Senin, 18 September 2017

Napak Tilas Rasulullah SAW, Ibnu Abbas, dan Segelas Teh di Thaif


REPUBLIKA.CO.ID, THAIF—Thaif, kota yang terletak 100 km arah tenggara Kota Makkah ini, dikenal dengan ‘puncak’nya Arab Saudi. Berbeda dengan kebanyakan kota di Saudi, suhu udara di Thaif sangat bersahabat, sejuk dan di jam-jam tertentu cenderung dingin, seperti di kawasan puncak, Bogor, Jawa Barat. Bedanya hanya di bogor dipenuhi dengan pepohonan nan rindang, sementara sepanjang jalan di Thaif, bukit bebatuan cadas lebih mendominasi. 
Kamis (14/09), bersama Tim Media Center Haji (MCH) Daker Makkah berkesempatan melakukan ziarah ke Thaif berkesempatan mengunjungi kota yang pernah menjadi tujuan dakwah Rasulullah SAW pada awal Islam ini. Kunjungan rombongan para jurnalis ini dipimpin oleh Staf Khusus Menteri Agama Bidang Komunikasi Hadi Rahman serta Kepala Biro Humas, Data, dan Informasi Mastuki. Ikut juga dalam rombongan ini Guru Besar UIN Sunan Ampel Surabaya, Aswadi.   
Sepanjang perjalanan, kawasan setinggi 1.500 meter dari permukaan laut. Sepanjang jalan, pelancong akan disuguhi dengan pemandangan serba bebatuan cadas, namun tetap eksotis. Menunju puncak, suhu udara semakin sejuk. Di beberapa titik juga telah dibangun wahana rekreasi, taman bermain air, dan kereta gantung.
Begitu sampai di pintu gerbang Kota Thaif, pengunjung bisa berhenti sejenak menikmati jagung bakar, atau mencoba mengendarai unta dan keledai yang banyak berjejer di pinggir jalan. Selain dikenal dengan wisata religinya, kota ini memang kota persinggahan dan rekreasi. 
Berjuluk Qaryat al-Muluk, atau desa para raja, di kota ini kita akan mudah mendapati deretan istana peristirahatan musim panas para raja dan para konglomerat Arab Saudi. Selama musim haji, kawasan ini kerap menjadi destinasi wisata, tidak hanya warga lokal, tetapi juga wisatawan mancanegara, tak terkecuali para jamaah haji dari berbagai penjuru dunia. 

Di pusat kota Thaif, kita bisa berziarah di Masjid Ibnu Abbas RA. Konon, menurut sejumlah riwayat sepupu Rasulullah SAW, dimakamkan di masjid ini. Sempat ada perbedaan pendapat dari warga di manakah letak persis makam Ibnu Abbas, karena ada dua titik yang dipagari memutar berbentuk kubus. Namun, dugaan kuat, kubus yang terdapat informasi dan petunjuk berziarah adalah lokasi sosok sahabat Nabi SAW yang berjuluk turjaman Alquran, penerjemah Alquran tersebut. Jamaah haji dari Bangladesh, Pakistan, Yaman, tampak berdatangan berziarah di masjid ini. Di masjid ini pula, kita bisa menyusuri beberapa relief tulisan Alquran dalam batu dan beberapa prasasti nisan-nisan kuno. Menurut Abdussalam, tulisan ayat Alquran di atas batu tersebut usianya kembali ke masa-masa awal, diperkirakan pada masa sahabat Utsman bin Affan melihat bentuk khatnya yang tak berharakat dan nihil titik. “Ini usianya 1400 tahun lalu,” kata penjaga Perpustakaan Ibnu Abbas, Abd as-Salam (baca: Abdussalam), kepada Republika.co.id, Nashih Nashrullah, di ruangan Perpustakaan Ibnu Abbas, Thaif, Kamis (15/9). Sedangkan prasasti nisan rata-rata berasal dari abad ke-5 Hijriyah.

Berdasarkan catatan informasi di dinding perpustakaan, tertulis bahwa pada t 1217H, jumlah kitab yang diwakafkan ke masjid ini hampir mencapai sepuluh ribu, termasuk sekitar tiga puluh naskah Kitab Shahih Bukhari
Pada 1346 H, perpustakaan ini dilebur dengan Perpustakaan Haram al-Makky. Saat itu, banyak sekali koleksi manuskrip yang langka. Baru pada 1384 H, tepatnya pada masa Raja Faishal bin Abdul Aziz, Syekh Hasan Arab membuka kembali perpustakaan ini hingga sekarang.

Setelah mengunjungi Masjid Ibnu Abbas, perjalanan dilanjutkan ke Masjid Kuún dan daerah Lembah Matsna (Wadi Matsna). Menurut sejumlah wilayah, sepanjang wilayah ini menjadi saksi bisu Rasulullah SAW dilempari batu saat mendakwahkan Islam ke penduduk Thaif, awal masa dakwah.
Sebenarnya masjid ini hanya monumen pengingat, dulu Rasul sempat beristirahat di lokasi ini setelah menghindari lemparan batu penduduk Thaif. 
Di kota ini, terdapat pula lokasi Adas, warga Thaif Nasrani yang menyelematkan Rasul. Namun, karena waktu yang terbatas, kami pun tak sempat mengunjungi lokasi tersebut. 
Saat berjalan menuju pulang, sempatkanlah berbelanja buah-buahan yang berjejer di sepanjang jalan. Ada persik, semangka, anggur, delima, pear, dan lain sebagainya. Jangan lupa pula menikmati sensasi teh panas dicampur daun mint sebagai penghangat tubuh. “Daun mint ini asli dari perkebunan di kawasan Thaif,” kata Miqdad, warga lokal yang menjajakan secangkir teh panas tersebut seharga dua riyal. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar