Kamis, 22 Juli 2021

Balada Si Belang, Si Botak dan Si Buta



Oleh: Afriza Hanifa
Mereka diuji atas nikmat dan karunia yang diberikan Allah.
Ribuan abad silam di era Bani Israil, hidup tiga orang yang fisiknya tak sempurna. Masyarakat menjauhi mereka karena penyakit yang diderita. Seorang menderita penyakit sopak hingga kulitnya belang-belang.

Seorang lainnya menderita penyakit kulit kepala hingga botak, Sementara, seorang lagi mengidap kebutaan hingga tak mampu melihat apa pun. Belum lagi kemiskinan yang menjerat ketiganya hingga kondisi mereka sangat menyedihkan.
Allah bermaksud memberikan ujian kepada mereka bertiga. Diutuslah seorang malaikat untuk melihat kadar keimanan mereka kepada Allah SWT.

Pertama kali, malaikat mendatangi si belang seraya bertanya, “Apa gerangan yang kau inginkan dan sukai?”

Tentu saja si belang ingin penyakitnya sembuh. "Saya ingin warna kulit yang bagus, yang indah. Ingin agar penyakitku sembuh, penyakit yang orang-orang jijik melihatnya," ujar si belang.

Sang malaikat kemudian mengusap tubuh si belang. Penyakitnya pun sembuh seketika, kulitnya mulus nan indah. Si Belang girang bukan kepalang. Malaikat pun bertanya kembali, “Harta apa yang ingin kau miliki?”

Si belang menjawab, “Unta.” Maka, diberikanlah ia seekor unta yang tengah bunting. “Semoga Allah memberkahinya untukmu,” ujar malaikat sebelum pergi.

Sang malaikat pun kemudian bertandang menemui si botak. Pertanyaan serupa ia ajukan. Si botak pun mengajukan keinginan untuk memiliki rambut yang indah dan penyakitnya  sembuh.

Maka, diusaplah kepala si botak oleh sang malaikat. Seketika penyakitnya sembuh dan rambut tumbuh indah di kepalanya. Tentu saja si botak girang bukan kepalang.

Pertanyaan malaikat selanjutnya pun sama seperti kepada si belang, “Harta apa yang ingin kau miliki?”

Si botak menjawab, “Sapi.” Maka, diberikanlah seekor sapi bunting untuknya. Lagi, malaikat berkata hal sama, “Semoga Allah memberkahinya untukmu.”

Giliran si buta yang didatangi malaikat. Pertanyaan malaikat sama persis seperti yang ia ajukan kepada si belang dan si botak. Tak jauh beda dengan dua orang sebelumnya, ia pun ingin penglihatannya pulih.

Penglihatannya pun kembali normal setelah malaikat mengusap tangannya pada mata si buta. Si buta pun amat senang dan bersyukur. Pertanyaan malaikat berikutnya, “Harta apa yang ingin kau miliki?” Si buta menjawab, “Kambing.” Diberilah ia seekor kambing yang bunting.
Setelah peristiwa besar itu, ketiganya memulai usaha ternak mereka. Atas rahmat Allah, hewan peliharaan mereka terus beranak-pinak hingga jumlahnya masing-masing memenuhi satu lembah.
 
 Namun, ujian Allah belumlah berakhir. Allah ingin melihat siapakah hamba-Nya yang benar-benar bersyukur.

Malaikat yang dahulu diutus kepada mereka bertiga pun turun kembali ke Bumi. Namun, kali ini sang malaikat mengubah wujudnya sebagaimana rupa ketiganya di masa lalu.

Didatangilah si belang di lembahnya yang dipenuhi unta-unta nan gemuk. Sang malaikat mengubah wujudnya menjadi seorang yang terkena sopak hingga kulitnya belang-belang menjijikkan, rupa yang sama pernah diderita si belang sebelum Allah menyembuhkannya.

Sang malaikat berpura-pura menjadi musafir yang kehabisan biaya kemudian meminta bantuan si belang barang seekor unta untuk meneruskan perjalanannya.

Namun, si belang lupa atas rahmat Allah kepadanya. Ia enggan memberikan bantuan meski secuil. Sang malaikat pun kemudian mengingatkannya. Namun, si belang masih dalam kesombongannya. “Tidak, aku mendapat harta ini karena warisan nenek moyangku,” katanya.

Melihat kesombongan si belang, malaikat pun berseru, "jika kau berdusta. Semoga Allah mengembalikanmu pada konsisi yang dulu," kata malaikat.

Kemudian, datanglah sang malaikat ke lembah penuh sapi milik si botak. Kali ini, ia pun mengubah wujudnya menjadi seorang pria botak yang menyedihkan dan membutuhkan pertolongan. Kondisinya sama persis seperti si botak sebelum dianugerahi rahmat Allah berupa kesembuhan dan kekayaan.

Tak berbeda jauh dengan si belang, si botak pun menolak memberikan bantuan. Ia bersikap angkuh dan melupakan segala rahmat Allah terhadapnya. Malaikat pun mengingatkan kondisi si botak beberapa waktu silam.

Tak berubah pikiran, si botak tetap dalam kesombongannya dan enggan memberikan bantuan. “Jika kau berdusta, semoga Allah mengembalikanmu pada konsisi yang dulu,” seru malaikat.

Tibalah giliran si buta. Malaikat mendatanginya dengan wujud pengembara buta nan miskin. Kondisinya menyedihkan, sama persis seperti kondisi si buta beberapa waktu lalu sebelum Allah memberikan rahmat kepadanya. Pertanyaan serupa malaikat lontarkan pula kepada si buta.

Ia lalu berkata kepada sang malaikat yang berubah wujud itu, “Dahulu aku pun buta, lalu Allah mengembalikan penglihatanku. Maka, ambillah apa yang kau butuhkan dan tinggalkan apa yang tidak kau inginkan. Demi Allah, aku tidak akan membebanimu untuk mengembalikan sesuatu yang kau ambil karena Allah Mahaagung dan Mulia,” ujar si buta rendah hati.

Malaikat pun takjub dengan sikap si buta. Ia pun membongkar penyamarannya dan mengungkap misinya. “Peliharalah kekayaanmu ini karena sebenarnya kau tengah diuji. Kau telah diridai Tuhan, sementara kedua temanmu (si belang dan si botak) telah dimurkai Allah,” ujar malaikat.

Dari kisah tersebut, begitu banyak hikmah yang dapat dipetik. Salah satunya, yakni syukur nikmat. Betapa banyak nikmat Allah yang diberikan kepada kita, namun sering kali kita melupakannya. 
 
Sumber : http://www.republika.co.id

Tidak ada komentar:

Posting Komentar