Oleh: Mahmud Yunus
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Seperti biasa,
usai presentasi saya berikan kesempatan siswa-siswa saya untuk
bertanya. “Kalau-kalau masih ada yang kurang jelas, silakan ditanyakan.
Saya sediakan waktu kurang lebih 10 menit”, kata saya. Lima menit
pertama telah berlalu, namun tak seorang pun bertanya.
Lima menit kedua, ternyata seorang di antara mereka ada yang mengacungkan tangannya. “Maaf. Saya boleh bertanya sesuatu di luar topik yang sedang dibahas hari ini?” kata dia. Saya jawab, “Boleh. Silakan”.
Lalu, dia bertanya tentang doa. Pada intinya, dia bertanya tentang doanya di Multazam dan di Raudhah yang belum terjawab. “Soalnya, menurut guru (ngaji) saya tempat-tempat tersebut termasuk tempat-tempat yang mustajabah," terang dia.
Kendati pertanyaan itu di luar topik, saya jawab pertanyaan dia dengan sebuah pertanyaan. “Kamu, sudah pernah berdoa di sana?”. Jawab dia, “Sudah. Alhamdulilah saya pernah berdoa di tempat-tempat tersebut ketika umrah”. Komentar saya, “Alhamdulillah”.
Berdoa hakikatnya melaksanakan perintah Allah.
Allah berfirman, “Dan Tuhanmu berfirman, ‘Berdoalah (kalian) kepada-Ku
niscaya akan Aku perkenankan’” (QS Ghafir [40] : 60). Ayat ini
menjelaskan tentang kewajiban kita berdoa, dan tentang hak Allah
mengabulkan doa hamba-Nya.Lima menit kedua, ternyata seorang di antara mereka ada yang mengacungkan tangannya. “Maaf. Saya boleh bertanya sesuatu di luar topik yang sedang dibahas hari ini?” kata dia. Saya jawab, “Boleh. Silakan”.
Lalu, dia bertanya tentang doa. Pada intinya, dia bertanya tentang doanya di Multazam dan di Raudhah yang belum terjawab. “Soalnya, menurut guru (ngaji) saya tempat-tempat tersebut termasuk tempat-tempat yang mustajabah," terang dia.
Kendati pertanyaan itu di luar topik, saya jawab pertanyaan dia dengan sebuah pertanyaan. “Kamu, sudah pernah berdoa di sana?”. Jawab dia, “Sudah. Alhamdulilah saya pernah berdoa di tempat-tempat tersebut ketika umrah”. Komentar saya, “Alhamdulillah”.
Sudah barang tentu, kita seharusnya melaksanakan kewajiban kita dengan sebaik-baiknya. Sedangkan perkara hak Allah, yakni apakah akan mengabulkan doa kita atau tidak, sebaiknya kita serahkan sepenuhnya kepada-Nya.
Rasulullah SAW pernah bersabda, “Tidaklah seorang Muslim berdoa, (sepanjang) tidak mengandung dosa dan memutuskan silaturahim, niscaya Allah akan mengabulkan doanya itu dengan tiga kemungkinan. Dikabulkan-Nya di dunia, dikabulkan-Nya di akhirat, dan dihindarkan-Nya keburukan darinya sesuai dengan doanya. Seorang sahabat bertanya, “Kalau begitu, kita harus memperbanyak doa? Rasulullah menjawab, “Allahu Akbar/Allah Maha Besar” (HR Bukhari dalam Adab al-Mufrad).
Oleh sebab itu, yang terpenting bagi kita adalah mengetahui definisi doa, syarat-syarat berdoa, dan adab-adabnya dengan sebaik-baiknya. Doa yaitu menampakkan kerendahan diri kepada Allah seraya mengajukan permohonan, mengharap kebaikan yang ada di sisi-Nya, mengharap terkabulnya keinginan, dan selamat dari hal-hal yang mengkhawatirkan.
Ibnu Qayyim menjelaskan, “doa termasuk obat yang paling mujarab karena doa musuh bala bencana, mengadangnya dan mengobatinya, menghalangi turunnya dan menghilangkannya atau meringankannya, dan doa adalah senjata orang yang beriman.”
Doa Anda ingin dijawab? Berdoalah kepada Allah semata-mata. Janganlah sekali-kali berdoa kepada selain Allah. Bertawasullah kepada-Nya dengan tawasul yang sesuai syariat. Berbaik sangkalah kepada-Nya. Janganlah tergesa-gesa ingin dikabulkan. Selain itu, makanlah makanan (juga minumlah minuman) yang halal dan baik.
Tak kalah penting; berdoalah sambil bersimpuh, mulailah dengan memuji-Nya, bershalawatlah kepada nabi dan rasul-Nya, bersucilah dari hadas dan najis, menghadaplah ke arah kiblat, angkatlah kedua tanganmu, rendahkanlah suaramu, dan seterusnya. Wallahu a’lam.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar