasil menewaskan musuh-musuh Allah, di antaranya Umar bin Utsman bin Ka'ab At-Taimy. Begitu juga dalam Perang Uhud, dia tetap bertahan di samping Rasulullah ketika tentara Muslimin banyak yang meninggalkan medan perang.

Abdurrahman bin Auf adalah sahabat yang dikenal paling kaya dan dermawan. Ia tak segan-segan mengeluarkan hartanya untuk jihad di jalan Allah.

Pada waktu Perang Tabuk, Rasulullah SAW memerintahkan kaum Muslimin untuk mengorbankan harta benda mereka. Dengan patuh Abdurrahman bin Auf memenuhi seruan Nabi SAW. Ia memelopori dengan menyerahkan dua ratus uqiyah emas.

Mengetahui hal tersebut, Umar bin Al-Khathab berbisik kepada Rasulullah SAW, "Sepertinya Abdurrahman berdosa karena tidak meninggalkan uang belanja sedikit pun untuk keluarganya."

Rasulullah SAW bertanya kepada Abdurrahman, "Apakah kau meninggalkan uang belanja untuk istrimu?"

"Ya," jawabnya, "mereka kutinggalkan lebih banyak dan lebih baik daripada yang kusumbangkan."

"Berapa?" tanya Rasulullah.

"Sebanyak rezeki, kebaikan, dan pahala yang dijanjikan Allah."

Pasukan Muslimin berangkat ke Tabuk. Dalam kesempatan ini, Allah memuliakan Abdurrahman dengan kemuliaan yang belum pernah diperoleh siapa pun.

Ketika waktu shalat tiba, Rasulullah SAW terlambat datang. Maka Abdurrahman bin Auf yang menjadi imam shalat berjamaah.

Setelah hampir selesai rakaat pertama, Rasulullah SAW tiba, lalu shalat di belakangnya dan mengikuti sebagai makmum. Sungguh tak ada yang lebih mulia dan utama daripada menjadi imam bagi pemimpin umat dan pemimpin para nabi, yaitu Muhammad SAW.

Setelah Rasulullah SAW wafat, Abdurrahman bin Auf bertugas menjaga kesejahteraan dan keselamatan Ummahatul Mukminin (para istri Rasulullah). Dia bertanggung jawab memenuhi segala kebutuhan mereka dan mengadakan pengawalan bagi ibu-ibu mulia itu bila mereka bepergian.

Suatu ketika Abdurrahman bin Auf membeli sebidang tanah dan membagi-bagikannya kepada Bani Zuhrah, dan kepada Ummahatul Mukminin. Ketika jatah Aisyah RA disampaikan kepadanya, ia bertanya, "Siapa yang menghadiahkan tanah itu buatku?"

"Abdurrahman bin Auf," jawab si petugas.

Aisyah berkata, "Rasulullah pernah bersabda, 'Tidak ada orang yang kasihan kepada kalian sepeninggalku kecuali orang-orang yang sabar'."

 
Engkau telah mendapatkan kasih sayang Allah, dan engkau berhasil menundukkan kepalsuan dunia. Semoga Allah selalu merahmatimu.

Begitulah, doa Rasulullah SAW bagi Abdurrahman bin Auf terkabulkan. Allah SWT senantiasa melimpahkan berkah-Nya, sehingga ia menjadi orang terkaya di antara para sahabat. Bisnisnya terus berkembang dan maju.

Semakin banyak keuntungan yang ia peroleh semakin besar pula kedermawanannya. Hartanya dinafkahkan di jalan Allah, baik secara sembunyi-sembunyi maupun terang-terangan. Walau termasuk konglomerat terbesar pada masanya, tapi itu tidak memengaruhi jiwanya yang dipenuhi iman dan takwa.

Abdurrahman bin Auf wafat dalam usia 72 tahun. Jenazahnya diiringi oleh para sahabat mulia seperti Sa'ad bin Abi Waqqash dan yang lain.

Dalam pidatonya, Khalifah Ali bin Abi Thalib berkata, "Engkau telah mendapatkan kasih sayang Allah, dan engkau berhasil menundukkan kepalsuan dunia. Semoga Allah selalu merahmatimu."