REPUBLIKA.CO.ID,KAIRO--Selain dinasti Ottoman di Turki, Dinasti
Mughal juga tercatat sebagai salah satu kerajaan yang memiliki peradaban
megah dalam sejarah dunia Islam.
Hari ini, sisa-sisa kemegahannya tersebut masih dapat kita jumpai di
sejumlah wilayah anak benua Asia, seperti Pakistan, Bangladesh, dan
India. Dinasti Mughal atau juga dikenal dengan sebutan Mogul, merupakan
dinasti Islam yang menguasai sebagian besar kawasan utara India sejak
1526–1857.
Pada masa-masa selanjutnya, eksistensi kerajaan ini terus menyusut
dan semakin melemah pengaruhnya hingga pertengahan abad ke-19. Kerajaan
Mughal menjadi masyhur lantaran kemampuannya mempertahankan pengaruh di
tanah Hindustan selama dua abad lebih.
Merunut dari Ensiklopedia Britannica, dinasti ini juga terkenal
karena keberhasilannya mempersatukan masyarakat Hindu dan Muslim di
bawah naungan satu negara India.
Kesultanan Mughal didirikan oleh seorang pangeran Chagatai
(Turko-Mongol) bernama Zahiruddin Babur yang memerintah India sejak
1526-1530. Dari kedua orangtuanya, Babur mewarisi darah penakluk.
Ayahnya merupakan keturunan Timur Lenk (Tamerlane), sang penakluk Asia Tengah yang juga pendiri Dinasti Timurid. Sementara, ibunya mewarisi silsilah penguasa Mongol yang melegenda, Jengis Khan.
Sejak kekuasaan leluhurnya di Asia Tengah runtuh, Babur mengalihkan
ambisi penaklukannya ke India. Dari Kabul (Afghanistan), ia mulai
mengarahkan ekspansinya ke Punjab. Selanjutnya, ia berhasil pula
menduduki sebagian wilayah utara India menyusul kemenangan tentara di
Panipat pada 1526.
Ketika Babur mangkat pada 1530, wilayah kekuasaan Mughal semakin
meluas; membentang dari Sungai Indus di sebelah barat sampai ke Bihar di
sebelah timur, dan dari Himalaya di utara hingga Gwalior di selatan.
Selanjutnya, pada periode pemerintahan Sultan Akbar (1556–1605),
dinasti ini berhasil mencaplok bagian tengah India. Tak hanya itu,
hubungan harmonis antara umat Islam dan Hindu di India juga mengalami
kemajuan yang signifikan di bawah kepemimpinan sang sultan. Banyak orang
Hindu yang direkrut menjadi tentara maupun pegawai di kantor-kantor
pemerintah.
“Ketika Sultan Akbar berkuasa, proses interaksi dan pertukaran
pikiran antara bangsawan Hindu dan Muslim di lingkungan istana kerajaan
pada akhirnya melahirkan akulturasi dua kebudayaan yang berbeda (Islam
dan Hindu—Red),” tulis sejarawan India, Jadunath Sarkar, dalam buku A History of Jaipur.
Menurut Sarkar, toleransi yang luas yang diberikan Sultan Akbar
kepada umat Hindu menjadi salah satu faktor kunci bagi kelangsungan
Dinasti Mughal di India. Sebagai bukti, Sultan Jahangir (1605-1627) yang
melanjutkan kebijakan tersebut juga tercatat sebagai raja Mughal yang
sukses pada zamannya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar