Minggu, 14 Februari 2016

RENUNGAN PAGI

Aku melihat hidup orang lain begitu nikmat,
ternyata ia hanya menutupi kekurangannya tanpa berkeluh kesah..
Aku melihat hidup teman2ku tak ada duka dan kepedihan,
Ternyata ia hanya pandai menutupi dengan mensyukuri..
Aku melihat hidup saudaraku tenang tanpa ujian,
Ternyata ia begitu menikmati badai hujan dlm kehidupannya..
Aku melihat hidup sahabatku begitu sempurna,
Ternyata ia hanya berbahagia menjadi apa adanya..
Aku melihat hidup tetanggaku beruntung,
Ternyata ia selalu tunduk pada Alloh untuk bergantung..
Setiap hari aku belajar memahami dan mengamati setiap hidup orang yang aku temui..
Ternyata aku yang kurang mensyukuri nikmatMu..
Bahwa di belahan dunia lain, masih ada yang belum seberuntung yang aku miliki saat ini....
Dan satu hal yang aku ketahui, bahwa Allohu Rabbi tak pernah mengurangi ketetapanNya.
Hanya aku lah yang masih saja mengkufuri nikmat suratan takdir Ilahi...
Maka aku merasa tidak perlu iri hati dengan rezeki orang lain..
Mungkin aku tak tahu dimana rezekiku.. Tapi rezekiku tahu dimana diriku..
Dari lautan biru, bumi dan gunung, Alloh Ta'ala telah memerintahkannya menuju kepadaku...
Alloh Ta'ala menjamin rezekiku, sejak 4 bulan 10 hari aku dalam kandungan ibuku..
Amatlah keliru bila bertawakkal, rezeki dimaknai dari hasil bekerja..
Karena bekerja adalah ibadah, sedang rezeki itu urusan-Nya..
Melalaikan kebenaran demi menghawatirkan apa yang dijamin-Nya, adalah kekeliruan berganda..
Manusia membanting tulang, demi angka simpanan gaji, yang mungkin esok akan ditinggal mati..
Mereka lupa bahwa hakekat rezeki bukan apa yang tertulis dalam angka, tapi apa yang telah dinikmatinya..
Rezeki tak selalu terletak pada pekerjaan kita, Allah menaruh sekehendak-Nya..
Diulang bolak balik 7x shafa dan marwah, tapi zamzam justru muncul dari kaki sang bayi, Ismail a.s.
Ikhtiar itu perbuatan.. Rezeki itu kejutan..
Dan yang tidak boleh dilupakan, tiap hakekat rezeki akan ditanya kelak..
"Darimana dan digunakan untuk apa"
Karena rezeki hanyalah "hak pakai", bukan "hak milik"...
Maka, aku tidak boleh merasa iri pada rezeki orang lain..
Bila aku iri pada rezeki orang, sudah seharusnya aku juga iri pada takdir kematiannya.... Astaghfirullaah...!!!
...untaian kalimat" ini sejujurnya ditujukan untuk diri saya sendiri, yg masih berupaya menata hati.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar