REPUBLIKA.CO.ID, Oleh: Adi Setiawan, Lc, MEI
Imam Bukhari dan Muslim meriwayatkan sebuah hadits dari ‘Adi ibn Hatim bahwa Rasulullah SAW bersabda,
“Berlindunglah dari api neraka sekalipun hanya dengan (sedekah) sebutir kurma.” Dalam riwayat lain ada tambahan, “Kalau itu pun tidak ada (kurma), maka (sedekah) dengan kata-kata yang baik”.
Inilah gambaran konsistensi keimanan seseorang untuk senantiasa beramal saleh. Konsisten sedekah walaupun sedikit adalah awal untuk bersedekah yang lebih banyak.
Ibnu Hajar mengatakan, “Tidak boleh meremehkan dan memandang rendah orang yang bersedekah dengan sedikit hartanya, sedikitnya saja sudah bisa menghindarkannya dari api neraka”.
Kata “sebutir kurma” dalam hadis di atas merupakan mubalaghah fil qillah, kiasan tentang amal-amal yang ringan, bahkan paling ringan di mata manusia, namun bernilai tinggi di mata Allah SWT.
Allah SWT berfirman, "Maka barang siapa yang mengerjakan kebaikan seberat zarrah, niscaya dia akan melihat (balasan) nya". (QS al-Zalzalah: 7)
Bersedekah tidak mesti selalu banyak, bersedekah juga bisa dengan memberi sekali banyak dan sesekali ala kadarnya. Inilah yang dicontohkan oleh Siti Aisyah RA, istri Rasulullah SAW, ia biasa memberi makan fakir miskin yang setiap hari menemuinya.
Yang menarik, terkadang ia memberikan semua makanannya, terkadang hanya memberi sebutir anggur. Bersedekah tidak mesti dengan harta. Kita tidak mampu bersedekah dengan harta, maka dengan kata-kata yang baik pun dijamin oleh Rasulullah Saw sebagai sedekah.
Kalimat yang baik akan menjadi sedekah jika bermanfaat bagi yang mengucapkan sendiri dan orang lain yang mendengarnya. Bagi diri sendiri akan terasa damai, tentram dan tenang jika kita senantiasa berkata dengan baik. Tidak menyindir orang lain, tidak melukai orang lain. Dengan begitu tidak akan pernah mempunyai musuh.
Bersedekah membimbing jiwa untuk menjadi pemurah, dan jauh dari serakah. Cukuplah kisah Qarun menjadi pelajaran berharga. Pemuda dari bani Israil yang memperoleh kelapangan rizki, hingga kunci gudang hartanya saja tidak mampu dibawa oleh para pekerjanya seorang diri.
Setiap kali kaumnya memohon bantuan dan kemurahnnya ia tolak. Setap kali penasehatnya memberi nasehat, tidak bertambah kecuali Qarun semakin sombong. Dan tidak berapa lama Allah SWT pun melenyapkan seluruh kenikmatan itu, harta lenyap dan istana pun ditelan bumi.
Bersedekah berarti mengimplementasikan doa sapu jagat yang sering diucapkan selesai shalat. Berharap bahagia di dunia, kemudian dilanjutkan dengan kebahagiaan di akhirat.
Kejahatan yang sering terjadi, hilangnya rasa aman di jalanan, pembegalan dimana-mana, pencurian di perumahan-perumahan mewah dan kejahatan lainnya. Itu semua bukan saja karena kemiskinan harta akan tetapi bisa juga dikarenakan kemiskinan struktural yang disebabkan oleh korupsi, kolusi dan nepotisme (KKN) dan keenganan berbagi.
Sedekah menjadi instrument penting untuk antisipasi kejahatan yang mungkin terjadi, sebab dalam sedekah ada ikatan yang terjadi antara yang kaya dan yang miskin.
Memberi makan orang yang membutuhkan berarti memberikan jaminan kesejahteraan bagi yang diberi dan keamanan bagi yang memberi karena tidak akan diganggu keamanannya oleh yang diberi.
Dan sebagai langkah awal adalah dengan melakukan edukasi yang tepat mengenai konsep sedekah sehingga muncul kesadaran akan pentingnya mengeluarkan zakat, infak dan dana sosial keagamaan lainnya. Wallahua’lam.
Imam Bukhari dan Muslim meriwayatkan sebuah hadits dari ‘Adi ibn Hatim bahwa Rasulullah SAW bersabda,
“Berlindunglah dari api neraka sekalipun hanya dengan (sedekah) sebutir kurma.” Dalam riwayat lain ada tambahan, “Kalau itu pun tidak ada (kurma), maka (sedekah) dengan kata-kata yang baik”.
Inilah gambaran konsistensi keimanan seseorang untuk senantiasa beramal saleh. Konsisten sedekah walaupun sedikit adalah awal untuk bersedekah yang lebih banyak.
Ibnu Hajar mengatakan, “Tidak boleh meremehkan dan memandang rendah orang yang bersedekah dengan sedikit hartanya, sedikitnya saja sudah bisa menghindarkannya dari api neraka”.
Kata “sebutir kurma” dalam hadis di atas merupakan mubalaghah fil qillah, kiasan tentang amal-amal yang ringan, bahkan paling ringan di mata manusia, namun bernilai tinggi di mata Allah SWT.
Allah SWT berfirman, "Maka barang siapa yang mengerjakan kebaikan seberat zarrah, niscaya dia akan melihat (balasan) nya". (QS al-Zalzalah: 7)
Bersedekah tidak mesti selalu banyak, bersedekah juga bisa dengan memberi sekali banyak dan sesekali ala kadarnya. Inilah yang dicontohkan oleh Siti Aisyah RA, istri Rasulullah SAW, ia biasa memberi makan fakir miskin yang setiap hari menemuinya.
Yang menarik, terkadang ia memberikan semua makanannya, terkadang hanya memberi sebutir anggur. Bersedekah tidak mesti dengan harta. Kita tidak mampu bersedekah dengan harta, maka dengan kata-kata yang baik pun dijamin oleh Rasulullah Saw sebagai sedekah.
Kalimat yang baik akan menjadi sedekah jika bermanfaat bagi yang mengucapkan sendiri dan orang lain yang mendengarnya. Bagi diri sendiri akan terasa damai, tentram dan tenang jika kita senantiasa berkata dengan baik. Tidak menyindir orang lain, tidak melukai orang lain. Dengan begitu tidak akan pernah mempunyai musuh.
Bersedekah membimbing jiwa untuk menjadi pemurah, dan jauh dari serakah. Cukuplah kisah Qarun menjadi pelajaran berharga. Pemuda dari bani Israil yang memperoleh kelapangan rizki, hingga kunci gudang hartanya saja tidak mampu dibawa oleh para pekerjanya seorang diri.
Setiap kali kaumnya memohon bantuan dan kemurahnnya ia tolak. Setap kali penasehatnya memberi nasehat, tidak bertambah kecuali Qarun semakin sombong. Dan tidak berapa lama Allah SWT pun melenyapkan seluruh kenikmatan itu, harta lenyap dan istana pun ditelan bumi.
Bersedekah berarti mengimplementasikan doa sapu jagat yang sering diucapkan selesai shalat. Berharap bahagia di dunia, kemudian dilanjutkan dengan kebahagiaan di akhirat.
Kejahatan yang sering terjadi, hilangnya rasa aman di jalanan, pembegalan dimana-mana, pencurian di perumahan-perumahan mewah dan kejahatan lainnya. Itu semua bukan saja karena kemiskinan harta akan tetapi bisa juga dikarenakan kemiskinan struktural yang disebabkan oleh korupsi, kolusi dan nepotisme (KKN) dan keenganan berbagi.
Sedekah menjadi instrument penting untuk antisipasi kejahatan yang mungkin terjadi, sebab dalam sedekah ada ikatan yang terjadi antara yang kaya dan yang miskin.
Memberi makan orang yang membutuhkan berarti memberikan jaminan kesejahteraan bagi yang diberi dan keamanan bagi yang memberi karena tidak akan diganggu keamanannya oleh yang diberi.
Dan sebagai langkah awal adalah dengan melakukan edukasi yang tepat mengenai konsep sedekah sehingga muncul kesadaran akan pentingnya mengeluarkan zakat, infak dan dana sosial keagamaan lainnya. Wallahua’lam.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar