YESUS alias Nabi Isa as. merupakan nabi yang diturunkan Allah kepada
Bani Israil. Tugasnya adalah untuk menyelamatkan Bani Israil dari
kesesatan yang telah lama dilakukan kaum tersebut. Allah SWT masih
menyayangi kaum Musa as. ini dan menurunkan satu nabi lagi khusus untuk
mereka. Nabi Isa as. mengaku jika dirinya diutus Allah hanya untuk
kaumnya saja, Bani Israil, dan bukan untuk umat manusia seluruh dunia.
Di dalam Injil sendiri ada peristiwa di mana Yesus menolak seorang
wanita Kanaan (Palestina) yang meminta anaknya disembuhkan dari
kemasukan setan,Yesus menolak dan mengatakan, “Aku diutus hanya kepada
domba-domba yang hilang dari umat Israel.” (Matius 15 :24). Yesus
sendiri menolong perempuan itu juga, namun tidak menyuruh perempuan itu
untuk ‘pindah keyakinan’. Penegasan itu juga nampak dari pesan Yesus
kepada para muridnya yang mewantiwanti mereka untuk tidak menyebarkan
ajarannya kepada orang selain dari Bani Israil.
Kedua belas murid itu diutus oleh Yesus dan Ia berpesan kepada
mereka: “Janganlah kamu menyimpang ke jalan bangsa lain atau masuk ke
dalam kota orang Samaria, melainkan pergilah kepada domba-domba yang
hilang dari umat Israel.” (Matius 10:5-6)
Ajaran Paulus inilah, -ditulis pada 49 M (Galatia-, yang mempengaruhi
Injil-injil yang ditulis sesudahnya yakni injil Markus (55 M), Injil
Matius (60-an M), Injil Yohanes (80 M), dan Injil Lukas (60 M). Paulus,
Yahudi dari Tarsus, di dalam banyak ayat Injil digambarkan sebagai
seorang murid yang banyak tidak patuh pada Yesus, bahkan Yesus dalam
banyak ayat memarahi dia hingga menendangnya.
Paulus inilah yang kemudian mengubah ajaran Nabi Isa as. yang
berhaluan paganisme Yahudi. Namun hal ini terjadi tidak terlepas dari
kondisi sosial budaya bangsa Yahudi sebelum masa Nabi Isa. Turun.
Minimal ada tiga kondisi yang bisa kita telaah. Pertama, Aqidah
orang-orang Yahudi telah terkontaminasi kepercayaan Paganisme Babilonia.
Sekitar 50 tahun (586-535 SM) bangsa Yahudi berada di pengasingan di
Babilonia yang masyarakatnya menyembah berhala. Kedua, pada tahun 334
SM, Alexander raja Yunani menguasai bangsa Yahudi dan menyebarkan faham
Filsafat yang kemudian mempengaruhi pemikiran orang-orang Yahudi.
Ketiga, bangsa-bangsa yang menaklukan orang-orang Yahudi adalah penganut
politeisme. Ini pun berpengaruh kepada aqidah bangsa Yahudi.
Ketika Nabi Isa as, menyampaikan ajaran Allah SWT, pengaruh
kepercayaan paganisme memang sudah mengakar kuat di tengah-tengah
masyarakat, maka terjadilah penyimpangan pemahaman oleh Paulus terhadap
ajaran yang dibawa Nabi Isa as. Paulus pun mengklaim bahwa telah bertemu
Yesus (Isa) dan diangkat sebagai rasulnya. Ia kemudian mengajarkan
ajaran Isa yang telah dicampur adukkan dengan filsafat Yunani dan
Paganisme.
Allah SWT sudah mengingatkan hal ini dalam Surah Al Baqarah ayat 87,
“..Dan Sesungguhnya Kami telah mendatangkan Al kitab (Taurat) kepada
Musa, dan Kami telah menyusulinya (berturut-turut) sesudah itu dengan
rasul-rasul, dan telah Kami berikan bukti-bukti kebenaran (mukjizat)
kepada Isa putera Maryam dan Kami memperkuatnya dengan Ruhul Qudus.
Apakah Setiap datang kepadamu seorang Rasul membawa sesuatu (pelajaran)
yang tidak sesuai dengan keinginanmu lalu kamu menyombong; Maka beberapa
orang (diantara mereka) kamu dustakan dan beberapa orang (yang lain)
kamu bunuh?”
Tiga abad setelah peristiwa penyaliban, pengikut ajaran Nabi Isa as.
berkembang dengan beragam corak pemahamannya. Terjadi bentrokan diantara
mereka antara kalangan yang pro ajaran Tauhid dari Nabi Isa as. dengan
yang kontra. Mereka yang kontra notabene adalah kelompok pro ajaran
Paulus yang paganis. Peperangan ini sampai mengancam keutuhan kerajaan
Roma.
Karenanya, atas usulan Konstantin diadakanlah Muktamar di Nicea pada
tahun 325 M yang dihadiri sekitar 2048 orang dengan pendiriannya
masing-masing. Terjadi perdebatan yang sengit dan tak ada titik temu.
Akhirnya Konstantin yang cenderung pada paganis memanggil 318 orang yang
berfaham Paulus dan menyatakan dukungannya. Setelah itu muktamar
dilanjutkan, sementara itu peserta lainnya melakukan walk out.
Di dalam muktamar ini banyak dipilih doktrin-doktrin dan syiar–syiar
ibadah secara voting (tanggal paskah, peranan uskup, dan tentu saja
tentang ketuhanan Yesus). Setelah itu diadakanlah revisi terhadap Injil.
Sementara injil-injil lain yang bertentangan dimusnahkan. Dan orang
yang berani membaca injil terlarang itu akan dicap sebagai heretis
(berlaku bid’ah).
Perihal apakah injil yang asli masih adakah sampai saat ini?
Allahua’lam. Namun hemat penulis, permasalahannya bukan pada masih ada
yang aseli atau tidak, namun injil hanya berlaku bagi kaum Nabi Isa as.
saja, sedangkan sekarang kita sebagai umat muslim telah memiliki kitab
Suci Al Qur’an sebagai kitab yang dijaga keasliannya oleh Allah SWT
hingga akhir zaman.
Kristen Pada Masa Rasulullah SAW
Tentu pada zaman Rasulullah SAW ada golongan yang beragama Nashrani.
Menurut Imam Ibnul Qayyim Al Jauzi, dalam Hidayatu Al-Hayara fi Ajwibati
Al-Yahud wa An-Nashara, umat Nasrani pada masa Rasulullah sudah
tersebar di sebagian belahan dunia. Di Syam, (hampir) semua penduduknya
adalah Nasrani. Adapun di Maghrib, Mesir, Habasyah, Naubah, Jazirah,
Maushil, Najran, dan lain-lain, meski tidak semuanya, namun mayoritas
penduduknya adalah Nasrani.
Terhadap mereka, Rasulullah SAW senantiasa melakukan Dakwah, seperti
yang pernah beliau lakukan kepada Raja Najasyi, seorang Raja Nashrani
yang tinggal di Ethiopia. Rasulullah SAW pun mengirimi surat kepada
Najasyi untuk bertauhid kepada Allah SWT. Berikut adalah pesan surat
tersebut,
“Dari Muhammad utusan Islam untuk An-Najasyi, penguasa Abyssinia
(Ethiopia). Salam bagimu, sesungguhnya aku bersyukur kepada Allah yang
tidak ada Tuhan kecuali Dia, Raja, Yang Maha Suci, Yang Maha Sejahtera,
Yang Mengaruniakan keamanan, Yang Maha Memelihara, dan aku bersaksi
bahwa Isa putra Maryam adalah ruh dari Allah yang diciptakan dengan
kalimat Nya yang disampaikan Nya kepada Maryam yang terpilih, baik dan
terpelihara. Maka ia hamil kemudian diciptakan Isa dengan tiupan ruh
dari-Nya sebagaimana diciptakan Adam dari tanah dengan tangan Nya.
Sesungguhnya aku mengajakmu ke jalan Allah. Dan aku telah sampaikan dan
menasihatimu maka terimalah nasihatku. Dan salam bagi yang mengikuti
petunjuk.”
Ketika Rasulullah sholallahu ‘alaihi wasallam menulis surat kepada
Raja Najasyi untuk menjadi seorang muslim, maka Raja Najasyi mengambil
surat itu, beliau lalu meletakkan ke wajahnya dan turun dari singgasana.
Beliaupun masuk Islam melalui Ja’far bin Abi Tholib radiyallahu ‘anhu.
Namun Rasulullah SAW juga pernah melakukan perperangan terhadap kaum
Nashrani. Hal ini bermula ketika salah satu surat beliau telah dibawa
oleh Harits bin Umair ra. yang akan diberikan kepada Raja Bushra yang
Nashrani. Ketika sampai di Mu’tah, maka Syarahbil Ghassani yang ketika
itu menjadi salah seorang hakim kaisar telah membunuh utusan Rasulullah
SAW. Membunuh utusan, menurut aturan siapa saja, adalah suatu kesalahan
besar. Rasulullah SAW sangat marah atas kejadian itu.
Maka Rasulullah SAW menyiapkan pasukan sebanyak tiga ribu orang. Zaid
bin Haritsah ra. telah dipilih menjadi pemimpin pasukan tersebut.
Rasulullah SAW bersabda, “Jika ia mati syahid dalam peperangan, maka
Ja’far bin Abi Thalib ra. menggantinya sebagai pemimpin pasukan. Jika ia
juga mati syahid, maka penlimpin pasukan digantikan oleh Abdullah bin
Rawahah ra. Jika ia juga mati syahid, maka terserah kaum muslim untuk
memilih siapa pemimpinnya”. Allahua’lam. (Pz/Islampos)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar