REPUBLIKA.CO.ID, Kehidupan di dunia ini sebenarnya adalah
kehidupan menuju akhirat. Ia adalah jembatan yang mesti dilalui oleh
setiap manusia sebelum menempuh alam akhirat. Bahasa sederhananya,
kehidupan dunia adalah medan persediaan dan persiapan untuk menuju
kehidupan akhirat yang kekal sepanjang zaman. Ar-Raghib mengatakan,
Kekal adalah terbebasnya sesuatu dari segala macam kerusakan dan tetap
dalam keadaan semula.”
Kehidupan dunia ini merupakan jembatan penyeberangan, bukan tujuan
akhir dari sebuah kehidupan, melainkan sebagai sarana menuju kehidupan
yang sebenarnya, yaitu kehidupan akhirat. Karena itu, Alquran menamainya
dengan beberapa istilah yang menunjukkan hakikat kehidupan yang
sebenarnya.
Kedua, dar al-qarar (tempat yang kekal). Hai kaumku, sesungguhnya
kehidupan dunia ini hanyalah kesenangan (sementara), dan sesungguhnya
akhirat itulah negeri yang kekal.” (QS Ghafir [40]: 39).
Ketiga, dar al-jaza’ (tempat pembalasan). Di hari itu, Allah akan
memberi mereka balasan yang setimpal menurut semestinya, dan tahulah
mereka bahwa Allahlah yang benar lagi yang menjelaskan (segala sesuatu
menurut hakikat yang sebenarnya).” (QS an-Nur [24]: 25).
Keempat, dar al-muttaqin (tempat yang terbaik bagi orang yang
bertakwa). Dan dikatakan kepada orang-orang yang bertakwa: ‘Apakah yang
telah diturunkan oleh Tuhanmu?’ Mereka menjawab: ‘(Allah telah
menurunkan) kebaikan.’ Orang-orang yang berbuat baik di dunia ini
mendapat (pembalasan) yang baik. Sesungguhnya kampung akhirat adalah
lebih baik, dan itulah sebaik-baik tempat bagi orang yang bertakwa.” (QS
an-Nahl [16]: 30).
Dengan demikian, setelah manusia mengetahui akan hakikat kehidupan
yang sebenarnya, mereka akan memberikan perhatian yang lebih besar pada
kehidupan akhirat yang kekal daripada kehidupan dunia yang fana ini.
Sebab, Sesungguhnya hari kemudian itu lebih baik bagimu daripada yang
sekarang.” (QS ad-Dhuha [93]: 4).
Oleh karena itu, Sampaikanlah berita gembira kepada mereka yang
beriman dan berbuat baik bahwa bagi mereka disediakan surga-surga yang
mengalir sungai-sungai di dalamnya. Setiap mereka diberi rezeki
buah-buahan dalam surga-surga itu. Mereka mengatakan: ‘Inilah yang
pernah diberikan kepada kami dahulu.’ Mereka diberi buah-buahan yang
serupa dan untuk mereka di dalamnya ada istri-istri yang suci, dan
mereka kekal di dalamnya.” (QS al-Baqarah [2]: 25). Wallahu a’lam.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar