Dalam perjalanan hidup ini, ada saja
kesalahan dan kekhilafan yang kita lakukan, baik disengaja maupun tidak
disengaja. Untuk itu, kita harus senantiasa beristighfar pada Allah SWT seraya
meminta ampun atas segala dosa dan menyesalinya serta bertekad untuk tidak
mengulanginya di kemudian hari.
Ternyata hikmah dan
keutamaan istighfar tidak hanya tentang pengampunan dosa, tetapi juga tentang
hati yang tenang dan rezeki yang tidak disangka-sangka, sebagaimana sabda
Rasulullah SAW, “Barangsiapa yang senantiasa beristighfar, niscaya Allah
memberikan jalan keluar dari setiap kesempitannya, kelapangan dari setiap
kesedihannya, dan rezeki dari arah yang tak disangka-sangka.” (HR Abu Daud).
Dari hadis Rasulullah SAW tersebut dapat dipahami bahwa ada tiga keutamaan istighfar.
Pertama, jalan keluar dari setiap kesempitan.
Sebagaimana kita ketahui bahwa hidup ini penuh dengan cobaan dan ujian. Jika
kita tidak sabar menghadapinya, maka kita akan tertekan.
Banyak kasus bunuh diri
terjadi di negara maju yang salah satu sebab terbesarnya adalah stres, yaitu
tertekan dengan dahsyatnya ujian yang menimpa. Hal tersebut terjadi karena si
pelaku bunuh diri sudah tidak menemukan jalan keluar dari permasalahannya.
Inilah pentingnya peran agama menjawab segala kejadian dan peristiwa dalam
hidup.
Itulah mengapa Allah SWT
mengutus para rasul dan menurunkan kitab-kitab. Orang yang tidak beragama akan
kesulitan menemukan cahaya yang menunjukinya pada jalan yang benar. Ia
menganggap bahkan meyakini bahwa mengakhiri hidupnya sendiri adalah jalan
keluar yang terbaik.
Kedua, kelapangan dari setiap kesedihannya. Orang
mukmin bukanlah orang yang tidak pernah merasakan kesedihan. Begitu juga para
nabi dan rasul.
Mereka semua hanyalah
manusia biasa. Sama-sama memiliki perasaan dan hati. Tetapi mereka memiliki
pedoman hidup yang membuat mereka mampu meredam kesedihan tersebut.
Rasulullah SAW pun pernah
merasakan kesedihan mendalam, sebagai terdapat dalam firman Allah SWT,
“Sungguh, Kami benar-benar mengetahui bahwa dadamu menjadi sempit (gundah dan
sedih) disebabkan apa yang mereka ucapkan. Maka bertasbihlah dengan memuji
Tuhanmu dan jadilah engkau termasuk orang-orang yang sujud (shalat).” (QS
al-Hijr [15]: 97-98).
Betapa indahnya firman dan
pesan Allah SWT tersebut. Saat Rasulullah SAW ditimpa kesedihan mendalam
disebabkan olokan dan ejekan kaum musyrik Mekah, beliau tidak diperintahkan
untuk membalasnya dengan ejekan pula, tetapi diberi petunjuk agar memuji Allah
SWT dan melakukan shalat.
Terkait ayat tersebut, dalam
tafsir Ibnu Katsir disebutkan, “Jika Nabi SAW menghadapi suatu masalah, maka
beliau melakukan shalat.” (HR Ahmad).
Bukankah dalam shalat ada
ungkapan permintaan ampunan atau istighfar, yaitu ucapan atau doa saat
seseorang duduk di antara dua sujud?
Begitu juga setelah shalat,
bacaan pertama yang dianjurkan adalah istighfar. Itulah mengapa Rasulullah SAW
juga bersabda, “Ketenangan hatiku dijadikan dalam shalat.” (HR Ahmad).
Ketiga, rezeki dari arah yang tak disangka-sangka.
Salah satu sebab terhalangnya seseorang dari rezeki adalah dosa, sebagaimana
sabda Rasulullah SAW, “Tidaklah akan bertambah umur seseorang kecuali dengan
kebaikan dan tidaklah dapat menolak takdir kecuali doa. Sesungguhnya seseorang
akan ditahan rezekinya karena dosa yang ia lakukan.” (HR Ibnu Majah).
Yang perlu ditekankan bahwa
tiga keutamaan istighfar tersebut akan kita rasakan jika kita senantiasa
beristighfar pada Allah SWT kapan pun dan di mana pun. Bukan sekadar istighfar
dengan lisan, tetapi juga disertai penyesalan mendalam atas segala dosa dan air
mata kejujuran tobat pada Allah SWT.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar