Minggu, 19 Oktober 2014

Ini Teladan Ustman bin Affan Saat Madinah Hadapi Bencana Kekeringan

 Warga menimba air di sebuah sumur di tengah sawah yang mengalami kekeringan di Serang, Kabupaten Bekasi, Jawa Barat, Ahad (2/9). (Aditya Pradana Putra/Republika)
Warga menimba air di sebuah sumur di tengah sawah yang mengalami kekeringan di Serang, Kabupaten Bekasi, Jawa Barat, Ahad (2/9). (Aditya Pradana Putra/Republika)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Beberapa wilayah di Indonesia tengah mengalami kekeringan sebagai akibat musim kemarau. Pada masa ini, semangat berbagi mesti dikedepankan. Caranya pun beragam, tentu dengan disesuaikan kemampuan.

Teladan sahabat Rasulullah, Ustman bin Affan bisa menjadi contoh. Ketika bencana kekeringan melanda Madinah, kaum Muslimin terpaksa menggunakan sumur Rum sebagai sumber air satu-satunya.
Sayangnya, sumur tersebut milik Yusuf, seorang Yahudi tua yang serakah. Untuk mengambil air sumur itu, kaum Muslimin harus membayar mahal dengan harga yang ditetapkan si Yahudi.

Melihat keadaan penduduk Madinah, Utsman segera menemui Yusuf, si pemilik sumur. “Wahai Yusuf, maukah engkau menjual sumur Rum ini kepadaku?” tawar Utsman.

Si pemilik sumur segera menyambut permintaan Utsman. Dalam benaknya ia berpikir, Utsman adalah orang kaya. Ia pasti mau membeli sumurnya berapa pun harga yang ia minta.

Di sisi lain ia juga tidak mau kehilangan mata pencahariannya begitu saja. “Aku bersedia menjual sumur ini. Berapa engkau sanggup membayarnya?” “Sepuluh ribu dirham,” jawab Utsman."

Si Yahudi tua tersenyum sinis. “Sumur ini hanya akan kujual separuhnya. Kalau bersedia, sekarang juga kau bayar 12 ribu dirham, dan sumur kita bagi dua. Sehari untukmu dan sehari untukku, bagaimana?”

Setelah berpikir sejenak, Utsman menjawab, “Baiklah, aku terima tawaranmu.” Setelah membayar seharga yang diinginkan, Utsman menyuruh pelayannya untuk mengumumkan kepada para penduduk, bahwa mereka bebas mengambil air sumur Rum secara gratis.

Sejak itu, penduduk Madinah bebas mengambil air sebanyak mungkin  untuk keperluan mereka. Lain halnya dengan si Yahudi tua. Ia kebingungan lantaran tak seorang pun yang membeli airnya. Ketika Utsman datang menemuinya untuk membeli separuh sisa air sumurnya, ia tidak bisa menolak walau dengan harga yang sangat murah sekalipun.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar