REPUBLIKA.CO.ID,Durhaka kepada kedua orang tua (uquq al-walidain), menurut Syekh Muhammad Ibrahim al-Hamad dalam bukunya yang berjudul Uquq al-Walidain; Asbabuhu, Mazhahiruhu, Subul al-Ilaj,
adalah tindakan yang tercela. Rasulullah SAW di banyak sabdanya
melarang dan mengecam tindakan ini. Durhaka adalah salah satu dosa
besar. Oleh karena itu, seperti ditegaskan dalam riwayat Bukhari,
hindarilah.
Konsekuensi yang bakal diterima oleh anak durhaka, sangat banyak. Anak yang durhaka kepada kedua orangtuanya, terancam tidak akan masuk surga. Ini seperti tertuang di hadis riwayat Umar bin Khatab. Pendurhaka orang tua juga divonis terhalang dari nikmat melihat Allah SWT. Penegasan itu tertuang di riwayat Abdullah bin Umar.
Perlakuan durhaka bisa berbalik ke anak kelak, lantaran doa kuat seorang tua yang terzalimi oleh anak durhaka. Doa orang tua yang dizalim, termasuk kategori doa yang mustajab. Kekuatan doa orang tua itu, seperti tercatat di hadis riwayat Abu Hurairah.
Ia mengatakan manivestasi durhaka terhadap orang tua sangat banyak. Ini bisa terwujud antara lain dengan membuat sedih mereka akibat tingkah laku anak yang menyimpang, seperti sikap kasar dan berontak. Berkata “uf’ saja, sebagaimana penegasan surah al-Israa’ ayat ke-23 saja tidak boleh, apalagi melawan keduanya.
Terlebih, membuat air mata keduanya terurai. Tanda-tanda durhaka antaralain bersikap masam, menatap keduanya dengan raut wajah marah atau sinar mata yang tajam penuh benci, memerintah keduanya layaknya seorang pembantu, menyepelekan nasihat, atau tidak mengakui hubungan kerahiman dengan keduanya. Entah karena malu ataupun gengsi. Termasuk durhaka pula jika menitipkan mereka ke panti jompo karena sebab yang tak kuat.
Banyak sekali bentuk durhaka yang kerap ditemui dalam kehidupan sehari-hari. Paling parah, bila sang anak mengharapkan kematian keduanya atau salah satu dari mereka agar segera mewarisi harta warisan atau karena alasan sakit dan kemiskinan yang mengimpit. “Jangan sampai hal itu terjadi,”katanya mewanti-wanti.
Durhaka, ungkapnya, timbul karena beberapa faktor penyebab. Di antaranya paling mendasar adalah ketidaktahuan akan dampak dan dosa yang diakibatkan durhaka. Ini bisa dipicu oleh pola pendidikan yang salah dalam keluarga. Pendikan yang ideal dalam keluarga adalah pengokohan pondasi agama. Sebab berikutnya, ialah hilangnya keteladanan orang tua, pengalaman durhaka oleh orangtua sendiri, dan perceraian.
Inti solusinya, sebut Syekh Muhammad ialah mengembalikan sendi-sendi keluarga yang telah rapuh. Ciptakan suasana Islami dalam keluarga. Keteladanan yang kuat dari orang tua dan terapkan pendidikan Islam kepada anak-anak. “Jangan semberono mendidik anak,”tulisnya mengingatkan.
Konsekuensi yang bakal diterima oleh anak durhaka, sangat banyak. Anak yang durhaka kepada kedua orangtuanya, terancam tidak akan masuk surga. Ini seperti tertuang di hadis riwayat Umar bin Khatab. Pendurhaka orang tua juga divonis terhalang dari nikmat melihat Allah SWT. Penegasan itu tertuang di riwayat Abdullah bin Umar.
Perlakuan durhaka bisa berbalik ke anak kelak, lantaran doa kuat seorang tua yang terzalimi oleh anak durhaka. Doa orang tua yang dizalim, termasuk kategori doa yang mustajab. Kekuatan doa orang tua itu, seperti tercatat di hadis riwayat Abu Hurairah.
Ia mengatakan manivestasi durhaka terhadap orang tua sangat banyak. Ini bisa terwujud antara lain dengan membuat sedih mereka akibat tingkah laku anak yang menyimpang, seperti sikap kasar dan berontak. Berkata “uf’ saja, sebagaimana penegasan surah al-Israa’ ayat ke-23 saja tidak boleh, apalagi melawan keduanya.
Terlebih, membuat air mata keduanya terurai. Tanda-tanda durhaka antaralain bersikap masam, menatap keduanya dengan raut wajah marah atau sinar mata yang tajam penuh benci, memerintah keduanya layaknya seorang pembantu, menyepelekan nasihat, atau tidak mengakui hubungan kerahiman dengan keduanya. Entah karena malu ataupun gengsi. Termasuk durhaka pula jika menitipkan mereka ke panti jompo karena sebab yang tak kuat.
Banyak sekali bentuk durhaka yang kerap ditemui dalam kehidupan sehari-hari. Paling parah, bila sang anak mengharapkan kematian keduanya atau salah satu dari mereka agar segera mewarisi harta warisan atau karena alasan sakit dan kemiskinan yang mengimpit. “Jangan sampai hal itu terjadi,”katanya mewanti-wanti.
Durhaka, ungkapnya, timbul karena beberapa faktor penyebab. Di antaranya paling mendasar adalah ketidaktahuan akan dampak dan dosa yang diakibatkan durhaka. Ini bisa dipicu oleh pola pendidikan yang salah dalam keluarga. Pendikan yang ideal dalam keluarga adalah pengokohan pondasi agama. Sebab berikutnya, ialah hilangnya keteladanan orang tua, pengalaman durhaka oleh orangtua sendiri, dan perceraian.
Inti solusinya, sebut Syekh Muhammad ialah mengembalikan sendi-sendi keluarga yang telah rapuh. Ciptakan suasana Islami dalam keluarga. Keteladanan yang kuat dari orang tua dan terapkan pendidikan Islam kepada anak-anak. “Jangan semberono mendidik anak,”tulisnya mengingatkan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar