REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Dakwah harus disebarkan melalui hikmah dan pelajaran yang baik Legenda Wali Songo memberi banyak hikmah kepada Muslim Indonesia. Apa yang dilakukan para wali pun menjadi cerminan, betapa Muslim Tanah Air mengambil jalan wasathiyah. Moderat dan pertengahan.
Tengoklah kisah Sunan Bonang. Putra keempat Sunan Ampel ini sempat menimba ilmu kepada Syekh Maulana Ishak. Upaya dia untuk belajar agama dilakukan saat berangkat haji ke Tanah Suci bersama Sunan Giri.
Dalam buku Atlas Wali Songo karya Agus Sunyoto, dakwah Sunan Bonang sempat menggunakan pendekatan lewat jalan kekerasan. Dalam Babad Daha-Kediri, dikisahkan bagaimana Sunan Bonang menghancurkan arca-arca yang dipuja masyarakat Kediri.
Sunan Bonang bahkan pernah mengubah aliran Sungai Brantas. Dia menghen daki daerah-daerah tertentu yang tidak menerima dakwah dan syiar Islam kekurangan air. Akibatnya, masyarakat yang menolak kehadiran Islam dan Sunan Bonang harus menderita kekeringan.
Pendekatan dakwah yang cukup represif tersebut, seperti termaktub dalam Babad Daha- Kediri, mengakibatkan Sunan Bonang menghadapi resistansi dari masyarakat Kediri berupa konflik. Adapun dua tokoh utama yang kala itu sangat menentang Sunan Bonang adalah Ki Buto Locaya dan Nyai Plencing, yang notabene penganut ajaran Bhairawa-bhairawi.
Setelah kurang berhasil mengemban dakwah di Kediri, menurut naskah Hikayat Hasannuddin, Sunan Bonang lantas bertolak ke Demak atas panggilan Raden Patah. Di sana ia diberi amanat untuk menjadi imam Masjid Agung Demak. Setelah dari Demak, ia kemudian pergi ke tempat kakak kandungnya yakni Nyai Gede Maloka di Kadipaten Lasem, Jawa Tengah.
Menurut naskah "Carita Lasem", di sana Sunan Bonang diminta oleh Nyai Gede Maloka untuk menjaga dan merawat makam nenek mereka yang berasal dari Champa, yaitu putri Bi Nang Ti, di Puthuk Regol. Dari sana, perspektif Sunan Bonang berubah.
Kemudian, berkaitan dengan dak wahnya, setelah metode syiarnya gagal di Kediri, Sunan Bonang mulai memanfaatkan wahana kesenian dan kebudayaan guna lebih menarik simpati masyarakat. Dalam buku Atlas Wali Songo diterangkan, Sunan Bonang dikenal sebagai penggubah tembang-tembang Jawa, kemudian menjadikannya berbagai jenis gending untuk berdakwah.
Selain itu, Sunan Bonang juga diketahui sebagai tokoh yang menemukan dan mendesain seperangkat gamelan Jawa yang disebut bonang, yakni alat musik logam, berbentuk mirip gong, tetapi dengan ukur an dan bentuk lebih kecil. Nama alat gamelan bonang diyakini diambil dari nama tempat yang menjadi kediaman Sunan Bonang, yaitu Desa Bonang di daerah Lasem.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar