Oleh AUNUR ROFIQ
Orang yang menerima amanah sebagai penguasa merupakan karunia dari Allah SWT. Segala perbuatannya akan dipertanggungjawabkan. Agar efektif menjadi penguasa, maka hendaknya ada beberapa kewajiban.
Pertama, menjauhkan orang-orang bodoh dari pemerintahannya. Kedua, membangun negeri dengan merekrut orang cerdas dan potensial. Ketiga, menghargai orang tua dan orang bijak. Keempat, melakukan uji coba dan meningkatkan kemajuan negara dengan melakukan penertiban dan pembersihan terhadap segala tindakan kejahatan.
Bagaimana kita menempatkan orang-orang bodoh? Alquran dalam surah al-A'raf ayat 199 yang artinya, "Jadilah engkau pemaaf dan suruhlah orang mengerjakan yang makruf, serta berpalinglah dari orang-orang yang bodoh."
Menyinggung soal bagaimana menghadapi orang bodoh, lantas siapakah yang disebut orang-orang bodoh (al-jahil) dalam Islam?
Orang bodoh adalah seseorang yang gemar mengganggu orang lain dengan ucapannya yang menghina, mengejek, dan memfitnah. Orang-orang bodoh semacam ini tidak perlu ditanggapi atau dipedulikan. Kebodohan hakikatnya adalah sia-sia. Oleh sebab itu hendaknya kita menghindarinya.
Syekh Burhanuddin Ibrahim az-Zarnuji al-Hanafi, dalam kitab Ta’lim al-Muta’allim, menjelaskan, seseorang yang menuntut ilmu harus bertujuan mengharap ridha Allah SWT, mencari kebahagiaan di akhirat, menghilangkan kebodohan dari dirinya sendiri maupun orang lain, menghidupkan agama, dan melestarikan Islam. Karena Islam itu dapat lestari kalau pemeluknya berilmu. Zuhud dan takwa tidak sah tanpa disertai ilmu.
Dikisahkan, ada seorang laki-laki yang jatuh ke dalam sumur. Lantas orang-orang berupaya membantu mengeluarkannya dengan mengulurkan seutas tali.
Namun, orang itu keluar dari sumur dalam keadaan gantung diri. Ini karena dia tidak tahu apa yang harus dilakukan pada tali tersebut. Ia pun malah melukai dirinya sendiri. Inilah contoh kenaifan karena kebodohan.
Dalam hadis, Rasulullah SAW ditanya oleh salah seorang Anshar yang dibawa Ibnu Umar, menemuinya, “Wahai Nabi siapakah orang yang paling cerdas dan mulia?”
Beliau menjawab, “Orang yang paling banyak dalam mengingat mati dan dan paling siap menghadapinya. Merekalah yang paling cerdas. Orang yang selalu mengingat mati itu akan waspada dalam bekerja dan berusaha tidak menyeleweng, karena dirinya paham akan mempertanggungjawabkan perbuatannya. Dalam hal membangun suatu negeri, seorang penguasa hendaknya merekrut pembantunya yang mempunyai keahlian paripurna. Ingatlah bahwa menyerahkan suatu pekerjaan pada bukan ahlinya, akan menuai kegagalan atau kehancuran."
Menghormati orang tua sangat ditekankan dalam Islam. Banyak ayat Alquran yang menyatakan bahwa segenap mukmin harus berbuat baik dan menghormati orang tua.
Alquran juga menegaskan untuk menunjukkan rasa bersyukur kepada Allah SWT dan menghormati orang tua. Adapun tujuannya agar orang tua tetap ridha dengan jalan yang dipilih anaknya. Sebab, ridha Allah SWT bergantung pada ridha orang tua.
Demikian pula murkanya Allah SWT bergantung pada murka kedua orang tua. Berbakti kepada orang tua juga memiliki banyak keutamaan. Orang-orang senior dan bijak merupakan sumber masukan dan nasihat. Orang bijak atau berilmu itu mempunyai keutamaan.
Sikap penguasa dalam membangun suatu negeri dengan melakukan uji coba sebelumnya adalah tindakan yang tepat. Dengan uji coba kita akan memperoleh suatu model yang tepat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar