Minggu, 13 Juli 2014

Gaza, Sayap Malaikat Menyelimutimu

REPUBLIKA.CO.ID, Oleh Nashih Nashrullah/Wartawan Republika

Syair yang pernah ditulis oleh Imam Syafi’i berikut ini setidaknya dapat sedikit menjadi gambaran, betapa Gaza, tempat kelahiran tokoh pengarang kitab ar-Risalah dan al-Umm tersebut, penuh dengan kenangan, dinamis, dan tetap bertahan tak pernah lekang oleh gerusan zaman.
Peradaban demi peradaban boleh datang, lalu pergi dari Tanah Gaza, tetapi kota ini tetaplah istimewa. Imam Syafi’i lalu menulis, mengutarakan rasa rindunya akan Gaza, setelah ia berpindah ke Tanah Hijaz:
Sungguh aku merindu Tanah Gaza
Aku sembunyikan rasa rindu ini setelah beranjak darinya
Berharap Allah menyirami tanahnya, lalu aku raup debunya
Akan aku pergunakan untuk bercelak dari kerinduan yang menyelimutiku

 
Jamak diketahui, Gaza, adalah kota strategis berdasarkan doktrin teologi ketiga agama samawi. Menurut Yaqut al-Hamawi dalam karya monumentalnya Mu’jam al-Buldan, wilayah teritorial Gaza, berada di bawah negara Syam.
Batasan Syam ketika itu, dari Sungai Eufrat hingga ujung Aris, Mesir. Bagi Rasulullah Saw., Gaza, adalah tanah leluhur. Konon, di sinilah Hasyim bin Abdu Manaf, meninggal pada usia ke-25 tahun, tepat bila nama lain dari kota ini adalah Gaza Hasyim.

Sejarah Islam mencatat, Gaza adalah simbol perlawanan dan kemenangan terhadap tiran. Di tangan Amar bin al-Asha, kedigdayaan Bizantium di Gaza, berhasil dipukul. Ekspansi tersebut juga sekaligus membebaskan penduduk setempat dari rezim yang zalim.
Demikian juga, ketika pendiri sekaligus khalifah pertama Dinasti Ayyubiyah, Shalahudin al-Ayubi. Shalahudin memukul mundur pasukan Salib yang menguasai Palestina, termasuk Gaza. Hingga saat ini, dan sampai janji Allah Swt. akan kemenangan itu tiba, Gaza tetaplah simbol dan kiblat perlawanan terhadap pendudukan tiran.
Agresi militer Israel berulang kali tak mampu mematahkan asa dan semangat juang rakyat Gaza. Kegigihan dan ketidakputusasaan Gaza terhadap serangan Israel itu, diperkuat oleh sejumlah teks keagamaan. Bila Gaza termasuk Syam ketika teks-teks tersebut turun, maka ini berarti Gaza merupakan wilayah yang istimewa. 

Dalam surat al-A’araf ayat 137, Allah menegaskan bahwa negeri-negeri yang dipusakakan untuk Bani Israel tersebut tak lain adalah Syam. “Dan Kami pusakakan kepada kaum yang telah ditindas itu, negeri-negeri bagian timur bumi dan bagian baratnya.” Demikian pula, Allah menyelamatkan Ibrahim dan Luth ke negeri-negeri yang diberkahi, dan tak lain adalah Syam, seperti penegasan surat al-Anbiyaa’ ayat 71.

Dalam kitabnya yang berjudul al-Mughni, Ibnu Qudamah al-Maqdisi, menyebutkan teks hadis yang menguatkan tentang itu cukup banyak. Salah satunya ialah hadis yang diriwayatkan oleh Abdullah bin Hawalah al-Azdi.

Hadis tersebut menyatakan ada tiga militer yang kuat, yakni Syam, Yaman, dan Irak. Dari ketiga kekuatan militer tersebut, Rasulullah memilih Syam. Syam, adalah tanah terpilih, pasukannya pun terdiri dari orang-orang pilihan. “Maka sesungguuhnya Allah mempercayakan kepadaku Syam dan warganya.”

Teks ini, menurut Ibnu Qudamah, menguatkan posisi Syam berikut kekuatan militernya. Jika demikian, maka Gaza termasuk benteng pertahanan yang kuat itu. Apa rahasia di balik kekuatan itu? Selain jaminan dari Allah, para malaikat seperti disebutkan hadis riwayat Zaid bin Tsabit, meletakkan sayap mereka bagi Syam.

Sikap shumud, yang ditunjukkan oleh warga Gaza sepanjang sejarah, tentu bukan sekadar faktor kebetulan atau keterpaksaan saja. Ada sentuhan luar biasa dan mahadahsyat di balik itu semua.
Tanpa kehadiran-Nya, maka secara logika dan hitung-hitungan kekuatan militer, Zionis tentu jauh lebih besar berkali-kali lipat. Tetapi, selalu saja tak bisa mematikan faksi-faksi perjuangan rakyat Gaza yang hanya bersenjatakan roket rakitan, lemparan batu, dan senjata AK 47.

Maka wajar bila kemudian Ibnu Taimiyah berkomentar, beruntunglah kalian rakyat-rakyat Gaza. Pasalnya, mereka beruntung tinggal di wilayah yang telah tersedia dan terbentang lebar, faktor-faktor ketaatan kepada Allah Swt. dan Rasul-Nya.
Penegasan itu disampaikan, ketika Ibnu Taimiyah ditanya perihal benarkah keistimewaan tinggal di Syam itu benar adanya. “Sebab ketika Allah dan Rasul-Nya mengutarakan keistimewaan itu, tentu lebih mengetahui kebenarannya,” ujar Ibnu Taimiyah. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar