Selasa, 15 Juli 2014

Gaza, Benteng Terakhir Palestina

REPUBLIKA.CO.ID, Oleh: Amri Amrullah
JAKARTA -- Berulang kali Zionis Israel menggempur Gaza. Sejak 2008, agresi keji itu berlangsung pada Ramadhan.
Demikian pula, kata Direktur Pusat Kajian Timur Tengah Universitas Indonesia (UI) Dr Ahmad Muta'ali, intifada pertama dan kedua muncul pada Ramadhan.

Sebagai benteng terakhir perjuangan rakyat Palestina, tidak menutup kemungkinan Intifada jilid ketiga akan bergelora. ”Bisa saja menjadi pemicu Intifada ketiga,” katanya.

Ahmad Muta'ali menyebutkan Gaza merupakan kota kuno dalam peradaban dunia, khususnya bagi sejarah agama-agama samawi (Yahudi, Nasrani, dan Islam).

''Gaza dan wilayah Yordania pada zaman dahulu merupakan bagian dari wilayah yang disebut dengan Syam. Dari wilayah Syam ini, semua kitab suci agama samawi menjelaskan peranan pentingnya sejak masa nabi-nabi terdahulu hingga masa Nabi Muhammad SAW,'' jelasnya.

Menurut dia, kelompok ahli kitab, umat Yahudi dan Nasrani, memiliki nubuat tersendiri bagi tanah Syam ini. Mulai dari tanah perjanjian bagi umat Yahudi, wilayah yang mengisahkan masa kecil Nabi Isa AS bagi umat Nasrani, dan wilayah yang dijanjikan Rasulullah SAW sebagai benteng terakhir perlindungan umat Islam di akhir zaman.

Dari sisi geografis, wilayah Gaza merupakan pintu perbatasan Palestina di wilayah Gaza ke Mesir. Selain itu, Gaza merupakan bagian dari sebagian besar wilayah subur di Tanah Palestina yang saat ini telah dicaplok Israel.

Dari sisi geopolitik, Gaza merupakan pertahanan terakhir kelompok perjuangan Hamas yang tidak ingin bernegosiasi bagi pembagian wilayah Palestina, kecuali mengacu pada wilayah Palestina di perjanjian 1946. Walapun ada Ramallah yang dikuasai Fatah yang masih menoleransi negosiasi pembagian wilayah bagi dua negara.
 Dari sisi geostabilitas, wilayah Gaza yang dikuasai pejuang Hamas merupakan ancaman bagi Zionis Israel. Hamas berkeras menuntut Palestina tidak hanya merdeka secara berdaulat, tapi juga memiliki hak dalam pertahanan negara.

Dengan demikian, Gaza merupakan benteng terakhir warga Palestina. Hilangnya Gaza karena Israel maka hilanglah negara Palestina secara keseluruhan, karena hanya Hamas yang berada di Gaza yang keras menentang zionisme Israel.

Gaza yang juga bagian dari wilayah Syam pada zaman dahulu, sambung Muta'ali, merupakan wilayah para nabi menyebarkan ajaran tauhid melawan kezaliman.

Secara terminologi, kata Gaza sendiri berarti kota perang. Wilayah yang menjadi bagian dari Syam inilah kisah perjalanan hidup Nabi Ibrahim AS melawan Raja Namrud.

Kota ini tempat dilahirkannya Imam Syafi'i, daerah Nabi Isa AS menjalani masa- masa kecilnya. Dan wilayah Nabi Muhammad SAW melakukan perjalanan dagangnya yang pertama.

Dikisahkan juga, Nabi Muhammad SAW sebelum melakukan mikraj ke langit ke tujuh di Baitul Maqdis, Nabi SAW mengarahkan pandangannya ke wilayah ini dan mengatakan secara garis besar “inilah benteng terakhir umat Islam di akhir zaman.

Mengapa Israel berulang kali menyerang Gaza, menurut dia, karena Gaza merupakan simbol perlawanan terakhir masyarakat Palestina. ''Wilayah inilah the real zone yang dimiliki rakyat Palestina,'' jelas Muta'ali. 
Sedangkan wilayah Ramallah dan Jerusalem yang terdapat Masjid al-Aqsa saat ini terus digerogoti Israel hingga wilayah ini lepas dari kepemilikan rakyat Palestina. Namun, yang menjadi perhatian, kenapa Israel berkali-kali menyerang namun tidak berhasil menduduki wilayah tersebut.

Menurut dia, itu dikarenakan ketidakmampuan Israel menghadapi keberanian para pejuang Palestina di Gaza. Mereka mempunyai tank, drone, dan berbagai peralatan perang canggih yang secara logika tidak mungkin kalah dengan lontaran batu.

''Ini artinya Israel memang memiliki ketakutan untuk melawan semangat jihad yang berkobar dari para pejuang Palestina secara head to head,'' jelas Muta'ali menambahkan.

Yang menarik, sambung Muta'li, sejak 2008 Israel selalu berulang-ulang menyerang Palestina di saat Ramadhan. ''Mereka menganggap selama Ramadhan umat Islam di Gaza lemah tidak berdaya,'' paparnya.

Namun terbukti, kata dia, bagi para pejuang Palestina di Gaza hal itu tidak menggentarkan mereka melawan tentara dan mesin perang Israel.

Muta'ali menyebutkan, intifada merupakan perlawanan besar pejuang Palestina. ''Di Intifada inilah semua elemen pejuang Palestina bergerak bersama dan memberikan efek perlawanan yang luar biasa bagi Israel,'' jelasnya.

Pada intifada pertama, sekitar 1987 hingga 1993, yang berakhir dengan perjanjian pembentukan otoritas nasional Palestina (PLO).
Sedangkan pada intifada kedua terjadi pada 2000 merupakan perlawanan berdarah pejuang Palestina, yang juga berakhir dengan gencatan senjata.

Sejarah juga mencatat Intifada juga terjadi pada Ramadhan. Dan serangan Israel ini bisa saja menjadi pemicu Intifada ketiga.
''Serangan keji Israel kali ini juga harus menjadi momentum bagi dunia Islam internasional untuk mendesak PBB menghentikan kebiadaban Israel tersebut,'' kata dia menambahkan. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar