Hari ini tanggal 21 April,
dperingati sebagai Hari Kartini, dimana Kartini dianggap sebagai tokoh yang
dianggap mengawali pergerakan perempuan Indonesia. Namun, jika kita mau maju
satu bulan ke depan, yaitu tanggal 19 Mei merupakan hari jadi Aisyiyah.
Aisyiyah tercatat sebagai organisasi atas perhimpunan wanita Indonesia yang
pertama kali didirikan yang masih terus eksis hingga usianya menjelang satu
abad. Berdiri pada 27 Rajab 1335 H bertepatan dengan 19 Mei 1917 dimana
ggenerasi awal Aisyiyah adalah murid-murid wanita Kiai Dahlan yang langsung
mendapat tempaan dari pendiri Persyarikatan Muhammadiyah. Beberapa di antaranya
adalah Siti Bariyah, Siti Dawimah, Siti Busyro, Siti Dawingah, Siti Badilah
Zuber, dan Siti Dalalah.
- Aisyiyah, Organisasi Pergerakan Perempuan Indonesia Sejak 1917
Berawal dari adanya kelompok
pengajian Sapa Tresna, pengajian Wal Ashri dan juga pengajian Maghribi Class,
para kaum wanita ini akhirnya menyadari akan pentingnya sebuah perkumpulan.
Atas usulan Haji Fakhrudin, organisasi perempuan yang didirikan Muhammadiyah
ini bernama Aisyiyah. Siti Bariyah kemudian diberikan amanah untuk memimpin
Aisyiyah sebagai ketua (president) pertama.
Aisyiyah sebgai organisasi wanita
modern berkembang pesat dengan berbagai programnya dalam pembinaan dan
pendidikan wanita. Aisyiyah mendirikan Siswa Praja Wanita, Urusan Madrasah,
Urusan Tabligh, Urusan Adz-Dzakirat (mencari dana). Selanjutnya pada tahun 1939
Aisyiyah menambah Urusan Pertolongan (PKU) dan juga mendirikan Biro Konsultasi
Keluarga.
- Aisyiyah Perintis Pendidikan Usia Dini dan Pendidikan Kaum Perempuan
Pada tahun 1919, dua tahun setelah
berdiri, Aisyiyah merintis pendidikan dini untuk anak-anak yang dikenal dengn Frobelschool.
Frobelschool Aisyiyah ini merupakan taman kanak-kanak pertama yang
didirikan oleh bangsa Indonesia untuk semua kalangan. Selanjutnya taman
kanak-kanak ini diseragmkan namanya menjadi TK Aisyiyah Bustanul Athfal (TK
ABA) yang saat ini jumlahnya mencapai 5.865 TK di seluruh Indonesia.
Selain itu dengan jumlah Pimpinan
Ranting Aisyiyah sebanyak 6.924, Aisyiyah memiliki 4.560 lembaga pendidikan,
terdiri dari Kelompok Bermain, Taman Pengasuhan Anak, Taman Kanak-Kanak,
Sekolah Dasar, Sekolah Menengah Pertama dan Pendidikan Tinggi.
Gerakan pemberantasan kebodohan juga
menjadi salah satu pilar perjuangan Aisyiyah , dengan mengadakan pemberantasan
buta huruf pertama kali di tahun 1923. Dalam kegiatan ini para peserta yang
terdiri dari para gadis dan ibu-ibu rumah tangga belajar bersama dengan tujuan
meningkatkan pengetahuan dan peningkatan partisispasi perempuan dalam dunia
politik.
- Aisyiyah, Pelopor Organisaai perempuan Indonesia
Aisyiyah didirikan sebagai gerakan
wanita wanita didasari pertimbangan bahwa perjuangan wanita ini diharapkan
dapat meniru perjuangan Aisyiyah, istri Nabi Muhammad SAW, yang selalu membantu
Rasulullah dalam berdakwah.
Karena prinsip gerakannya yang
demikian itu, maka dalam konteks pergerakan kebangsaan pada waktu itu,
Aisyiyah terut memprakarsai dan membidani terbentuknya organisasi wanita pada
tahun 1928. Aisyiyah bersama dengan organisasi wnaita lain bangkit berjuang
untuk memebebaskan bangsa Indonesia dari belenggu penjajahan dan kebodohan.
Badan federasi ini diberi nama Konggres Perempuan Indonesia.
Dalam kiprahnya yang hampir satu
abad di Indonesia, saat ini Aisyiyah telah memilki 33 Pimpinan wilayah Aisyiyah
(propinsi), 370 Pimpinan Daerah Asyiyah (Kota/Kabupaten), 2.332 Pimpinan Cabang
Aisyiyah (Kecamatan) dan 6924 Pimpinan Ranting Aisyiyah (Kelurahan).Selain itu,
Aisyiyah juga memiliki amal usaha yang bergerak di berbgai bidang yaitu :
pendidikan, kesehatan, kesejahteraan sosial, ekonomi, dan pemberdayaan
masyarakat.
Pada masa awal berdirinya, Aisyiyah
telah menjadi gerakan wanita Islam yang mendobrak kebekuan feodalisme dan
ketidaksetaraan gender dalam masyarakat pada masa itu, sekaligus melakukan
advokasi pemberdayaan perempuan. Itu sebabnya patutlah kita mengambil banyak
pelajaran dari sejarah dan perjalanan organisasi Aisyiyah ini dalam gerakan
perempuan, bukan hanya mengambil pelajaran dari kisah Kartini.
Disadur dari buku “Muhammadiyah 100
Tahun Menyinari Negeri” dengan perubahan seperlunya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar