REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sunan Maulana Malik Ibrahim atau yang dikenal juga dengan Sunan Gresik merupakan salah satu anggota wali songo yang menyebarkan Islam di Tanah Jawa. Sunan Gresik dikenal sebagai penyebar Islam yang menjadikan pengelolaan beras sebagai media dakwah.
Misalnya, dalam memproduksi beras, Sunan Gresik membangun sistem irigasi. Hal ini dilakukan untuk mengatasi krisis pangan yang saat itu dialami masyarakat Jawa.
Dalam perjalanan dakwahnya, Sunan Gresik tiba pertama kali di Pulau Jawa melalui pelabuhan Gresik pada 1392 Masehi. Dari sumber lain diketahui, bahwa ia tiba pertama kali di Desa Sembalo, dekat kawasan Leran.
Setelah sampai di sana, Sunan Gresik memulai kegiatan dakwahnya dengan membangun sebuah masjid yang berada di kampung Pasucinan Manyar. Setelah itu, ia membuka warung yang menyediakan rupa-rupa kebutuhan pokok bagi masyarakat. Dari warung inilah ia mulai dikenal masyarakat.
Banyak masyarakat yang mulai membeli kebutuhan di sana karena harganya murah, bahkan Sunan Gresik sering menggratiskan barang dagangannya kepada orang-orang yang betul-betul membutuhkan.
Namun, kedatangan Sunan Gresik di Jawa juga beriringan dengan kondisi Majapahit yang sedang mengalami krisis akibat perang Paregreg yang berkepanjangan. Oleh karena itu, masyarakat banyak mengalami kekurangan suplai makanan.
Sebagai seorang yang ahli dalam bidang pertanian dan irigasi, bersama dengan pengikut dan masyarakat sekitar, Sunan Gresik berhasil membangun sebuah bendungan dan membuka lahan pertanian.
Dalam artikel Sunan Gresik, Pembuka Jalan Dakwah di Tanah Jawa, Muh Sidiq HM menjelaskan, dengan sistem yang tertata dan pengairan yang intensif, panen padi bisa dilakukan dua kali dalam setahun dan beras dapat dikelola dengan baik.
"Hal ini sangat menggembirakan bagi masyarakat di sana sehingga dengan cepat krisis yang dialami masyarakat bisa diatasi,” kata Sidiq
Dari sinilah, jelas lah bahwa selain menguasai ilmu agama, Sunan Gresik ini juga dikenal menguasai ilmu pertanian. Dia lah seorang ulama yang memiliki gagasan mengalirkan air dari gunung untuk mengairi lahan pertanian penduduk. Dengan adanya sistem pengairan yang baik, lahan pertanian menjadi subur dan hasil panen bertambah banyak.
Maka, di masjid yang beliau dirikan, selain menjadi tempat menyebarkan ajaran Islam, juga digunakan untuk pendidikan para dai dan mengajarkan warga mengenai teknik irigasi atau pengolahan persawahan maupun tambak di sepanjang pesisir utara Gresik.
Jejak peninggalan ilmu irigasi terlihat dari sistem irigasi pengairan areal pertanian maupun tambak masyarakat pesisir utara Gresik yang cukup andal hingga sekarang. Bersama dengan pengikut dan masyarakat sekitar, Sunan Gresik pun berhasil membangun sebuah bendungan dan membuka lahan-lahan pertanian.
Dalam berdakwah, Sunan Gresik menggunakan cara yang bijaksana dan strategi yang tepat berdasarkan ajaran Alquran, di mana Allah SWT berfirman:
اُدْعُ اِلٰى سَبِيْلِ رَبِّكَ بِالْحِكْمَةِ وَالْمَوْعِظَةِ الْحَسَنَةِ وَجَادِلْهُمْ بِالَّتِيْ هِيَ اَحْسَنُۗ اِنَّ رَبَّكَ هُوَ اَعْلَمُ بِمَنْ ضَلَّ عَنْ سَبِيْلِهٖ وَهُوَ اَعْلَمُ بِالْمُهْتَدِيْنَ
Artinya: "Serulah (manusia) ke jalan Tuhanmu dengan hikmah424) dan pengajaran yang baik serta debatlah mereka dengan cara yang lebih baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang paling tahu siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dia (pula) yang paling tahu siapa yang mendapat petunjuk." (QS An-Nahl [16]:125)
Dalam berdakwah, Sunan Gresik tidak langsung menentang kepercayaan masyarakat. Melainkan mendekati dengan penuh hikmah. Ia tunjukkan keindahan dan ketinggian akhlak Islam.
Dan jika Sunan Gresik tidak membenahi dan meningkatkan taraf hidup masyarakat, tentulah masyarakat akan sulit untuk diajak beribadah dan belajar agama dengan tenang.
Karena melihat Sunan Gresik yang serba bisa, Raja Majapahit ketika itu sangat menghormatinya hingga memberikannya sebuah tanah di kawasan Gresik tepatnya di Desa Gapura. Dari sinilah kemudian Sunan Gresik mendirikan sebuah kompleks pesantren untuk melanjutkan dakwah Islamnya.
Sunan Gresik meninggalkan sebuah masjid di tanah Jawa. Masjid tersebut adalah Masjid Pesucinan, di Dusun Pesucinan, Desa Leran, Kecamatan Manyar Gresik, yang kini dikenal sebagai masjid tertua di Pulau Jawa. Masjid ini memiliki bentuk dengan perpaduan antara vihara dan pura.
Masjid ini dahulu dibuat dengan tujuan agar masyarakat Hindu-Budha merasa dihargai dan lebih mudah menerima Islam. Kini masjid ini tak hanya menarik bagi orang Islam, namun juga banyak dikunjungi masyarakat non-Muslim berkat bangunannya yang unik.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar