Suasana bulan Ramadhan di Kairo
selalu meriah, mulai dari menjelang shalat terawih pertama sampai
berakhirnya puasa. Selama empat tahun tinggal dan menikmati suasana
ramadhan dan lebaran di Kairo, banyak kenangan indah yang saya dapatkan.
Pertama, pemotongan jam menjelang puasa.
Bulan Ramadhan biasanya jatuh pada
musim panas, saat suhu berkisar 35 derajat celsius, atau lebih. Ada
peristiwa menarik dan unik dalam waktu satu hari atau dua hari menjelang
puasa, yaitu saat dimana seluruh waktu di kota Kairo diputar atau
dipotong satu jam. Sehingga yang seharusnya jam sembilan pagi, menjadi
jam delapan pagi, jam delapan pagi menjadi jam tujuh pagi…, begitu
seterusnya sampai musim dingin tiba.
Jam dinding, arloji, dan semua
benda yang menunjukkan waktu, dimundurkan satu jam. Hal ini dilakukan,
diantaranya untuk mengantisipasi rentang waktu puasa yang cukup lama.
Jika tidak dikurangi, maka dikhawatirkan umat Islam tidak akan kuat
menjalani puasa, karena puasa dalam sehari bisa mencapai enam belas jam
atau lebih. Dimulai sejak subuh pukul lima pagi dan diakhiri maghrib
pada pukul delapan malam.
Musim panas mempunyai rentang waktu
siang yang lebih panjang daripada musim di daerah tropis, seperti
Indonesia. Jika di Indonesia, jam setengah enam sore sudah maghrib,
tidak dengan Kairo. Di sana waktu maghrib terjadi pada jam delapan
malam, dengan mega merah yang masih cerah.
Kedua, perbedaan raka’at dalam shalat terawih.
Menjelang
shalat terawih pertama, suasana Kairo sangat indah, penuh aneka warna,
disetiap toko dan samping jalan, dipasang aneka lampu fanus yang
benderang, lengkap dengan asesoris boneka mainan yang cantik dan
rupawan.
Di Kairo, terjadi fenomena
perbedaan raka’at dalam menjalankan shalat terawih, umumnya tiap masjid
melaksanakan shalat terawih dengan delapan raka’at empat kali salam.
Setiap malam, imam membaca satu juz ayat-ayat al-Qur’an, sehinnga
menjelang lebaran, bisa khatam (menyelesaikan) 30 juz. Ada juga masjid
yang imamnya membaca satu juz al-Qur’an setiap dua raka’at, sehingga
satu malam, mendapat empat juz al-Qur’an dan tentunya dengan
menghabiskan waktu berjam-jam.
Ada
juga masjid-masjid tertentu yang melaksanakan tarawih dengan delapan
raka’at dan cepat, seperti masjid Rab’ah al-Adawiyah, masjid Masakin
Utsman, masjid Gami’ dan lain sebagainya. Selain itu, juga ada yang
melaksanakan shalat terawih dengan dua puluh raka’at, sama seperti di
Indonesia, hanya saja waktunya lebih lama.
Ketiga, berburu musa’adah.
Musa’adah adalah sumbangan atau lebih tepatnya zakat maal (zakat
harta) dari orang-orang Kairo yang mampu dan kaya, untuk diberikan
kepada pihak yang membutuhkan. Biasanya mereka lebih senang
membagi-bagikan zakat maal kepada mahasiswa asing daripada penduduk
pribumi. Diantara salah satu alasannya adalah mahasiswa merupakan
pencari ilmu, jadi kalau harta mereka diberikan kepada penuntut ilmu
maka hartanya akan barakah dan lebih bermanfaat.
Para mahasiswa sangat antusias
sekali dengan agenda berburu musa’adah selama ramadhan, disamping
menambah uang saku, mereka bisa membeli barang yang mereka inginkan
ketika lebaran.
Kegiatan ini sampai mempunyai
kepala informasi, yang sewaktu-waktu dapat dijadikan bahan referensi,
untuk mengetahui dimana lokasi musa’adah terjadi. Setiap ada
musa’adah, lokasinya selalu berbeda-beda, dalam setiap tahun, tempatnya
bisa sama, atau berubah, bahkan bisa bertambah banyak, sesuai informasi
yang didapatkan.
Tempat pembagian musa’adah ini
umumnya di masjid-masjid, para donatur membagi-bagikan uang sejumlah 20
pound, 50 pound atau 100 pound, bahkan bisa juga lebih (1 pound = 2000
rupiah). Maka, tak heran jika peminatnya sangat banyak, mereka pergi
berburu bersama-sama dengan teman. Tetapi tentu saja, tidak semua
mahasiswa tertarik dengan sumbangan ini, hanya yang berminat saja yang
melakukan perburuan.
Menariknya lagi kawan, musa’adah
ini hampir setiap hari bisa terjadi di bulan ramadhan, asal tahu
informasinya saja, pasti bisa mendapat uang.
Keempat, banyak acara buka puasa bersama.
Agenda
selanjutnya yang tak kalah menarik adalah undangan buka puasa bersama.
Undangan ini bisa dari pihak KBRI (Kedutaan Besar Republik Indonesia),
dari Organisasi mahasiswa yang berkembang di Kairo yang meliputi
kekeluargaan (asal daerah: Jawa timur, Jawa Tengah, Jakarta, Bandung,
Sulawesi, Medan, dan lain sebagainya), dari Ormas (NU, Muhammadiyah,
Persis, dan lain-lain), media jurnalistik (Informatika, terobosan), dari
afiliatif, dari PMIK (perpustakaan mahasiswa indonesia Kairo) dan lain
sebagainya.
Setiap hari, kita bisa mendapatkan
undangan lebih dari satu, kadang lima sampai tujuh, hingga harus ada
pihak yang dikorbankan untuk tidak dihadiri, karena tidak mungkin kita
menghadiri semua undangan dalam waktu yang bersamaan.
Kelima, buka puasa di Maidaturrahman.
Maidaturrahman
adalah tempat untuk berbuka puasa yang disediakan oleh orang-orang
Mesir, tempatnya kadang di dekat masjid, dekat jalan raya, dan bisa
dimana saja, tentu saja semuanya gratis.
Dengan menu nasi ala Kairo
(dimasaknya dengan air dicampur minyak dan kaldu), setengah potong ayam
atau seperempat bagian ayam penuh, untuk masing-masing orang. Hmm…
kesempatan yang jarang ditinggalkan mahasiswa Kairo. Kalaupun makanannya
tidak habis ditempat, bisa dibawa pulang kerumah untuk sahur esok
harinya.
Keenam, lemparan kurma di jalan raya.
Bagi orang-orang yang masih dalam
perjalanan saat adzan maghrib berkumandang, tidak perlu cemas. Semuanya
pasti bisa berbuka di kendaraan masing-masing, seperti di bus, tramco
(mikrolet), mobil pribadi, taxi, dan lain sebagainya. Karena disetiap
ujung jalan, terdapat penduduk Kairo yang melempar-lemparkan bungkusan
plastik kepada setiap penumpang di jalan.
Bungkusan plastik itu berisi
beberapa kurma yang sangat manis, mengikuti sunnah rasul, ketika berbuka
sebaiknya minum air dan kurma dulu, setelah itu baru makan.
Kadang-kadang juga ada yang melemparkan ashir (jus buah) beraneka rasa, mulai dari mangga, jambu, apel, jeruk, tebu dan lain sebagainya.
Ketujuh, senandung ayat-ayat al-Qur’an menghiasi bumi seribu menara.
Bulan Ramadhan adalah bulan yang
mulia, karena di dalamnya diturunkan permulaan al-Qur’an, sebagai
petunjuk bagi manusia. Maka, sudah selayaknya jika senandung kalam Ilahi
hadir disetiap detik nafas insani.
Pada hari biasa, orang-orang di
kota Kairo senang membaca al-Qur’an, dimana-mana terlihat orang membawa
al-Qur’an, membaca serta menghafalkannya. Sebut saja, di bus, kendaraan,
mobil, taxi, di jalan raya, di halte, di tempat kuliah, sambil menjaga
toko, sambil nyetir (dari tape tentunya), dan di mana saja, orang-orang
membaca al-Qur’an akan sangat mudah kita temukan.
Nah, terlebih pada bulan mulia,
maka senandung ayat-ayat suci membahana di setiap penjuru bumi kinanah
ini. Lantunan kalam Ilahi tak berhenti berkumandang dari hari ke hari.
Dan masih banyak kisah lainnya kawan…, kisah unik dan menarik dari negeri seribu menara. Selamat berpuasa ^_^
Sumber : http://lomba.kompasiana.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar