Oleh: Dr Muhammad Hariyadi, MA
Ilustrasi
Tidak dimungkiri
bahwa silaturahim merupakan salah satu perintah Allah SWT yang menjadi
pilar bagi terbentuknya masyarakat dan kuat dan sehat.
Silaturahim
sendiri mengandung banyak manfaat dan keutamaan, baik bagi penjalin
silaturahim, pihak yang disilaturahimi maupun masyarakat luas.
Salah satu buah dari silaturahim adalah terjalinnya persatuan dan kesatuan antar berbagai golongan di masyarakat.
Namun
sayang, buah silaturahim yang satu ini terkadang bersifat semu dan
tidak nyata dalam kehidupan, karena silaturahim yang dilakukan sebatas
pemenuhan kebutuhan bersosialisasi; tidak didasari oleh niat
sungguh-sungguh dalam memaknai arti silaturahim; kuatnya ego yang
mengganggap diri dan kelompoknya paling benar sedang kelompok lain
berada pada pihak yang salah; dan tidak berangkat dari titik yang sama.
Padahal,
silaturahim yang membuahkan persatuan dan kesatuan merupakan dambaan
setiap orang yang berada di dalam dan di luar area silaturahim, karena
baik silaturahim maupun persatuan merupakan salah satu bentuk ketaatan
kepada Allah dan manifestasi berpegang teguh terhadap agama Islam.
Mereka
yang ingin senantiasa berada dalam ketaatan kepada Allah dan berpegang
teguh terhadap agamanya idealnya memanifestasikan beberapa hal berikut
ini dalam kehidupannya:
Pertama, bersikap kasih sayang terhadap
sesama Muslim, toleran terhadap non-Muslim dan bersikap keras terhadap
orang kafir yang memusuhi Islam. Allah SWT berfirman, "Muhammad itu
adalah utusan Allah dan orang-orang yang bersamanya bersikap keras
terhadap orang-orang kafir dan bersikap kasih sayang terhadap sesama
mereka." (QS. Al Fath: 29).
Kedua, mengikuti jalan Islam yang
lurus dan menjauh dari jalan bengkok yang menyalahinya. "Dan sungguh,
inilah jalan-Ku yang lurus. Maka ikutilah! Jangan kamu ikuti jalan-jalan
(yang lain) yang akan mencerai-beraikan kamu dari jalan-Nya. Demikian
Dia memerintahkan kepadamu kamu bertakwa." (QS. Al-An'am: 153).
Ketiga,
merasa diawasi Allah dalam setiap perbuatan dan diamnya serta
mengikhlaskan segala perbuatan karena-Nya. Ikhlas merupakan syarat utama
diterimanya ibadah dan ketaatan. Allah SWT memerintahkan orang-orang
yang beriman melakukan perbuatan semata-mata mengharap ridha-Nya dan
bekerja keras atas dasar keimanan kepada-Nya, karena dengan dua modal
itu perbuatan manusia menjadi sempurna. (QS. Az-Zumar: 2).
Keempat,
siap berjihad dengan jalan mengorbankan diri, jiwa dan harta di jalan
Allah dan untuk kepentingan agama-Nya. jihad di sini adalah jihad dalam
rangka menegakkan agama Allah, membela kebenaran, membela tanah air,
membela masyarakat dan membela tempat tinggal kita. (QS. At-Taubah: 41).
Kelima,
siap bekerjasama di pelbagai bidang yang melahirkan kemaslahatan
individu, kelompok, masyarakat, bangsa maupun dunia demi merealisasikan
kemajuan dunia dan akhirat. Allah SWT berfirman, "Dan tolong-menolonglah
kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa." (QS. Al-Ma'idah: 2).
Keenam,
turut merasakan kesedihan dan kebahagiaan yang dirasakan oleh saudara
sesama Muslim baik di dalam maupun di luar negeri. Rasulullah SAW
bersabda, "Perumpamaan orang-orang yang beriman di dalam sikap saling
mencintai, lemah lembut dan kasih sayangnya bagaikan satu anggota badan,
apabila satu dari anggotanya menderita sakit, maka anggota yang lain
merasakan (pula) sakit dan demam." (HR. Bukhari-Muslim).
Demikianlah
pengingat yang sering terlupa dalam kegiatan silaturahim agar kita
senantiasa mewujudkan persatuan dan kesatuan karena di dalamnya
terkandung kekuatan, kebahagiaan, kepentingan dan kemuliaan umat Islam. Wallahu a'lam.
Sumber : http://www.republika.co.id
Tidak ada komentar:
Posting Komentar