Kamis, 11 Agustus 2011

DAKWAH ROSULULLAH SAW KE THO`IF

Setelah sembilan tahun Muhammad diangkat sebagai Rosulullah, beliau masih menjalankan dakwah dikalangan kaumnya sendiri di sekitar kota Makkan untuk memperbaiki pola hidup mereka. Tetapi hanya sebagian kecil saja orang yang bersedia memeluk agama Islam atau bersimpati kepadanya, selebihnya selalu berusaha dengan segala daya upaya untuk mengganggu dan menghalangi beliau dan pengikut-pengikutnya. Di antara mereka yang bersempati dengan perjuangan Nabi adalah Abu Tholib, paman beliau sendiri, namu sayangnya ia tidak pernah memeluk Islam sampai akhir hayatnya.
Pada tahun kesepuluh setelah kenabian Abu Tholib wafat,



dengan wafatnya Abu Tholib ini, pihak Quraisy merasa semakin leluasa mengganggu dan menentang Nabi saw
Tho`if merupakan kota terbesar kedua di kawasan Hijaz. Disana terdapat Bani Tsaqif, suatu kabilah yang cukup kuat dan besar jumlah penduduknya. Rosulullah saw pun berangkat ke Tho`if dengan harapan dapat membujuk Bani Tsaqif untuk menerima Islam, dengan demikian beliau akan mendapatkan tempat berlindung bagi pemeluk-pemeluk islam dari gangguan kafir Quraisy. Baliau pun berharap dapat menjadikan Tho`if sebagai pusat kegiatan dakwah.setibanya di sana, Rosulullah saw mengunjungi tiga tokoh Bani Tsaqif secara terpisah untuk menyampaikan risalah Islam. Namun yang terjadi mereka bukan saja menolak ajaran Islam, bahkan mendengar pembicaraan Nabi saw pun mereka tidak mau. Rosulullah saw diperlakukan secara kasar dan biadab. Sikap kasar mereka itu sungguh bertentangan dengan kebiasaan bangsa Arab yang selalu mengormati tamunya. Dengan terus terang mereka mengatakan bahwa mereka tidak senang Rosulullah saw dan pengikutnya tinggal di kota mereka. Semula Rosulullah membayangkan akan mendapat perlakuan yang sopandiiringi tutur kata yang lemah lembut, tetapi ternyata beliau diejek dengan kata-kata kasar.
Salah seorang diantara mereka berkata sambil mengejek, “ Benarkah Allah telah mengangkatmu menjadi pesuruh-Nya?”. Yang lain berkata sambil tertawa, “ tidak dapatkah Allah memilih manusia selain kamu untuk menjadi pesuruh-Nya?”.
Ada juga yang berkata, “Jika engkau benar-benar seorang Nabi, aku tidak ingin berbicara denganmu, karena perbuatan demikian itu akan mendatangkan bencana bagiku. Sebaliknya jika kamu seorang pendusta tidak ada gunanya aku berbicara denganmu.”
Menghadapi perilaku ketiga tokoh Bani Tsaqif yang demikian kasar itu, Rosulullah saw yang memiliki sifat bersungguh-sungguh dan teguh pendirian, tidak menyebabkan mudah putus asa dan kecewa. Setelah meninggalkan tokoh-tokoh Bani Tsaqif yang tidak dapat diharapkan itu, Rosulullah mencoba mendatangi rakyat biasa, kali inipun beliau mengalami kegagalan. Mereka mengusir Rosulullah dari Tho`if denga berkata, “Kelaur lah kamu dari kampungini! Dan pergilah kemana saja kamu suka!”
Ketika Rosulullah menyadari bahwa usahanya tidak berhasil, beliau memutuskan untuk meninggalkan Tho`if. Tetapi penduduk Tho`if tidak mebiarkan beliau keluar dengan aman, mereka terus mengganggunya dengan melempari batu dan kata-kata penuh ejekan. Lemparan batu yang mengenai Nabi saw demikian hebat sehingga tubuh beliau berlumuran darah. Dalam perjalanan pulang. Rosulullah saw menjumpai suatu tempat yang dirasa aman dari gangguan orang-orang jahat tersebut, kemudian beliau berdoa : ” Wahai Tuhanku, kepada Engkaulah aku adukan kelemahan tenagaku dan kekuranganku daya upayaku pada pemandangan manusia. Wahai Tuhanku Yang Maha Rahim, Engkaulah Tuhannya orang-orang yang lemah dan Engkaulah Tuhanku. Kepada siapa Engkau menyerahkan diriku? Kepada mush yang akan menerkan aku atau kepada kelaurga yang Engkau berikan kepadanya urusanku, tidak ada keberatan bagiku asalkan Engkau tidak marah kepadaku. Sedangkan afiat-Mu lebih luas bagiku. Aku berlindung dengan cahaya muka-Mu yang mulia yang menyinari langit dan menerangi segala yang gelap dan atas-Nyalah teratur segala urusan dunia dan akhirat. Dari engkau menimpakan atas diriku kemarahan-Mu atau dari Engkau turun atasku adzab-Mu. Kepada Engkaulah aku adukan halku sehingga Engkau ridha. Tidak ada daya dan upaya melainkan dengan Engkau.”
Demikian sedihnya doa yang dipanjatkan kepada Allah oleh Nabi saw. Sehingga Allah mengutus jibril a. S untuk menemuinya. Setibanya di hadapan Nabi, jibril as memberi salam seraya berkata, “ Allah memerintahkan malaikat di gunung-gunung untuk menaati perintahmu.” Sambil berkata demikian Jibril memperlihatkan para malaikat itu kepada Rosulullah saw.
Kata malaikat itu, “ Wahai Rosulullah, kami siap untuk menjalankan perintah tuan. Jika engkau mau, kami sanggup menjadikan gunung di sekitar kota itu berbenturan, sehingga penduduk yang ada dikedua belah gunung ini akan mati tertindih. Atau apa saja hukuman yang engkau inginkan , kami siap melaksanakannya.”
Mendengar tawaran malaikat itu, Rosulullah saw dengan sifat kasih sayangnya berkata, “Walaupun mereka menolak ajaran Islam, saya berharap dengan kehendak Allah , keturunan mereka pada suatu saat nanti akan menyembah Allah dan beribadah kepada-Nya.”
Sumber : Kitab Fadhail A`mal karya Maulana Muhamad Zakariya Al Kandhalawi Rah. a.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar