Sabtu, 10 Mei 2014

Memungut Sampah Ibadah

REPUBLIKA.CO.ID, Oleh: Bahagia

Dalam hadis riwayat Imam al-Bukhari, dari Abu Barzah al-Aslami, ia berkata, “Aku mengatakan kepada Rasulullah, ‘Tunjukkan kepadaku perbuatan yang dapat memasukkan aku ke surga.’ Beliau menjawab, ‘Buanglah sesuatu yang mengganggu tempat lewat manusia.”

Kemudian dari Abu Hurairah bahwasannya Nabi SAW bersabda, “Orang yang melintasi jalan yang ada durinya, lalu ia berkata, ‘Aku singkirkan duri ini sehingga tidak membahayakan orang Muslim,’ maka dia akan diampuni dosa-dosanya yang lalu.

Selain itu, dari Anas dari Nabi SAW bersabda, “Tidak ada orang Muslim yang menanam tanaman atau menabur benih, lalu dimakan oleh manusia atau burung atau hewan, kecuali semua itu menjadi sedekah untuknya.” (HR At-Tirmidzi).

Makna iman yang bisa dipahami dari hadis di atas, yaitu pendidikan lingkungan hidup sangat penting terhadap anak-anak usia dini. Sebab, jika mendidik seorang Muslim yang sudah tua, belum tentu sebaik didikan yang ditujukan kepada anak-anak.
Selain itu, dibutuhkan peran guru dan orang tua dalam mendidik anak supaya sadar lingkungan. Ini bisa dilakukan dengan pengajaran di sekolah mengangkat tema merusak alam dan membuang sampah merupakan tindakan yang menyalahi ajaran agama.

Kalau hal ini diajarkan secara terus-menerus, anak-anak akan taat dengan aturan agama. Namun, jika gurunya saja tidak peduli lingkungan maka jelas anak didiknya tidak bisa meniru apa pun yang dikatakan gurunya.

Hal yang sama dapat saja terjadi kepada orang tua. Anak-anak tak patuh karena orang tua mengajarkan contoh yang tidak baik. Inilah mengapa pentingnya didikan dan teladan baik dari orang tua. Sebab, anak-anak dengan mudah mencontoh perilaku orang tuanya.

Seandainya orang tua mengajarkan pelestarian lingkungan dan membuang sampah pada tempatnya, misalnya, dalam diri anak-anak akan tertanam kesadaran yang sama. Mereka kemudian meyakini, membuang sampah pada tempatnya merupakan salah satu ibadah.

Tak hanya itu, peran ustaz dan guru mengaji juga sangat penting. Sering kali pengkajian agama tak berkembang. Pada akhirnya muncul pandangan kajian Islam sangat sempit. Pembahasan suatu masalah sering diulang-ulang dan terpaku pada masalah tertentu.

Padahal, permasalahan umat tentang kependudukan dan sampah merupakan salah satu yang sangat serius untuk dibahas.
Sayangnya, belum tumbuh dakwah lingkungan yang menjadi bagian kajian rutin mingguan di kampus atau tempat-tempat pengajian.  Paradigma selama ini masih berfokus pada dakwah yang hanya mengenai ibadah-ibadah wajib.

Para ustaz belum banyak yang menyentuh ibadah lain yang juga menjanjikan surga bagi umat Islam. Sebaiknya, mulai ditumbuhkan pandangan, pelestarian lingkungan dan menjaga kebersihan lingkungan juga bagian dari ibadah dalam Islam.

Kalangan ilmuwan Muslim dan para ustaz mesti terlebih dahulu memiliki pemahaman ini. Dosa bisa saja terhapuskan dengan memungut sampah di jalan dan membuangnya di tempat yang semestinya.

Sangat menarik kalau hal ini menjadi kesadaran yang luas dan akhirnya mendorong umat memandang melestarikan alam pun merupakan bagian dari ibadah. Saat ini, bahkan menanam pohon yang terhitung sebagai sedekah belum diketahui banyak orang.

Pohon memberikan beragam manfaat bagi alam sendiri maupun manusia. Biji-bijian dari pohon merupakan bagian dari sumber makanan hewan atau binatang lainnya. Pohon pun berpotensi menjadi rumah bagi hewan tertentu, termasuk daunnya yang memberikan manfaat.

Di sisi lain, pohon-pohon yang ditanam di pusat kota, pinggiran jalan raya, taman, dan kawasan kampus mengalirkan manfaat begitu tinggi bagi masyarakat. Karena itu, banyak pahala yang mengalir kepada mereka yang bersedekah dengan menanam pohon.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar