REPUBLIKA.CO.ID, Oleh: Hannan Putra
Selain menambah rezeki dan memanjangkan umur, silaturahim bisa memperkuat kesatuan umat.
Persis benar apa yang diibaratkan sebuah hadis, “Perumpamaan orang beriman dalam berkasih sayang laksana seperti satu tubuh. Jika satu bagian anggota tubuh sakit maka ikut sakitlah seluruh tubuh dengan tidak bisa tidur dan merasa demam.” (HR Bukhari Muslim).
Kekompakan dan kesatuan hati yang luar biasa itulah sebagai hasil dari silaturahim yang terus terjalin. Silaturahim yang terekat kuat menjadi pemersatu umat Islam yang menjadikan mereka satu rasa dan satu hati.
Ketua PP Persis KH Maman Abdurrahman mengatakan, bulan Syawal merupakan momen yang sangat pas untuk merajut silaturahim.Selain menambah rezeki dan memanjangkan umur, silaturahim bisa memperkuat kesatuan umat.
Persis benar apa yang diibaratkan sebuah hadis, “Perumpamaan orang beriman dalam berkasih sayang laksana seperti satu tubuh. Jika satu bagian anggota tubuh sakit maka ikut sakitlah seluruh tubuh dengan tidak bisa tidur dan merasa demam.” (HR Bukhari Muslim).
Kekompakan dan kesatuan hati yang luar biasa itulah sebagai hasil dari silaturahim yang terus terjalin. Silaturahim yang terekat kuat menjadi pemersatu umat Islam yang menjadikan mereka satu rasa dan satu hati.
Ketika semua keluarga, karib kerabat, dan para handai tolan berkumpul
bersama, saat itulah silaturahim bisa kembali bertaut. Ia memesankan,
jangan sia-siakan kesempatan yang jarang sekali datang itu.
“Sebenarnya, untuk bersilaturahim ini tidak khusus hanya pada bulan Syawal saja. Tapi, Syawal ini menjadi bagian penting dari umat Islam,'' kata KH Maman kepada Republika, Rabu (6/8).
Kyai Maman menjelaskan, menjelang akhir Ramadhan hingga Syawal, umat Islam saling berkunjung dan menjalin silaturahim satu sama lain. ''Kita saling mendoakan dengan versi yang berbagai macam,” jelasnya.
Berangkat dari tradisi yang baik untuk menjaga silaturrahim itulah, persatuan umat Islam terus terjaga. Menurut Kiai Maman, itulah rahasia mengapa silaturahim benar-benar menjadi budaya positif bagi umat Islam. Alasannya, silaturahim bisa menjadi pondasi persatuan umat.
“Dalam hadis banyak diterangkan fadhilahnya. Bisa memperpanjang umur, bisa melancarkan rezeki. Ketika bersilaturahim satu sama lain saling berdoa, semoga dipanjangkan umur walau perkara umur kita ini sudah ditentukan,” ujarnya.
Demikian juga, dengan melancarkan rezeki seperti termaktub dalam hadis, “Siapa yang ingin dipanjangkan umurnya dan dilancarkan rezekinya maka jalinlah silaturahim.” (HR Bukhari Muslim).
“Sebenarnya, untuk bersilaturahim ini tidak khusus hanya pada bulan Syawal saja. Tapi, Syawal ini menjadi bagian penting dari umat Islam,'' kata KH Maman kepada Republika, Rabu (6/8).
Kyai Maman menjelaskan, menjelang akhir Ramadhan hingga Syawal, umat Islam saling berkunjung dan menjalin silaturahim satu sama lain. ''Kita saling mendoakan dengan versi yang berbagai macam,” jelasnya.
Berangkat dari tradisi yang baik untuk menjaga silaturrahim itulah, persatuan umat Islam terus terjaga. Menurut Kiai Maman, itulah rahasia mengapa silaturahim benar-benar menjadi budaya positif bagi umat Islam. Alasannya, silaturahim bisa menjadi pondasi persatuan umat.
“Dalam hadis banyak diterangkan fadhilahnya. Bisa memperpanjang umur, bisa melancarkan rezeki. Ketika bersilaturahim satu sama lain saling berdoa, semoga dipanjangkan umur walau perkara umur kita ini sudah ditentukan,” ujarnya.
Demikian juga, dengan melancarkan rezeki seperti termaktub dalam hadis, “Siapa yang ingin dipanjangkan umurnya dan dilancarkan rezekinya maka jalinlah silaturahim.” (HR Bukhari Muslim).
Selain menambah rezeki dan memanjangkan umur, silaturahim bisa memperkuat kesatuan umat.
Dengan menjalin silaturahim, jaringan dan konektivitas bisnis seseorang akan lebih berkembang. Ide-ide segar untuk perluasan bisnisnya akan lebih terbuka dengan berinteraksi bersama saudaranya sesama Muslim.
“Aspek silaturahim yang lebih luas, secara kebangsaan. Itu sangat perlu yang namanya silaturahim. Mulai dari acara resmi hingga yang tidak resmi. Bahkan, sekarang silaturahim bisa terjalin dengan alat-alat komunikasi,” kata KH Maman.
Jadi, tidak ada alasan untuk mengabaikan silaturahim dengan segala fasilitas dan sarana komunikasi yang gampang dan mudah tersedia. Ia mengatakan, Rasulullah SAW menjalin silaturahim dengan para sahabatnya setiap hari dengan shalat berjamaah.
Hikmah disyariatkannya shalat berjamaah di masjid, yakni untuk merekat silaturahim antarsesama orang beriman. Lima waktu mereka bertemu di masjid untuk menjalin ukhuwah.
Selepas mengimami shalat, Rasulullah SAW selalu memutar duduknya menghadap kepada para jamaah. Rasulullah SAW melihat para sahabatnya siapa yang absen dari shalat berjamaah.
“Dari situ saja menunjukkan perhatian Rasulullah SAW ingin mengetahui para sahabatnya mana yang hadir dan mana yang tidak,” ujar kyai Maman menjelaskan.
Tidak hanya cukup waktu lima waktu dalam sehari, silaturahim mingguan pun terjalin ketika shalat Jumat. Sebagaimana yang membudaya di masyarakat Timur Tengah hingga sekarang.
Selepas shalat Jumat digunakan untuk bertemu dan merekat silaturahim dengan sahabat dan handai tolan. Bahkan, tak jarang pertemuan tersebut berujung dengan makan bersama selepas shalat Jumat. “Bangun silaturrahim untuk membangunkan kekuatan umat dan bangsa,” kata KH Maman berpesan.
Dengan menjalin silaturahim, jaringan dan konektivitas bisnis seseorang akan lebih berkembang. Ide-ide segar untuk perluasan bisnisnya akan lebih terbuka dengan berinteraksi bersama saudaranya sesama Muslim.
“Aspek silaturahim yang lebih luas, secara kebangsaan. Itu sangat perlu yang namanya silaturahim. Mulai dari acara resmi hingga yang tidak resmi. Bahkan, sekarang silaturahim bisa terjalin dengan alat-alat komunikasi,” kata KH Maman.
Jadi, tidak ada alasan untuk mengabaikan silaturahim dengan segala fasilitas dan sarana komunikasi yang gampang dan mudah tersedia. Ia mengatakan, Rasulullah SAW menjalin silaturahim dengan para sahabatnya setiap hari dengan shalat berjamaah.
Hikmah disyariatkannya shalat berjamaah di masjid, yakni untuk merekat silaturahim antarsesama orang beriman. Lima waktu mereka bertemu di masjid untuk menjalin ukhuwah.
Selepas mengimami shalat, Rasulullah SAW selalu memutar duduknya menghadap kepada para jamaah. Rasulullah SAW melihat para sahabatnya siapa yang absen dari shalat berjamaah.
“Dari situ saja menunjukkan perhatian Rasulullah SAW ingin mengetahui para sahabatnya mana yang hadir dan mana yang tidak,” ujar kyai Maman menjelaskan.
Tidak hanya cukup waktu lima waktu dalam sehari, silaturahim mingguan pun terjalin ketika shalat Jumat. Sebagaimana yang membudaya di masyarakat Timur Tengah hingga sekarang.
Selepas shalat Jumat digunakan untuk bertemu dan merekat silaturahim dengan sahabat dan handai tolan. Bahkan, tak jarang pertemuan tersebut berujung dengan makan bersama selepas shalat Jumat. “Bangun silaturrahim untuk membangunkan kekuatan umat dan bangsa,” kata KH Maman berpesan.
Selain menambah rezeki dan memanjangkan umur, silaturahim bisa memperkuat kesatuan umat.
Ketua Umum PBNU KH Said Aqil Siraj juga menyepakati akan pentingnya menjalin silaturahim pada bulan Syawal. “Ini sebuah tradisi yang yang sangat baik pada bulan Syawal ini. Dengan saling memaafkan, semoga itu menjadikan kita kembali bersih,” ujarnya.
Soal pemaknaan silaturahim Kiai Said membagi menjadi tiga tingkatan. “Kita harus luruskan dulu makna silaturahim.
Pertama, silaturahim antarkeluarga dalam karib kerabat dan ini yang paling tinggi. Asal-muasal silaturahim itu dari sini,''ujarnya.
Yang memutuskan silaturahim itu dimaksudkan dalam konteks ini. Kedua, silaturahim antarumat Islam dan ketiga silaturahim dalam artian yang luas, yakni antarumat manusia secara luas,” katanya memaparkan.
Menurutnya, silaturahim yang sebenarnya tidak dalam artian harus bertemu atau berjabat tangan. Sebenarnya, jalinan silaturrahim itu ada dalam berbagai bentuk dan aspek.
“Bermaaf-maafan itu penting, menebar senyum dan berjabat tangan dengan saudara itu penting, tetapi ada yang lebih penting. Seperti, memberikan bantuan bagi keluarga yang membutuhkan.”
Membantu saudara dan karib kerabat yang kesusahan merupakan perkara yang lebih utama untuk menjalin silaturahim. Apa artinya berjabatan tangan, tetapi tidak mau peduli dengan kesusahan yang dihadapi oleh karib-kerabat dan saudara sendiri.
“Yang dicontohkan Rasulullah SAW seperti itu. Seperti, mengirimkan bantuan kepada saudara kita. Itu silaturahim yang sesungguhnya,” ujarnya menambahkan.
Untuk itulah, tidak dibenarkan umat Islam memutuskan tali silaturahim dengan saudaranya. Tidak halal bagi seseorang yang bermusuhan untuk berdiam, tidak bertegur sapa dengan saudaranya lebih dari tiga hari.
Tidak halal bagi suami istri yang terlibat perselisihan untuk berdiam-diaman lebih dari satu hari. Silaturahim tidak bisa dibiarkan membeku. Karena, silaturahim yang rapuh akan menjadi bom waktu yang mengancurkan persatuan umat Islam.
Ketua Umum PBNU KH Said Aqil Siraj juga menyepakati akan pentingnya menjalin silaturahim pada bulan Syawal. “Ini sebuah tradisi yang yang sangat baik pada bulan Syawal ini. Dengan saling memaafkan, semoga itu menjadikan kita kembali bersih,” ujarnya.
Soal pemaknaan silaturahim Kiai Said membagi menjadi tiga tingkatan. “Kita harus luruskan dulu makna silaturahim.
Pertama, silaturahim antarkeluarga dalam karib kerabat dan ini yang paling tinggi. Asal-muasal silaturahim itu dari sini,''ujarnya.
Yang memutuskan silaturahim itu dimaksudkan dalam konteks ini. Kedua, silaturahim antarumat Islam dan ketiga silaturahim dalam artian yang luas, yakni antarumat manusia secara luas,” katanya memaparkan.
Menurutnya, silaturahim yang sebenarnya tidak dalam artian harus bertemu atau berjabat tangan. Sebenarnya, jalinan silaturrahim itu ada dalam berbagai bentuk dan aspek.
“Bermaaf-maafan itu penting, menebar senyum dan berjabat tangan dengan saudara itu penting, tetapi ada yang lebih penting. Seperti, memberikan bantuan bagi keluarga yang membutuhkan.”
Membantu saudara dan karib kerabat yang kesusahan merupakan perkara yang lebih utama untuk menjalin silaturahim. Apa artinya berjabatan tangan, tetapi tidak mau peduli dengan kesusahan yang dihadapi oleh karib-kerabat dan saudara sendiri.
“Yang dicontohkan Rasulullah SAW seperti itu. Seperti, mengirimkan bantuan kepada saudara kita. Itu silaturahim yang sesungguhnya,” ujarnya menambahkan.
Untuk itulah, tidak dibenarkan umat Islam memutuskan tali silaturahim dengan saudaranya. Tidak halal bagi seseorang yang bermusuhan untuk berdiam, tidak bertegur sapa dengan saudaranya lebih dari tiga hari.
Tidak halal bagi suami istri yang terlibat perselisihan untuk berdiam-diaman lebih dari satu hari. Silaturahim tidak bisa dibiarkan membeku. Karena, silaturahim yang rapuh akan menjadi bom waktu yang mengancurkan persatuan umat Islam.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar