Oleh: Ani Nursalikah
Kerusuhan Berber di Zaragoza memaksa Uqbah mengubah jalur jihad Andalusia.
Charles Martel alias si Martil mangkat pada musim dingin tahun 741 M, sembilan tahun setelah kemenangan besar di Poitiers. Jasadnya dikebumikan di Biara St Denis, tempat peristirahatan raja-raja Prancis sejak abad ke-5.
Ketika Uqbahi ibn al-Hajjaj al-Saluli yang ganas mengambil panji-panji pendahulunya yang telah syahid dan menyerbu ke Burgundi pada akhir 730-an, gerak maju kaum Muslimin ke Aquitaine dan sepanjang pesisir Mediterania ke Burgundi dan Provence, tampaknya ditakdirkan untuk berlanjut dengan kekuatan yang terus mengumpul.
Sampai pemberontakan Berber yang menyapu di seluruh keamiran itu lebih dari satu tahun sebelum kematian Duke Charles, Tanah Agung "Europenses" sepertinya ditakdirkan untuk menjadi bagian imperium Muslim. Namun, kekuatan invasi hebat yang dikumpulkan pada musim panas 739 M tidak pernah turun ke Aquitaine dari Pyrenees barat.
Kerusuhan Berber di Zaragoza telah memaksa Uqbah mengubah jalur jihad Andalusia. Orang Berber bukan hanya telah datang dari Afrika bersama orang-orang Arab asli dari penaklukan Iberia, baladiyyun, pedang dan tombak Berberlah yang membuat baladiyyun mempertaruhkan sesuatu yang benar-benar diinginkan.
Dan di antara para petaruh itu, yang terbesar adalah Tariq bin Ziyad, orang Berber Luwata. Di Andalusia yang daya sentrifugal dan sentripetalnya konstan dan meluas, Berber sangat vital bagi penertiban di wilayah itu. Para gubernur jenderal belajar dari pengalaman, Berber sulit diatur. Memerintah di Al-Andalus tanpa mereka menjadi hampir mustahil.
Mereka datang dalam jumlah jauh lebih besar dari orang Arab. Sebagian membuat rumah di pegunungan Almaden di barat, medan tinggi menyerupai Pegunungan Atlas di kampung halaman mereka. Sebagian besar menetap di utara selepas Meseta Tengah ("meja besar") serta di atas dan di bawah Sungai Duero.
David Levering Lewis, dalam God Crucible: Islam and The Making of Europe mengatakan, orang-orang Arab dan Berber pertama yang bergabung hanya satu atau dua persen dari jumlah populasi.
Para penguasa Arab memepertahankan sebagian besar wilayah terbaik untuk diri mereka sendiri dan memposisikan Berber untuk menjalankan tugas sebagai garis pertama pertahanan. banyak Berber menetap di wilayah Lerida di timur laut, tak jauh dari Pyrenees.
Kerusuhan Berber di Zaragoza memaksa Uqbah mengubah jalur jihad Andalusia.
Charles Martel alias si Martil mangkat pada musim dingin tahun 741 M, sembilan tahun setelah kemenangan besar di Poitiers. Jasadnya dikebumikan di Biara St Denis, tempat peristirahatan raja-raja Prancis sejak abad ke-5.
Ketika Uqbahi ibn al-Hajjaj al-Saluli yang ganas mengambil panji-panji pendahulunya yang telah syahid dan menyerbu ke Burgundi pada akhir 730-an, gerak maju kaum Muslimin ke Aquitaine dan sepanjang pesisir Mediterania ke Burgundi dan Provence, tampaknya ditakdirkan untuk berlanjut dengan kekuatan yang terus mengumpul.
Sampai pemberontakan Berber yang menyapu di seluruh keamiran itu lebih dari satu tahun sebelum kematian Duke Charles, Tanah Agung "Europenses" sepertinya ditakdirkan untuk menjadi bagian imperium Muslim. Namun, kekuatan invasi hebat yang dikumpulkan pada musim panas 739 M tidak pernah turun ke Aquitaine dari Pyrenees barat.
Kerusuhan Berber di Zaragoza telah memaksa Uqbah mengubah jalur jihad Andalusia. Orang Berber bukan hanya telah datang dari Afrika bersama orang-orang Arab asli dari penaklukan Iberia, baladiyyun, pedang dan tombak Berberlah yang membuat baladiyyun mempertaruhkan sesuatu yang benar-benar diinginkan.
Dan di antara para petaruh itu, yang terbesar adalah Tariq bin Ziyad, orang Berber Luwata. Di Andalusia yang daya sentrifugal dan sentripetalnya konstan dan meluas, Berber sangat vital bagi penertiban di wilayah itu. Para gubernur jenderal belajar dari pengalaman, Berber sulit diatur. Memerintah di Al-Andalus tanpa mereka menjadi hampir mustahil.
Mereka datang dalam jumlah jauh lebih besar dari orang Arab. Sebagian membuat rumah di pegunungan Almaden di barat, medan tinggi menyerupai Pegunungan Atlas di kampung halaman mereka. Sebagian besar menetap di utara selepas Meseta Tengah ("meja besar") serta di atas dan di bawah Sungai Duero.
David Levering Lewis, dalam God Crucible: Islam and The Making of Europe mengatakan, orang-orang Arab dan Berber pertama yang bergabung hanya satu atau dua persen dari jumlah populasi.
Para penguasa Arab memepertahankan sebagian besar wilayah terbaik untuk diri mereka sendiri dan memposisikan Berber untuk menjalankan tugas sebagai garis pertama pertahanan. banyak Berber menetap di wilayah Lerida di timur laut, tak jauh dari Pyrenees.
David Levering Lewis, dalam God Crucible: Islam and The Making of Europe mengatakan, orang-orang Arab dan Berber pertama yang bergabung hanya satu atau dua persen dari jumlah populasi.
Para penguasa Arab memepertahankan sebagian besar wilayah terbaik untuk diri mereka sendiri dan memposisikan Berber untuk menjalankan tugas sebagai garis pertama pertahanan. banyak Berber menetap di wilayah Lerida di timur laut, tak jauh dari Pyrenees.
Seiring waktu berlalu, kata Lewis, Berber semakin keras menentang kecilnya pembagian harta rampasan dan kemenangan atas Iberia. “Tiga puluh tahun setelah pemusnahan Visigoth oleh Tariq bin Ziyad pada 711 M, para prajurit dari Maghrib masih menunggu buah dari keanggotaan penuh mereka di dalam ummah,” ujarnya.
Ia menambahkan, kebencian Berber kian mendalam selama bertahun-tahun ketika satu demi satu gubernur jenderal digantikan oleh yang lain. Masing-masing hampir selalu disertai oleh rombongan dari Yaman Arab yang diberi tanah utama di Lembah Guadalquivir atau di Meseta. Tahun demi tahun, kekecewaan dan frustasi lapisan bawah Berber semakin menebal.
Sementara itu, jelas Lewis, penguasa Andalusia menerapkan kebijakan pluralisme sipil yang membukakan peluang bagi beragam adat-istiadat, kepercayaan dan lembaga dengan cara yang tak tertandingi di Barat sejak Roma Augustan. “Kebijakan ini keberhasilannya tergantung pada kohesi dalam kelas politik kalangan ningrat Arab.”
Selama klan Yaman merasa aman di negeri itu dan Alquran tidak ditentang secara terbuka, para kafir dzimmi dibiarkan dengan urusan mereka sendiri. Tidak ada tekanan diberikan pada mayoritas Katolik. Namun, dalam kebudayaan dan pengucapan berlogat Arab mulai terlihat ciri yang disebut karakter Mozarabik.
Pada 740-an, sejumlah kecil orang Andalusia mulai memeluk Islam. Sebagai muwalladun (mualaf non-Arab Iberia), mereka dibebaskan dari jizyah dan mendapat hak istimewa yang menyerupai elite baladiyyun lama.
Pada musim gugur 741, Andalusia dilanda gempa Berber yang akan melemahkan kekhalifahan Umayyah. Penghancuran keamiran tampak telah pasti. Akhir dari Ifriqiya (Maghrib Arab) tampak sama dekatnya.
Berber di kedua sisi selat menolak surat perintah Damaskus dengan pedang dan panah. Pemberontakan di barat laut menjalar sampai Cordillera Tengah dan medesak pasukan Arab keluar dari Meseta Tengah dan masuk ke selatan. Pada musim semi 742 M, penggulingan rezim arab di al-Andalus tidak terelakkan.
Para penguasa Arab memepertahankan sebagian besar wilayah terbaik untuk diri mereka sendiri dan memposisikan Berber untuk menjalankan tugas sebagai garis pertama pertahanan. banyak Berber menetap di wilayah Lerida di timur laut, tak jauh dari Pyrenees.
Seiring waktu berlalu, kata Lewis, Berber semakin keras menentang kecilnya pembagian harta rampasan dan kemenangan atas Iberia. “Tiga puluh tahun setelah pemusnahan Visigoth oleh Tariq bin Ziyad pada 711 M, para prajurit dari Maghrib masih menunggu buah dari keanggotaan penuh mereka di dalam ummah,” ujarnya.
Ia menambahkan, kebencian Berber kian mendalam selama bertahun-tahun ketika satu demi satu gubernur jenderal digantikan oleh yang lain. Masing-masing hampir selalu disertai oleh rombongan dari Yaman Arab yang diberi tanah utama di Lembah Guadalquivir atau di Meseta. Tahun demi tahun, kekecewaan dan frustasi lapisan bawah Berber semakin menebal.
Sementara itu, jelas Lewis, penguasa Andalusia menerapkan kebijakan pluralisme sipil yang membukakan peluang bagi beragam adat-istiadat, kepercayaan dan lembaga dengan cara yang tak tertandingi di Barat sejak Roma Augustan. “Kebijakan ini keberhasilannya tergantung pada kohesi dalam kelas politik kalangan ningrat Arab.”
Selama klan Yaman merasa aman di negeri itu dan Alquran tidak ditentang secara terbuka, para kafir dzimmi dibiarkan dengan urusan mereka sendiri. Tidak ada tekanan diberikan pada mayoritas Katolik. Namun, dalam kebudayaan dan pengucapan berlogat Arab mulai terlihat ciri yang disebut karakter Mozarabik.
Pada 740-an, sejumlah kecil orang Andalusia mulai memeluk Islam. Sebagai muwalladun (mualaf non-Arab Iberia), mereka dibebaskan dari jizyah dan mendapat hak istimewa yang menyerupai elite baladiyyun lama.
Pada musim gugur 741, Andalusia dilanda gempa Berber yang akan melemahkan kekhalifahan Umayyah. Penghancuran keamiran tampak telah pasti. Akhir dari Ifriqiya (Maghrib Arab) tampak sama dekatnya.
Berber di kedua sisi selat menolak surat perintah Damaskus dengan pedang dan panah. Pemberontakan di barat laut menjalar sampai Cordillera Tengah dan medesak pasukan Arab keluar dari Meseta Tengah dan masuk ke selatan. Pada musim semi 742 M, penggulingan rezim arab di al-Andalus tidak terelakkan.
Sumber : http://www.republika.co.id
Tidak ada komentar:
Posting Komentar