Jumat, 06 November 2015

Mengapa Khalid bin Walid tidak Meninggal di Medan Jihad?

Di antara yang menjadi sebab kekalahan pasukan kaum Muslimin dalam perang Uhud di Madinah adalah kecerdasan panglima Khalid bin Walid yang memimpin pasukan kaum kafir. Setelah kejadian itu, panglima yang dijuluki oleh Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam sebagai Pedang Allah yang selalu Terhunus pun membaca dua kalimat syahadat.
Panglima Khalid bin Walid sering ditugaskan menjadi pemimpin pasukan kaum Muslimin hingga zaman kekhalifan Umar bin Khaththab. Saking piawainya dalam mengatur strategi, ada ungkapan yang amat masyhur di kalangan kaum Muslimin, “Tidak ada peperangan yang diikuti oleh Khalid bin Walid, kecuali pasukannya mendapatkan kemenangan.”
Lantaran alasan itu pula, Umar bin Khaththab memutasi Khalid bin Walid dari jabatan panglima dalam perang melawan Romawi. Sebab, Umar tidak mau jika kaum Muslimin mengkultuskan Khalid. Pasalnya, tiada yang memenangkan pasukan kaum Muslimin kecuali atas Kuasa Allah Ta’ala.
Menarik untuk dicermati, meski Khalid bin Walid menghidupkan masa hidupnya di medan jihad, sosok gagah berani ini tidak menjemput gelar syuhada’nya di medan peperangan. Dan apa yang dialaminya merupakan salah satu tafsir dari sabda Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam yang diriwayatkan oleh Imam Muslim.
“Barangsiapa yang memohon dikaruniai syahid dengan sejujur-jujurnya, maka ia akan diberi pahala sebagai syuhada’ meskipun meninggal di atas tempat tidur.”
“Mengapa,” ujar laki-laki pemberani ini, “aku tidak mati di medan perang?” suaranya terisak. Air matanya mengalir. Tubuhnya lemah. Sakit. Kesedihan pun menggelayut manja di dalam dirinya. “Aku,” katanya, “selalu merindukan kesyahidan. Tapi kini, aku tergeletak tak berdaya di atas tempat tidur. Menunggu kematian.”
Di ruangan itu, berkelilinglah keluarga dan sahabat-sahabatnya. Semuanya dilinangi sedih. Tiada yang hadir kecuali mendoakan salah satu panglima terbaik Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam ini.
Lalu mendekatlah Qais bin Sa’d kepada sang panglima. Didekatkan lisannya ke telinga Khalid, lalu berkata penuh kelembutan. Menghibur. “Sebab,” lanjutnya amat santun, “engkau adalah Pedang Allah.”
Ujarnya sampaikan penjelasan, “Maka Allah Ta’ala tidak mungkin membiarkanmu patah di tangan musuh-Nya. Dialah yang akan menyarungkan pedang-Nya, sebagaimana Dia pula yang telah menghunus-Nya.”
Inna lillahi wa inna ilaihi raji’un. Khalid pun pergi meninggalkan tinta emas dalam lembaran sejarah. Selepas itu, wanita-wanita Arab berduka. Di kalangan mereka beredar sebuah ungkapan, “Tidak ada lagi wanita yang bisa melahirkan bayi sekelas Khalid bin Walid.” [Pirman/Kisahikmah]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar