KETIKA manusia berada dalam situasi berat di bawah terik matahari yang sangat panas dan merasakan siksaan dimana gunung tinggi dan kokoh pun terbenam karenanya. Namun ada kelompok orang-orang shaleh yang merasa nyaman dalam naungan Allah Yang Maha Pengasih. Mereka tidak mengalami kesusuhan yang didertia oleh orang lain.
Siapa mereka? Mereka adalah orang-orang yang memiliki cita-cita
tinggi dan tekad lurus yang mencerminkan akidah Islam dan nilai-nilainya
yang utama, dan melakukan perbuatan-perbuatan mulia yang menurut ukuran
Islam memiliki bobot yang besar.
Mereka adalah pemimpin yang adil, yang memiliki kekuatan dan
kekuasaan tetapi tidak semena-mena, dan menegakkan keadilan di antara
hamba-hamba Allah sesuai dengan aturanm Ilahi.
Termasuk mereka pula pemuda yang tumbuh dalam ketaatan beribadah
kepada Allah, yang mengendalikan jiwanya dengan kendali takwa dan
menahan hawa nafsunya, sehingga ia hidup dengan suci dan bersih.
Di antara mereka juga orang-orang yang memakmurkan masjid-masjid Allah. Mereka itu beramah tamah dan bermunajat kepada Allah di ruangan masjid itu. Mereka hampir tidak meninggalkan masjid dan merasa betah didalamnya.
Orang-orang yang saling mencintai karena Allah juga termasuk diantara
mereka. Orang-orang ini dipadukan oleh ikatan ukhuwah karena Allah,
bersatu atas dasar kebaikan, ketakwaan, kesalehan dan berpisah atas
dasar amal shaleh.
Di antara mereka pula orang yang digoda oleh wanita tetapi ia menolak
karena ketakutannya kepada Allah sehingga menghindarkan mereka dari
perbuatan nista.
Juga termasuk diantara mereka, orang yang bersedekah dengan ikhlas
karena Allah. Ia merahasiakan sedekahnya itu bahkan dari dirinya
sendiri.
Di antara mereka juga orang yang dipenuhi rasa takut kepada Allah
sehingga saat ia berdzikir kepada Allah ia meneteskan air mata.
Bukhari dan Muslim dalam Shahih masing-masing meriwayatkan dari Abu
Hurairah r.a yang mengatakan bahwa Rasulullah SAW bersbda, “Tujuh yang
Allah naungi di bawah naungan-Nya pada hari tidak ada naungan kecuali
naungan-Nya: Pemimpin yang adil, pemuda yang tumbuh dalam ibadah kepada
Allah, laki-laki yang terikat hatinya pada masjid, dua orang yang saling
mencintai, berkumpul dan berpisah karena Allah, laki-laki yang dirayu
seorang wanita yang memiliki kedudukan dan kecantikan lalu ia
mengatakan, ‘Aku sungguh takut kepada Allah’, orang yang bersedekah
secara diam-diam sehingga tangan kirinya tidak tahu apa yang didermakan
tangan kanannya, dan ornag yang berdzikir kepada Allah dalam keadaan
sendiri sehingga meneteskan air mata,” [Sumber: Ensiklopedia Kiamat/
Karya: Dr. Umar Sulayman al-Asykar/Penerbit: Serambi]
BANYAK nas yang menunjukkan penaungan di bawah naungan ‘Arasy yang
Allah berikan bagi orang-orang yang saling mencintai karena Allah pada
hari itu. Diantaranya adalah hadits yang diriwayatkan oleh Muslim dari
Abu Hurairah. Abu Hurairah mengatakan bahwa Rasulullah SAW bersabda,
“Sesungguhnya Allah berkata pada hari kiamat, ‘Manakah orang-orang yang
saling mencintai karena Aku? Hari ini, hari yang tidak ada naungan
kecuali naungan-Ku, Aku naungi mereka dibawah naungan-Ku”
Dalam Mu’jam ath-Thabarani al-Kabir, Musnad Ahmad, Shahih Ibn Hibban, dan Mustadrak al-Hakim diriwayatkan dari Mu’adz bahwa Rasulullah SAW bersabda, “Sesungguhnya orang-orang yang saling mencintai karena Allah akan berada dalam naungan ‘Arasy”
Dalam buku al-Ikhwan karangan Ibn Abu Dunya diriwayatkan dengan sanad yang shahih dari ‘Ubadah ibn Shamit bahwa Rasulullah SAW bersabda, “Allah SWT berfirman, ‘Cintaku untuk orang-orang yang saling mencintai karena Aku. Aku naungi mereka dalam naungan ‘Arasy pada hari dimana tidak ada naungan selain naungan-Ku”
Penaungan di bawah naungan ‘Arasy tidak terbatas pada tujuh golongan yang disebutkan dalam hadits itu saja. Banyak nas yang menunjukan bahwa Allah juga menaungi selain mereka. Ibn Hajr al-Asqalani telah menghimpun pekerti-pekerti yang para pelakunya dinaungi oleh Allah, dalam buku yang berjudul Ma’rifat al-Khishal al-Mushilah ila azh-Zhilal (Mengenal Sifat-Sifat yang Menghasilkan Naungan)
Diantara pekerti-pekerti itu adalah menangguhkan atau membebaskan hutang dari orang yang sedang kesusahan. Dalam Shahih Muslim dan Musnad Ahmad diriwayatkan dari Abu Yasr bahwa Rasulullah SAW bersabda, “Orang yang menangguhkan atau membebaskan orang yang sedang kesusahan, dinaungi oleh Allah dalam naungan-Nya.”
Dalam Musnad Ahmad dan Sunan ad-Damiri diriwayatkan dengan sanad yang shahih dari Abu Qatadah dari Rasulullah SAW bahwa beliau bersabda, “Siapa yang meringankan atau membebaskan orang yang berhutang kepadanya, pada hari kiamat ia bearada dalam naungan ‘Arasy” [Sumber: Ensiklopedia Kiamat/ Karya: Dr. Umar Sulayman al-Asykar/Penerbit: Serambi]
Dalam Mu’jam ath-Thabarani al-Kabir, Musnad Ahmad, Shahih Ibn Hibban, dan Mustadrak al-Hakim diriwayatkan dari Mu’adz bahwa Rasulullah SAW bersabda, “Sesungguhnya orang-orang yang saling mencintai karena Allah akan berada dalam naungan ‘Arasy”
Dalam buku al-Ikhwan karangan Ibn Abu Dunya diriwayatkan dengan sanad yang shahih dari ‘Ubadah ibn Shamit bahwa Rasulullah SAW bersabda, “Allah SWT berfirman, ‘Cintaku untuk orang-orang yang saling mencintai karena Aku. Aku naungi mereka dalam naungan ‘Arasy pada hari dimana tidak ada naungan selain naungan-Ku”
Penaungan di bawah naungan ‘Arasy tidak terbatas pada tujuh golongan yang disebutkan dalam hadits itu saja. Banyak nas yang menunjukan bahwa Allah juga menaungi selain mereka. Ibn Hajr al-Asqalani telah menghimpun pekerti-pekerti yang para pelakunya dinaungi oleh Allah, dalam buku yang berjudul Ma’rifat al-Khishal al-Mushilah ila azh-Zhilal (Mengenal Sifat-Sifat yang Menghasilkan Naungan)
Diantara pekerti-pekerti itu adalah menangguhkan atau membebaskan hutang dari orang yang sedang kesusahan. Dalam Shahih Muslim dan Musnad Ahmad diriwayatkan dari Abu Yasr bahwa Rasulullah SAW bersabda, “Orang yang menangguhkan atau membebaskan orang yang sedang kesusahan, dinaungi oleh Allah dalam naungan-Nya.”
Dalam Musnad Ahmad dan Sunan ad-Damiri diriwayatkan dengan sanad yang shahih dari Abu Qatadah dari Rasulullah SAW bahwa beliau bersabda, “Siapa yang meringankan atau membebaskan orang yang berhutang kepadanya, pada hari kiamat ia bearada dalam naungan ‘Arasy” [Sumber: Ensiklopedia Kiamat/ Karya: Dr. Umar Sulayman al-Asykar/Penerbit: Serambi]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar