Merantau ke negeri orang adalah merupakan keputusan yang tidak mudah. Jauh dari keluarga dan kampung halaman yang sebelumnya begitu lena memberikan kenyamanan. Namun merantau juga memberikan banyak kebaikan kepada diri.
Tanah perantauan mengajari kita bagaimana harus hidup dengan lebih mendisiplinkan diri dan berbuat banyak hal tanpa pengawasan keluarga. Dan dengan merantau juga kita belajar menghandle rasa rindu kepada tanah kelahiran yang sering kali seakan membuat kita menangis darah karenanya.
Rindu rumah akan menjadi lebih menggelora ketika memasuki bulan Ramadhan. Rasanya tak ada lebih indah menikmati bulan suci selain menjalaninya di tengah keluarga tercinta. Makan sahur bersama suami dan anak-anak, menyiapkan menu buka bersama untuk dibawa ke masjid juga kajian kobla Ifthor, Kajian Tarawih, Kajian badha sholat subuh yang selalu mengesankan.
Iya, saya sedang sangat rindu rumah saat ini. Hari ini adalah hari terakhir syaban, insyaallah besok kita sudah akan memasuki bulan penuh berkah.
Benar ini bukan kali pertama saya melewati ramadhan di rantau. Sudah sering, bahkan telah terhitung belasan kali, namun rindu suasana ramadhan di kampung selalu akan terulang.
Saya harus bertahan. Air mata darah walau mengalir deras itu tak akan pernah membunuh manusia asal dia tetap memiliki iman dan keyakinan.
Andai kerinduan pada keluarga bisa membuat seseorang kaya-raya, mereka yang merantau pasti sudah punya uang yang bukan main banyaknya. Rasa rindu memang selalu ada dalam dada, namun sebaik-baik manusia adalah yang tak terlena pada hangatnya rumah. Ia memilih mengembara demi menyaksikan dunia yang lebih megah.
Orang bilang “Merantaulah, agar kau menjadi sebaik-baiknya manusia.”
Ada yang bercanda juga dan berkata “Merantaulah, agar kau tahu mahalnya harga tiket pulang.”
Ramadhan itu adalah bulan sabar, sedangkan sabar itu pahalanya adalah surga. Ramadhan itu adalah bulan memberi pertolongan ( syahrul muwasah ) dan bulan Allah memberikan rizqi kepada mukmin di dalamnya.
“Barangsiapa memberikan makanan berbuka seseorang yang berpuasa, adalah yang demikian itu merupakan pengampunan bagi dosanya dan kemerdekaan dirinya dari neraka. Orang yang memberikan makanan itu memperoleh pahala seperti orang yang berpuasa tanpa sedikitpun berkurang.”
Para sahabat berkata,”Ya Rasulullah, tidaklah semua kami memiliki makanan berbuka puasa untuk orang lain yang berpuasa. Maka bersabdalah Rasulullah saw,”Allah memberikan pahala kepada orang yang memberi sebutir kurma, atau seteguk air, atau sehirup susu.”
Barangsiapa memberi minum kepada orang yang berbuka puasa, niscaya Allah memberi minum kepadanya dari air kolam-Ku dengan suatu minuman yang dia tidak merasakan haus lagi sesudahnya, sehingga dia masuk ke dalam surga.” (HR. Ibnu Huzaimah).
Dialah bulan yang permulaannya rahmat, pertengahannya ampunan dan akhirnya pembebasan dari neraka. Barangsiapa meringankan beban dari budak sahaya, niscaya Allah mengampuni dosanya dan memerdekakannya dari neraka.
Oleh karena itu banyakkanlah yang empat perkara di bulan Ramadhan. Dua perkara untuk mendatangkan keridhaan Tuhanmu, dan dua perkara lagi kamu sangat menghajatinya.
Dua perkara yang pertama ialah mengakui dengan sesungguhnya bahwa tidak ada Tuhan selain Allah dan mohon ampun kepada-Nya . Dua perkara yang kamu sangat memerlukannya ialah mohon surga dan perlindungan dari neraka.
Marhaban ya Ramadhan