achrony.wordpress.com
REPUBLIKA.CO.ID, Ketika
Khalid bin Walid masuk Islam, Rasulullah sangat bahagia karena Khalid
mempunyai kemampuan berperang yang dapat membela panji-panji Islam.
Adanya Khalid di barisan Kaum Muslimin meninggikan kalimatullah
dengan perjuangan jihad. Dalam banyak kesempatan Khalid diangkat menjadi
panglima perang dan menunjukkan hasil kemenangan.
Pada masa pemerintahan Abu Bakar, Khalid bin Walid ditunjuk menjadi
panglima yang memimpin sebanyak 46.000 pasukan, Khalid tak gentar
menghadapi tentara Byzantium dengan jumlah pasukan mencapai 240.000.
Uniknya, Khalid malah khawatir tidak bisa mengendalikan hatinya
karena pengangkatannya dalam peperangan yang dikenal dengan Perang
Yarmuk itu.
Dalam Perang Yarmuk, jumlah pasukan Islam yang dipimpin Khalid bukan
saja tidak seimbang dengan musuh. Khalid memimpin pasukan tanpa
persenjataan yang lengkap, tidak terlatih plus kualitas yang rendah.
Ini berbeda dengan angkatan perang Romawi yang bersenjata lengkap dan
baik, terlatih dan jumlahnya lebih banyak. Hanya, bukan Khalid namanya
jika tidak mempunyai strategi perang.
Khalid membagi pasukan Islam menjadi 40 kontingen dari 46.000 pasukan
Islam untuk memberi kesan seolah-olah pasukan Islam terkesan lebih
besar dari musuh.
Strategi Khalid ternyata sangat ampuh. Saat itu, taktik yang
digunakan oleh Romawi terutama di Arab utara dan selatan ialah dengan
membagi tentaranya menjadi lima bagian; depan, belakang, kanan, kiri dan
tengah.
Heraklius telah mengikat tentaranya dengan besi antara satu sama
lain. Ini dilakukan agar mereka jangan sampai lari dari peperangan.
Kegigihan Khalid dalam memimpin pasukannya membuat hampir semua orang
tercengang. Pasukan Islam yang jumlahnya jauh lebih sedikit itu
berhasil memukul mundur tentara Romawi dan menaklukkan wilayah itu.
Perang yang dipimpin Khalid lainnya adalah perang Riddah (perang
melawan orang-orang murtad). Perang ni terjadi karena suku-suku bangsa
Arab tidak mau tunduk lagi kepada pemerintahan Abu Bakar di Madinah.
Mereka menganggap, perjanjian yang dibuat dengan Rasulullah batal
setelah Rasulullah wafat.
Mereka pun menentang Abu Bakar. Karena sikap keras kepala dan
penentangan mereka yang dapat membahayakan agama dan pemerintahan. Maka
Abu Bakar mengutus Khalid bin Walid untuk menjadi jenderal pasukan
perang Islam untuk melawan kaum murtad tersebut. Khalid berhasil
memberikan kemenangan.
Masih pada pemerintahan Abu Bakar, Khalid bin Walid dikirim ke Irak
dan dapat menguasai Al-Hirah pada 634 M. kemudian Khalid bin Walid
diperintahkan oleh Abu Bakar meninggalkan Irak untuk membantu pasukan
yang dipimpin Usamah bin Zaid.
Diantara peperangan, terselip kisah menarik dari Khalid bin Walid.
Meski dikenal sebagai ahli siasat perang, mahir segala senjata, piawai
dalam berkuda, dan karismatik di tengah prajuritnya, Khalid bukan orang
sombong. Dia pun berlapang dada walaupun dia berada dalam puncak
popularitas.
Hal ini ditunjukkannya saat Khalifah Umar bin Khathab mencopot
sementara waktu kepemimpinan Khalid bin Walid tanpa ada kesalahan apa
pun. Menariknya, ia menuntaskan perang dengan begitu sempurna. Setelah
sukses, kepemimpinan pun ia serahkan kepada penggantinya, Abu Ubaidah
bin Jarrah.
Khalid tidak mempunyai obsesi dengan ketokohannya. Dia tidak
menjadikan popularitas sebagai tujuan. Itu dianggapnya sebagai sebuah
perjuangan dan semata-mata mengharapkan ridha Sang Maha Pencipta. Itulah
yang ia katakan menanggapi pergantiannya, "Saya berjuang untuk kejayaan
Islam. Bukan karena Umar!"
Jadi, di mana pun posisinya, selama masih bisa ikut berperang,
stamina Khalid tetap prima. Itulah nilai ikhlas yang ingin dipegang
seorang sahabat Rasulullah seperti Khalid bin Walid.
Khalid bin Walid pun akhirnya dipanggil oleh Sang Khaliq. Umar bin
Khathab menangis. Bukan karena menyesal telah mengganti Khalid. Tapi ia
sedih karena tidak sempat mengembalikan jabatan Khalid sebelum akhirnya
"Si Pedang Allah" menempati posisi khusus di sisi Allah SWT.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar