بسم الله الرحمن الرحيم ,الحمد لله رب العالمين و صلى الله و سلم و بارك على نبينا محمد و آله و صحبه أجمعين, و بعد:
Semoga
penjelasan di bawah ini menggugah penulis dan kaum muslim untuk
bersungguh-sungguh, berjuang dengan gigih agar mendapatkan Lailatul
Qadar. Allahumma amin.
Pengertian Lailatul Qadar:
Sebuah
malam dari malam-malam sepuluh terakhir dari bulan Ramadhan, diturunkan
di dalamnya takdir-takdir seluruh makhluk ke langit dunia, Allah
mengabulkan doa di dalamnya dan ia adalah malam yang telah diturunkan Al
Quran yang Agung. Lihat Mu'jam lughat al-Fuqaha, hal: 326.
Tidak diragukan lagi, Lailatul Qadar akan selalu ada sampai hari kiamat:
Ibnu
al-Mulaqqin rahimahullah berkata: "Telah bersepakat beberapa ulama yang
dianggap pendapatnya akan adanya selalu lailatul qadar sampai akhir
masa". Lihat: al-i'lam bi fawa-idi 'umdat al-ahkam, 5/397.
Dalil
yang menunjukkan hal ini adalah, sebuah hadits dari Ubadah bin
Ash-Shamit radhiyallahu 'anhu, beliau bercerita: "Pernah Nabi Muhammad
shallalahu 'alaihi wasallam keluar rumah untuk memberitahukan kepada
kami tentang lailatul qadar, ketika itu dua orang dari kaum muslimin
sedang bertengkar, kemudian beliau bersabda: "Tadi aku keluar ingin
memberitahukan kepada kalian tentang lailatul qadar tetapi si fulan dan
si fulan bertengkar lalu ingatan itu hilang, semoga itu lebih baik bagi
kalian, maka carilah lailatul qadar di kesembilan, ketujuh dan kelima".
HR Bukhari, no. 2023.
Akhir hadits ini menjelaskan awalnya, bahwa lailatul qadar akan selalu ada sampai hari kiamat.
Akhir hadits ini menjelaskan awalnya, bahwa lailatul qadar akan selalu ada sampai hari kiamat.
Tidak diragukan lagi, Lailatul Qadar di bulan Ramadhan…
Hal ini berdasarkan firman Allah Ta'ala:
{ شَهْرُ رَمَضَانَ الَّذِيَ أُنزِلَ فِيهِ الْقُرْآنُ }
Artinya: "Bulan Ramadhan adalan bulan yang diturunkan di dalamnya al-Quran". QS. al-Baqarah: 185
dan al-Quran diturunkan di bulan Ramadhan, dan Allah Ta'ala berfirman:
dan al-Quran diturunkan di bulan Ramadhan, dan Allah Ta'ala berfirman:
{ إِنَّا أَنزَلْنَاهُ فِي لَيْلَةِ الْقَدْر }
Artinya: "Sesungguhnya kami telah menurunkan al-Quran pada lailatul qadar". QS. al-Qadar:1.
Jika dikumpulkan dua ayat ini maka akan menjadi sangat jelas bahwa lailatul qadar di bulan Ramadhan dengan yakin tanpa ada keraguan di dalamnya. Lihat: al-i'lam bi fawa-idi 'Umdat al-Ahkam, karya ibnul Mulaqqin, 5/399 dan asy-Syarh al-Mumti', karya Ibnu 'Utsaimin, 6/491.
Dan Abu Hurairah radhiyallahu 'anhu telah meriwayatkan bahwa Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:
Jika dikumpulkan dua ayat ini maka akan menjadi sangat jelas bahwa lailatul qadar di bulan Ramadhan dengan yakin tanpa ada keraguan di dalamnya. Lihat: al-i'lam bi fawa-idi 'Umdat al-Ahkam, karya ibnul Mulaqqin, 5/399 dan asy-Syarh al-Mumti', karya Ibnu 'Utsaimin, 6/491.
Dan Abu Hurairah radhiyallahu 'anhu telah meriwayatkan bahwa Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:
«
أَتَاكُمْ رَمَضَانُ شَهْرٌ مُبَارَكٌ فَرَضَ اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ
عَلَيْكُمْ صِيَامَهُ تُفْتَحُ فِيهِ أَبْوَابُ السَّمَاءِ وَتُغْلَقُ
فِيهِ أَبْوَابُ الْجَحِيمِ وَتُغَلُّ فِيهِ مَرَدَةُ الشَّيَاطِينِ
لِلَّهِ فِيهِ لَيْلَةٌ خَيْرٌ مِنْ أَلْفِ شَهْرٍ مَنْ حُرِمَ خَيْرَهَا
فَقَدْ حُرِمَ ». وفي لفظ أحمد: ((... تفتح فيه أبواب الجنة)) بدلاً من
((أبواب السماء))
Artinya:
"Telah datang kepada kalian Ramadhan bulan yang penuh berkah, Allah
Azza wa Jalla telah mewajibkan berpuasa di dalamnya, di dalamnya dibuka
pintu-pintu langit, dan ditutup pintu-pintu neraka, dibelenggu para
pemimpin setan, di dalamnya Allah memiliki satu malam yang lebh baik
dari seribu bulan, barangsiapa yang diharamkan dari kebaikannya maka ia
benar-benar telah diharamkan kebaikan apapun". Di dalam riwayat Ahmad:
"Di dalamnya dibuka pintu-pintu surga", sebagai ganti lafazh:
"pintu-pintu langit". HR. an-Nasai, no. 2108 dan Ahmad, no. 7148 dan
dishahikan oleh al-Albani di dalam Shahih Ibnu Majah, 2/456.
Lailatul Qadar di sepuluh malam terakhir di bulan Ramadhan, tanpa ada keraguan…
Hal ini berdasarkan beberapa hadits berikut:
حديث
عائشة رضي الله عنها قالت:قال رسول الله - صلى الله عليه وسلم - :((
تَحَرَّوْا لَيْلَةَ الْقَدْرِ فِى الْعَشْرِ الأَوَاخِرِ مِنْ
رَمَضَانَ))،
وفي رواية للبخاري: كَانَ رَسُولُ اللَّهِ - صلى الله عليه وسلم - يُجَاوِرُ فِى الْعَشْرِ الأَوَاخِرِ مِنْ رَمَضَانَ ، وَيَقُولُ « تَحَرَّوْا لَيْلَةَ الْقَدْرِ فِى الْعَشْرِ الأَوَاخِرِ مِنْ رَمَضَانَ »
وفي رواية للبخاري: كَانَ رَسُولُ اللَّهِ - صلى الله عليه وسلم - يُجَاوِرُ فِى الْعَشْرِ الأَوَاخِرِ مِنْ رَمَضَانَ ، وَيَقُولُ « تَحَرَّوْا لَيْلَةَ الْقَدْرِ فِى الْعَشْرِ الأَوَاخِرِ مِنْ رَمَضَانَ »
Artinya:
"Aisyah radhiyallahu 'anha berkata: "Rasulullah shallallahu 'alaihi
wasallam bersabda: "Bersungguh-sungguhlah mencari lailatul qadar di
sepuluh terakhir dari bulan Ramadhan", di dalam riwayat Bukhari:
"Senantiasa Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam beri'tikaf di
sepuluh terakhir dari bulan Ramadhan, beliau bersabda:
"Bersungguh-sungguh untuk mencari lailatul qadar di sepuluh terakhir
bulan Ramadhan". Di dalam riwayat Bukhari: "Carilah…". HR. Bukhari, no.
2020 dan Muslim, no. 1196.
Lailatul Qadar lebih ditekankan adanya di malam-malam ganjil daripada malam genap:
Hal ini berdasarkan beberapa hadits berikut:
1-
عن عَائِشَةَ - رضى الله عنها - أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ - صلى الله عليه
وسلم - قَالَ « تَحَرَّوْا لَيْلَةَ الْقَدْرِ فِى الْوِتْرِ مِنَ
الْعَشْرِ الأَوَاخِرِ مِنْ رَمَضَانَ »
Artinya:
"Aisyah radhiyallahu 'anha berkata: "Rasulullah shallallahu 'alaihi
wasallam bersabda: "Bersungguh-sungguhlah mencari lailatul qadar di
malam ganjil dari sepuluh terakhir dari bulan Ramadhan". HR. Bukhari dan
Muslim.
2-
حديث أبي سعيد الخدري - رضي الله عنه - ، أن النبي - صلى الله عليه وسلم -
قال:: ((إِنِّى أُرِيتُ لَيْلَةَ الْقَدْرِ ، ثُمَّ أُنْسِيتُهَا أَوْ
نُسِّيتُهَا ، فَالْتَمِسُوهَا فِى الْعَشْرِ الأَوَاخِرِ فِى الْوَتْرِ...
)) .
Artinya:
"Abu Sa'id al-Khudry radhiyallahu 'anhu bercerita: "Bahwa Nabi Muhammad
shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Sesungguhnya aku diperlihatkan
lailatul qadar lalu dilupakan dariku, maka carilah di malam ganjil dari
sepuluh terakhir". HR. Bukhari, no. 2016 dan Muslim, no. 1167.
Sebagian tanda-tanda Lailatul Qadar:
1. Di pagi harinya, matahari terbit tidak memancarkan cahaya yang menyengat, Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:
أَنَّهَا تَطْلُعُ يَوْمَئِذٍ لاَ شُعَاعَ لَهَا
Artinya: "Matahari terbit pada harinya tidak mempunyai sinar". Hadits riwayat Muslim, no. 1762.
Dalam Lafazh lain:
تُصْبِحُ الشَّمْسُ صَبِيحَةَ تِلْكَ اللَّيْلَةِ مِثْلَ الطَّسْتِ لَيْسَ لَهَا شُعَاعٌ حَتَّى تَرْتَفِعَ.
Artinya:
"Matahari terbit pagi hari dari malam qadar seperti baskom, tidak
mempunyai sinar sampai meninggi". HR. Abu Daud, no. 1378 dan dishahihkan
oleh al-Albani di dalam Shahih Abi Daud, 1/380.
2. Malam yang cerah, tidak panas tidak juga dingin, Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:
إني
كنت أريت ليلة القدر ثم نسيتها و هي في العشر الأواخر من ليتلها و هي لية
طلقة بلجة لا حارة و لا باردة كأن فيها قمرا يفضح كواكبها لا يخرج شيطانها
حتى يضيء فجرها
Artinya: "Sesungguhnya aku diperlihatkan lalilatul Qadar kemudian dilupakan dariku dan ia ada di sepuluhterakhir
(dari bulan Ramadhan) dan ia adalah malam yang baik dan cerah, tidak
panas dan tidak pula dingin, seakan-akan di dalamnya ada bulan purnama
yang menerangi bintang-bintang, syetan-syetan tidak keluar sampai terbit
fajar". HR. Ibnu Khuzaimah, 3/330 dan dishahihkan oleh al-Albani di
dalam koreksian beliau akan shahih Ibnu Khuzaimah, 3/330.
ليلة طلقة لا حارة و لا باردة تصبح الشمس يومها حمراء ضعيفة
Artinya:
"Lailatul Qadar tidak panas tidak juga dingin matahari pagi harinya
bersinar lemah kemerah-merahan". HR. Ibnu Khuzaimah, 3/332 dan
dishahihkan oleh al-Albani di dalam Shahih al-Jami', no. 5351.
3. Tidak ada bintang jatuh, bulan pada malam itu seperti bulan purnama, Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:
إِنَّ
أَمَارَةَ لَيْلَةِ الْقَدْرِ أَنَّهَا صَافِيَةٌ بَلْجَةٌ كَأَنَّ فِيهَا
قَمَرًا سَاطِعًا سَاكِنَةٌ سَاجِيَةٌ لَا بَرْدَ فِيهَا وَلَا حَرَّ
وَلَا يَحِلُّ لِكَوْكَبٍ أَنْ يُرْمَى بِهِ فِيهَا حَتَّى تُصْبِحَ
وَإِنَّ أَمَارَتَهَا أَنَّ الشَّمْسَ صَبِيحَتَهَا تَخْرُجُ مُسْتَوِيَةً
لَيْسَ لَهَا شُعَاعٌ مِثْلَ الْقَمَرِ لَيْلَةَ الْبَدْرِ وَلَا يَحِلُّ
لِلشَّيْطَانِ أَنْ يَخْرُجَ مَعَهَا يَوْمَئِذٍ
Artinya:
"Sesungguhnya tanda lailatul qadar bahwasanya adalah malam yang bersih
cerah, seakan-akan di dalamnya bulan terang tenang, tidak panas tidak
juga dingin, dan tidak boleh bintang dijatuhkan di dalamnya sampai pagi,
dan sesungguhnya tandanya adalah matahari pagi harinya terbit sejajar
tidak mempunyai sinar seperti bulan pada malam purnama dan tidak halal
bagi syetan untuk keluar bersamaan dengannya pada malam itu". HR. Ahmad,
no. 22765.
Hendaknya memperbanyak membaca doa اللَّهُمَّ إِنَّكَ عَفُوٌّ تُحِبُّ الْعَفْوَ فَاعْفُ عَنِّى pada Lailatul Qadar:
Hal ini
berdasarkan sebuah riwayat dari Aisyah radhiyallahu 'anha beliau
bertanya kepada Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam:
يَا رَسُولَ اللَّهِ أَرَأَيْتَ إِنْ وَافَقْتُ لَيْلَةَ الْقَدْرِ مَا أَدْعُو؟ قَالَ « تَقُولِينَ: ».
"Wahai
Rasulullah, jika aku bertepatan akan lailatul qadar, apakah yang aku
baca?", beliau bersabda: "Hendaknya kamu mengucapkan:
اللَّهُمَّ إِنَّكَ عَفُوٌّ تُحِبُّ الْعَفْوَ فَاعْفُ عَنِّى
Artinya:
"Ya Allah, Sesungguhnya Engkau Maha Pemaaf (dari kesalahan), mencintai
maaf, maka maafkanlah aku (dari kesalahan-kesalahanku)". HR Ibnu Majah,
no. 3982.
Semoga hal-hal berikut menggugah seorang muslim mencari Lailatul Qadar:
1.
Allah telah menurunkan di dalamnya al-Quran yang Agung, yang dengannya
terdapat petunjuk bagi manusi dan jin dan kebahagiaan mereka di dunia
dan akhirat, Allah Ta'ala berfirman:
{ إِنَّا أَنزَلْنَاهُ فِي لَيْلَةِ الْقَدْر }
Artinya: "Sungguh Kami telah menurukan (al-Quran) pada lailtul qadar". QS. al-Qadar:1.
Hal ini
menunjukkan pentingnya an agungnya malam ini di sisi Allah Ta'ala, maka
sudah semestinya kita kaum muslim mengagungkannya.
2. Lailatul qadar adalah malam yang penuh berkah, Allah Ta'ala berfirman:
{ إِنَّا أَنزَلْنَاهُ فِي لَيْلَةٍ مُّبَارَكَةٍ إِنَّا كُنَّا مُنذِرِين}
Artinya:
"Sesungguhnya Kami menurunkannya pada suatu malam yang diberkahi dan
sesungguhnya Kami-lah yang memberi peringatan". QS. ad-Dukhan: 3.
3. Di dalamnya dijelaskan setiap perkara yang himah, Allah Ta'ala berfirman:
{فِيهَا
يُفْرَقُ كُلُّ أَمْرٍ حَكِيم * أَمْرًا مِّنْ عِندِنَا إِنَّا كُنَّا
مُرْسِلِين* رَحْمَةً مِّن رَّبِّكَ إِنَّهُ هُوَ السَّمِيعُ الْعَلِيم }
Artinya:
"Pada malam itu dijelaskan segala urusan yang penuh hikmah, (yaitu)
urusan yang besar dari sisi Kami. Sesungguhnya Kami adalah Yang mengutus
rasul-rasul, sebagai rahmat dari Tuhanmu. Sesungguhnya Dialah Yang Maha
Mendengar lagi Maha Mengetahui". QS. ad-Dukhan 4-6.
Disebutkan
pada lailatul qadar apa yang akan terjadi selama setahun dari lauh
al-Mahfuzh, baik berupa rizki, kematian, keburukan dan kebaikan.
4.
Beramal ibadah di dalamnya lebih baik daripada beramal ibadah di seribu
bulan (83 tahun 4 bulan) yang tidak ada lailatul qadarnya, Allah Ta'ala berfirman:
{ لَيْلَةُ الْقَدْرِ خَيْرٌ مِّنْ أَلْفِ شَهْر }
Artinya: "Lailatul qadar lebih baik daripada seribu bulan". QS. al-Qadar:3.
maksudnya adalah lebih baik di dalam keutamaan, kemulian dan banyaknya pahala serta ganjaran.
Oleh sebab itulah Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:
maksudnya adalah lebih baik di dalam keutamaan, kemulian dan banyaknya pahala serta ganjaran.
Oleh sebab itulah Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:
« مَنْ قَامَ لَيْلَةَ الْقَدْرِ إِيمَانًا وَاحْتِسَابًا غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ »
Artinya:
"Barangsiapa yang beribadah pada lailatul qadar karena iman dan
mengharapkan pahala, niscaya diampuni yang telah lau dari dosanya". HR.
Bukhari, no. 1901
Abu Hurairah radhiyallahu 'anhu berkata: "Bahwa Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:
« لِلَّهِ فِيهِ لَيْلَةٌ خَيْرٌ مِنْ أَلْفِ شَهْرٍ مَنْ حُرِمَ خَيْرَهَا فَقَدْ حُرِمَ»
Artinya:
"…di dalamnya Allah memiliki satu malam yang lebih baik dari seribu
bulan, barangsiapa yang diharamkan dari kebaikannya maka ia benar-benar
telah diharamkan kebaikan apapun". HR. an-Nasai, no. 2108 dan Ahmad, no.
7148 dan dishahikan oleh al-Albani di dalam Shahih Ibnu Majah, 2/456.
Dan di
dalam hadits Anas radhiyallahu 'anhu, beliau berkata: "Pernah Rasulullah
shallallahu 'alaihi wasallam memasuki bulan Ramadhan dan bersabda:
«
إِنَّ هَذَا الشَّهْرَ قَدْ حَضَرَكُمْ وَفِيهِ لَيْلَةٌ خَيْرٌ مِنْ
أَلْفِ شَهْرٍ مَنْ حُرِمَهَا فَقَدْ حُرِمَ الْخَيْرَ كُلَّهُ وَلاَ
يُحْرَمُ خَيْرَهَا إِلاَّ مَحْرُومٌ »
Artinya:
"Sesungguhnya bulan ini telah mendatangi kalian dan di dalamnya ada
satu malam yang lebih baik dari seribu bulan, barangsiapa yang
diharamkan dari kebaikannya maka ia benar-benar telah diharamkan
kebaikan seluruhnya, dan tidak ada orang yang diharamkan dari
kebaikannya kecuali orang yang sangat merugi". HR. Ibnu Majah, no. 1644
dan di shahihkan oleh al-Albani di dalam Shahih Ibnu Majah, 2/159.
5. Pengagungan lailatul qadar di sisi Allah Ta'ala, yang menunjukkan hal ini adalah pertanyaan di dalam Firman-Nya:
{ وَمَا أَدْرَاكَ مَا لَيْلَةُ الْقَدْر }
Sesungguhnya
hal ini menunjukkan kepada sebuah pengagungan dan pemuliaan, Ibnu
Uyainah berkata: "Apa saja yang disebutkan di dalam Al Quran ((وما
أدراك)) maka Dia telah memberitahukannya, apa saja yang disebutkan di
dalam Al Quran((وما يدريك)) maka sesungguhnya tidak diketahui. HR
Bukhari, no 2014.
6. Para Malaikat dan Jibril turun pada lailatul qadar, dan mereka tidak turun kecuali membawa kebaikan, berkah dan rahmat. Allah Ta'ala berfirman:
{ تَنَزَّلُ الْمَلاَئِكَةُ وَالرُّوحُ فِيهَا بِإِذْنِ رَبِّهِم مِّن كُلِّ أَمْر }
Artinya:
"Pada malam itu turun malaikat-malaikat dan malaikat Jibril dengan izin
Tuhannya untuk mengatur segala urusan". QS. al-Qadr: 4
Telah disebutkan di dalam sebuah hadits:
« إنَّ الْمَلاَئِكَةَ تِلْكَ اللَّيْلَةَ فِى الأَرْضِ أَكْثَرُ مِن عَدَدِ الْحَصَى »
Artinya:
"Sesungguhnya para malaikat pada malam itu jumlahnya di bumi lebih
banyak daripada bilangan batu-batu kerikil". HR. Ahmad, no. 11019 dan
dishahihkan oleh al-Albani di dalam Silsilah al-ahadits ash-shahihah,
no. 2205.
7.
Lailatul qadar adalah keselamatan/kesejahteraan dikarenakan saking
banyaknya di dalamnya yang selamat dari hukuman dan siksaan, disebabkan
oleh apa yang telah dilakukan oleh seorang hamba berupa
ketaatan-ketaatan kepada Allah Azza wa Jalla, Allah Ta'ala berfirman:
{ سَلاَمٌ هِيَ حَتَّى مَطْلَعِ الْفَجْر }
Artinya: "Malam itu (penuh) kesejahteraan sampai terbit fajar". QS. al-Qadr:5.
8. Di dalam lailatul qadar Allah telah menurunkan sebuah surat yang akan selalu di baca sampai hari kiamat, Allah Ta'ala berfirman:
{
إِنَّا أَنزَلْنَاهُ فِي لَيْلَةِ الْقَدْر * وَمَا أَدْرَاكَ مَا
لَيْلَةُ الْقَدْر * لَيْلَةُ الْقَدْرِ خَيْرٌ مِّنْ أَلْفِ شَهْر *
تَنَزَّلُ الْمَلاَئِكَةُ وَالرُّوحُ فِيهَا بِإِذْنِ رَبِّهِم مِّن كُلِّ
أَمْر * سَلاَمٌ هِيَ حَتَّى مَطْلَعِ الْفَجْر }
Artinya:
"Sesungguhnya Kami telah menurunkannya (Al Qur'an) pada malam
kemuliaan". "Dan tahukah kamu apakah malam kemuliaan itu?". "Malam
kemuliaan itu lebih baik dari seribu bulan". "Pada malam itu turun
malaikat-malaikat dan malaikat Jibril dengan izin Tuhannya untuk
mengatur segala urusan". "Malam itu (penuh) kesejahteraan sampai terbit
fajar". QS. al-Qadr: 1-5.
9.
Barangsiapa yang beribadah pada lailatul qadar karena iman dan
pengharapan pahala, niscaya diampuni yang telah lalu dari dosanya, sebagaimana yang telah disebutkan di atas.
10.
Barangsiapa yang diharamkan dari kebaikannya maka sungguh ia telah
diharamkan dari kebaikan seluruhnya dan tidak diharamkan akan
kebaikannya kecuali orang yang sangat merugi. Sebagaimana yang telah disebutkan di atas.
11.
Lailatul qadar adalah malam yang paling utama dalam setahun, karena
beramal shalih di dalamnya lebih baik dari pada seribu bulan, apapun
bentuk ibadah pada lailatul qadar lebih baik daripada beramal pada 83
tahun 4 bulan yang tidak ada lailatul qadar, ini adalah keutamaan yang
luar biasa dan ganjaran yang sangat besar. Sedangkan malam
Jum'at adalah malam yang paling utama selama seminggu, dan hari yang
paling utaman selama setahun adalah hari 'iedul Adha dan hari Arafah,
dan sepuluh hari pertama di bulan Dzulhijjah lebih utama daripada
sepuluh hari terkahir di bulan Ramadhan, sedangkan malam, maka sepuluh
malam terkahir di bulan Ramadhan lebih baik daripada sepuluh malam dari
bulan Dzulhijjah.
Kalau dapat Lailatul Qadar, mendingan disembunyikan…
Bukanlah
keharusan lailatul qadar bisa dilihat, akan tetapi jika seorang muslim
bersungguh-sungguh di dalam mencarinya di seluruh malam-malam dari
sepuluh malam terakhir dari bulan Ramadhan maka sungguh ia telah
mendapatkannya dan mendapatkan keutamaan yang telah dijelaskan oleh Nabi
Muhammad shallallahu 'alaihi wasallam, akan tetapi jika seorang
melihatnya, maka lebih baik dia sembunyikan dan tidak memberitahukannya,
Al Hafizh Ibnu Hajar rahimahullah telah menyebutkan sebagaimana yang
dinukilkan dari kitab Al Hawi: "Hikmah dari anjuran menyembunyikan
lailatul qadar adalah bahwasanya ia adalah karamah (pemuliaan) dan
sebuah karamah semestinya disembunyikan tanpa ada perselisihan diantara
para peniti jalan Allah, jika dilihat dari sisi ingin ta'ajjub dengan
diri sendiri dan tidak aman hilangnya karamah tersebut, jika dilihat
dari sisi bahwasanya ia tidak aman dari sifat riya' dan jika dilihat
dari sisi adab, maka janganlah menyibukkan diri dengan menyebutkannya
kepada orang-orang sehingga lupa bersyukur kepada, dan jika dilihat dari
sisi bahwa dia tidak aman dari sebuah kedengkian, maka hal ini akan
menjadikan orang lain masuk ke dalam sebuah larangan. Dan hendaknya ia
mengambil pelajaran dari perkataan Ya'qub:
{ يَا بُنَيَّ لاَ تَقْصُصْ رُؤْيَاكَ عَلَى إِخْوَتِكَ فَيَكِيدُواْ لَكَ كَيْدًا إِنَّ الشَّيْطَانَ لِلإِنسَانِ عَدُوٌّ مُّبِين }
Artinya:
"Ayahnya berkata: "Hai anakku, janganlah kamu ceritakan mimpimu itu
kepada saudara-saudaramu, maka mereka membuat makar (untuk membinasakan)
mu. Sesungguhnya setan itu adalah musuh yang nyata bagi manusia". QS.
Yusuf: 5.
Oleh sebab itu, lebih utama dia sembunyikan dan tidak memberitahukannya bagi siapa yang telah melihat lailatul qadar. Lihat: Fath al-Bari, karya Ibnu Hajar, 4/268, al-Majmu' karya an-Nawawi, 6/461, al-Mausu'ah al- Fiqhiyyah al-Kuwaitiyyah, 35/368.
Oleh sebab itu, lebih utama dia sembunyikan dan tidak memberitahukannya bagi siapa yang telah melihat lailatul qadar. Lihat: Fath al-Bari, karya Ibnu Hajar, 4/268, al-Majmu' karya an-Nawawi, 6/461, al-Mausu'ah al- Fiqhiyyah al-Kuwaitiyyah, 35/368.
Disarikan
dari kitab Ash Shiyamu Fil Islam, karya: DR. Sa'id bin Ali bin Wahf Al
Qahthani hafizhahullah (hal. 432-434), oleh: Abu Abdillah Ahmad
Zainuddin
sumber : http://dakwahsunnah.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar