Kamis, 19 Januari 2017

Pada Siapa Engkau Bersahabat?

Di era ini mencari seorang sahabat yang sholeh dan bisa saling mencintai karena Allah bukan perkara mudah. Apalagi gemerlap dunia membuat banyak orang bersahabat ketika ada perkara kasat mata yang merasa diuntungkan.

Akhirnya betapa banyak mereka yang saling bersahabat dan tidak ada yang mereka bicarakan kecuali masalah dunia. Adapun perkara akhirat jarang menjadi pembahasan dalam obrolan mereka.

Padahal seorang sahabat mempunyai pengaruh besar terhadap kebiasaan dan karakter sahabatnya. Jika seseorang punya sahabat yang baik, maka akan baik pula akibatnya. Namun jika ia punya sahabat yang jelek, maka ia pun akan merugi.

Betapa banyak kita melihat mereka yang mendapatkan hidayah karena mendapatkan teman yang baik. Namun juga petapa banyak mereka yang selama ini kita kenal baik-baik berubah menjadi jauh dari agama karena salah dalam mendapatkan sahabat.

Hal ini sesuai dengan hadits Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam,
الرجل على دين خليله، فلينظر أحدكم من يخالل
Seseorang tergantung agama sahabatnya, maka lihatlah dengan siapa kalian bersahabat (HR. Abu Daud)

Sahabat yang baik diumpakan seperti mereka yang bersahabat dengan penjual minyak wangi, sementara sahabat jelek seperti seseorang bersahabat dengan pandai besi. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,
إنما مثل الجليس الصالح والجليس السوء كحامل المسك ونافخ الكير، فحامل المسك إما أن يحذيك ،وإما أن تبتاع منه ،وإما أن تجد منه ريحاً طيبة، ونافخ الكير إما أن يحرق ثيابك، وإما أن تجد منه ريحاً خبيثة
Sesungguhnya perumpamaan duduk dengan orang sholeh dan duduk dengan orang tidak baik seumpama bersama penjual minyak dan pandai besi. Penjual minyak wangi jika tidak memberimu, maka ia memberi bau harum. Tidaklah yang ditemukan kecuali bau harum. Adapun pandai besi, ia bisa membakar pakaianmu atau ia akan mengeluarkan bau tidak sedap (HR. Bukhari).

Demikianlah gambaran pengaruh seorang sahabat terhadap sahabatnya.

Dalam beberapa riwayat diceritakan bahwa Abu Thalib meninggal dalam keadaan suu’ ul khotimah dikarenakan ia masih punya sahabat yang tidak baik.

Di saat Abu Thalib dalam keadaan sekarat, maka datangnya nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam menyatakan, أي عم! قل لا إله إلا الله كلمة أحاج لك بها عند الله - عز وجل (wahai paman, ucapkanlah bahwa tidak ada Tuhan yang hak disembah kecuali Allah, kalimat yang akan menjadi hujahku untukmu di hadapan Allah).

Namun apa yang terjadi, justru sahabat yang jelek yaitu Abu Jahl dan Abdullah bi Abi Umayyah mengatakan, يا أبا طالب أترغب عن ملة عبد المطلب (wahai Abu Thalib, apakah engkau membenci agamanya Abdul Muthalib?). Akhirnya Abu Thalib pun meninggal dalam keadaan kafir. (HR. Bukhari)

Realita ini menunjukkan bahwa salah salam memilih sahabat akan menjadi penyesalan bukan hanya ketika di dunia, tetapi nanti sampai di akhirat. Oleh karena itu, Rasulullah shallallahu’alaihi wasallam bersabda,
لا تصاحب إلا مؤمنا، ولا يأكل طعامك إلا تقي
Janganlah engkau bersahabat kecuali dengan orang mukmin, dan jangan memakan makananmu kecuali orang yang bertaqwa (HR. Tirmidzi)

Semoga kita semua dikaruniakan oleh Allah ta’ala sahabat-sahabat yang sholeh/ah. Aamin.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar