Selasa, 25 Juni 2013

Pernak-pernik Ramadhan di Kairo

Suasana bulan Ramadhan di Kairo selalu meriah, mulai dari menjelang shalat terawih pertama sampai berakhirnya puasa. Selama empat tahun tinggal dan menikmati suasana ramadhan dan lebaran di Kairo, banyak kenangan indah yang saya dapatkan.


Pertama, pemotongan jam menjelang puasa.
Bulan Ramadhan biasanya jatuh pada musim panas, saat suhu berkisar 35 derajat celsius, atau lebih. Ada peristiwa menarik dan unik dalam waktu satu hari atau dua hari menjelang puasa, yaitu saat dimana seluruh waktu di kota Kairo diputar atau dipotong satu jam. Sehingga yang seharusnya jam sembilan pagi, menjadi jam delapan pagi, jam delapan pagi menjadi jam tujuh pagi…, begitu seterusnya sampai musim dingin tiba.
Jam dinding, arloji, dan semua benda yang menunjukkan waktu, dimundurkan satu jam. Hal ini dilakukan, diantaranya untuk mengantisipasi rentang waktu puasa yang cukup lama. Jika tidak dikurangi, maka dikhawatirkan umat Islam tidak akan kuat menjalani puasa, karena puasa dalam sehari bisa mencapai enam belas jam atau lebih. Dimulai sejak subuh pukul lima pagi dan diakhiri maghrib pada pukul delapan malam.
Musim panas mempunyai rentang waktu siang yang lebih panjang daripada musim di daerah tropis, seperti Indonesia. Jika di Indonesia, jam setengah enam sore sudah maghrib, tidak dengan Kairo. Di sana waktu maghrib terjadi pada jam delapan malam, dengan mega merah yang masih cerah.

Kedua, perbedaan raka’at dalam shalat terawih.
Menjelang shalat terawih pertama, suasana Kairo sangat indah, penuh aneka warna, disetiap toko dan samping jalan, dipasang aneka lampu fanus yang benderang, lengkap dengan asesoris boneka mainan yang cantik dan rupawan.
Di Kairo, terjadi fenomena perbedaan raka’at dalam menjalankan shalat terawih, umumnya tiap masjid melaksanakan shalat terawih dengan delapan raka’at empat kali salam. Setiap malam, imam membaca satu juz ayat-ayat al-Qur’an, sehinnga menjelang lebaran, bisa khatam (menyelesaikan) 30 juz. Ada juga masjid yang imamnya membaca satu juz al-Qur’an setiap dua raka’at, sehingga satu malam, mendapat empat juz al-Qur’an dan tentunya dengan menghabiskan waktu berjam-jam.
Ada juga masjid-masjid tertentu yang melaksanakan tarawih dengan delapan raka’at dan cepat, seperti masjid Rab’ah al-Adawiyah, masjid Masakin Utsman, masjid Gami’ dan lain sebagainya. Selain itu, juga ada yang melaksanakan shalat terawih dengan dua puluh raka’at, sama seperti di Indonesia, hanya saja waktunya lebih lama.

Ketiga, berburu musa’adah.
Musa’adah adalah sumbangan atau lebih tepatnya zakat maal (zakat harta) dari orang-orang Kairo yang mampu dan kaya, untuk diberikan kepada pihak yang membutuhkan. Biasanya mereka lebih senang membagi-bagikan zakat maal kepada mahasiswa asing daripada penduduk pribumi. Diantara salah satu alasannya adalah mahasiswa merupakan pencari ilmu, jadi kalau harta mereka diberikan kepada penuntut ilmu maka hartanya akan barakah dan lebih bermanfaat.
Para mahasiswa sangat antusias sekali dengan agenda berburu musa’adah selama ramadhan, disamping menambah uang saku, mereka bisa membeli barang yang mereka inginkan ketika lebaran.
Kegiatan ini sampai mempunyai kepala informasi, yang sewaktu-waktu dapat dijadikan bahan referensi, untuk mengetahui dimana lokasi musa’adah terjadi. Setiap ada musa’adah, lokasinya selalu berbeda-beda, dalam setiap tahun, tempatnya bisa sama, atau berubah, bahkan bisa bertambah banyak, sesuai informasi yang didapatkan.
Tempat pembagian musa’adah ini umumnya di masjid-masjid, para donatur membagi-bagikan uang sejumlah 20 pound, 50 pound atau 100 pound, bahkan bisa juga lebih (1 pound = 2000 rupiah). Maka, tak heran jika peminatnya sangat banyak, mereka pergi berburu bersama-sama dengan teman. Tetapi tentu saja, tidak semua mahasiswa tertarik dengan sumbangan ini, hanya yang berminat saja yang melakukan perburuan.
Menariknya lagi kawan, musa’adah ini hampir setiap hari bisa terjadi di bulan ramadhan, asal tahu informasinya saja, pasti bisa mendapat uang.

Keempat, banyak acara buka puasa bersama.
Agenda selanjutnya yang tak kalah menarik adalah undangan buka puasa bersama. Undangan ini bisa dari pihak KBRI (Kedutaan Besar Republik Indonesia), dari Organisasi mahasiswa yang berkembang di Kairo yang meliputi kekeluargaan (asal daerah: Jawa timur, Jawa Tengah, Jakarta, Bandung, Sulawesi, Medan, dan lain sebagainya), dari Ormas (NU, Muhammadiyah, Persis, dan lain-lain), media jurnalistik (Informatika, terobosan), dari afiliatif, dari PMIK (perpustakaan mahasiswa indonesia Kairo) dan lain sebagainya.
Setiap hari, kita bisa mendapatkan undangan lebih dari satu, kadang lima sampai tujuh, hingga harus ada pihak yang dikorbankan untuk tidak dihadiri, karena tidak mungkin kita menghadiri semua undangan dalam waktu yang bersamaan.

Kelima, buka puasa di Maidaturrahman.
Maidaturrahman adalah tempat untuk berbuka puasa yang disediakan oleh orang-orang Mesir, tempatnya kadang di dekat masjid, dekat jalan raya, dan bisa dimana saja, tentu saja semuanya gratis.
Dengan menu nasi ala Kairo (dimasaknya dengan air dicampur minyak dan kaldu), setengah potong ayam atau seperempat bagian ayam penuh, untuk masing-masing orang. Hmm… kesempatan yang jarang ditinggalkan mahasiswa Kairo. Kalaupun makanannya tidak habis ditempat, bisa dibawa pulang kerumah untuk sahur esok harinya.

Keenam, lemparan kurma di jalan raya.
Bagi orang-orang yang masih dalam perjalanan saat adzan maghrib berkumandang, tidak perlu cemas. Semuanya pasti bisa berbuka di kendaraan masing-masing, seperti di bus, tramco (mikrolet), mobil pribadi, taxi, dan lain sebagainya. Karena disetiap ujung jalan, terdapat penduduk Kairo yang melempar-lemparkan bungkusan plastik kepada setiap penumpang di jalan.
Bungkusan plastik itu berisi beberapa kurma yang sangat manis, mengikuti sunnah rasul, ketika berbuka sebaiknya minum air dan kurma dulu, setelah itu baru makan. Kadang-kadang juga ada yang melemparkan ashir (jus buah) beraneka rasa, mulai dari mangga, jambu, apel, jeruk, tebu dan lain sebagainya.

Ketujuh, senandung ayat-ayat al-Qur’an menghiasi bumi seribu menara.
Bulan Ramadhan adalah bulan yang mulia, karena di dalamnya diturunkan permulaan al-Qur’an, sebagai petunjuk bagi manusia. Maka, sudah selayaknya jika senandung kalam Ilahi hadir disetiap detik nafas insani.
Pada hari biasa, orang-orang di kota Kairo senang membaca al-Qur’an, dimana-mana terlihat orang membawa al-Qur’an, membaca serta menghafalkannya. Sebut saja, di bus, kendaraan, mobil, taxi, di jalan raya, di halte, di tempat kuliah, sambil menjaga toko, sambil nyetir (dari tape tentunya), dan di mana saja, orang-orang membaca al-Qur’an akan sangat mudah kita temukan.
Nah, terlebih pada bulan mulia, maka senandung ayat-ayat suci membahana di setiap penjuru bumi kinanah ini. Lantunan kalam Ilahi tak berhenti berkumandang dari hari ke hari.
 
Dan masih banyak kisah lainnya kawan…, kisah unik dan menarik dari negeri seribu menara. Selamat berpuasa ^_^
 
Sumber : http://lomba.kompasiana.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar