Kadang kala kita dihadapkan pada banyak pilihan hidup karena hidup adalah sebuah pilihan setidaknya kalimat itulah yang pernah disampaikan oleh guruku di kala aku masih belia. Seperti pertanyaan anakku saat mata indahnya mulai sedikit meredup karena menahan kantuk, waktu itu menunjukkan pukul 9 malam, seperti biasa aku menemaninya menghantarkan menuju lelap tidurnya, katanya ” Ayah, disekolah tadi ibu guru bilang, Aku dan teman-teman diminta untuk bisa menunjukkan kejujuran dan berani berbicara benar, menepati janji dan melakukan apa yang dijanjikan, dan terus menerus menyatukan kata dengan perbuatan. Ayah…. memangnya kenapa kita harus bersikap seperti ibu guru bilang ?” tanya anakku sambil mulai membetulkan guling kesukaannya.
Aku masih diam saat anakku menyelesaikan pertanyaannya, lamunanku melayang 30 tahun lalu saat aku di sekolah di saat seusianya , saat itu aku juga belajar bahwa barang siapa yang pernah berbohong; atau pernah ingkar janji; atau pernah mengkhianati kepercayaan orang lain, memenuhi syarat untuk disebut munafik. Walau saat ini sering terjadi pergulatan apa itu munafik ,pernah munafik, kadang-kadang munafik, sering munafik , atau selalu munafik. Ibarat warna, putih seratus persen dapat dianggap simbol orang yang tidak munafik; abu-abu untuk yang pernah munafik atau pernah berbohong; agak hitam untuk yang sering berbohong; dan hitam legam untuk yang selalu berbohong.
Pergulatan batin itu semakin kentara saat menghubungkan antara integritas dan kemunafikan? Apakah integritas adalah musuh kemunafikan, atau sebaliknya?. Artinya, tidak bisa membangun integritas sambil mempertahankan kemunafikan. Pilihannya hanya harus meninggalkan yang satu untuk mengembangkan yang lain. Seumpama menentukan arah berjalan, tidak bisa memilih ke timur dan barat sekaligus.
Dalam syair kehidupan memperhadapkan kita dengan kenyataan untuk bersepakat bahwa integritas adalah salah satu karakter terpuji, sementara munafik adalah salah satu karakter tercela; yang sulit adalah mendemonstrasikan karaker terpuji secara konsisten dalam seluruh aspek kehidupan. Dengan lain perkataan, menjadi seseorang yang punya integritas tinggi , menepati janji dan memegang teguh amanah tidak semudah diucapkan namun tidak sulit untuk dilaksanakan, karena hidup adalah sebuah pilihan.
“Sayang …” kataku pelan sambil mengusap helaian-helaian lembut rambut lurusnya, ” Kita memang harus jujur dan berani berbicara benar; menepati janji dan amanah, karena itulah nilai seseorang , bukan dilihat dari kedudukan, kepintaran atau bahkan kekayaannya, namun yang sulit bagaimana kita harus terus menerus menjaga sikap itu, dan itulah sebuah ujian ” kataku pelan, dan kulihat anakku telah terlelap dalam mimpinya.
by must itjand
Tidak ada komentar:
Posting Komentar