Di antara yang menjadi sebab kekalahan
pasukan kaum Muslimin dalam perang Uhud di Madinah adalah kecerdasan
panglima Khalid bin Walid yang memimpin pasukan kaum kafir. Setelah
kejadian itu, panglima yang dijuluki oleh Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi
wa Sallam sebagai Pedang Allah yang selalu Terhunus pun membaca dua
kalimat syahadat.
Panglima Khalid bin Walid sering
ditugaskan menjadi pemimpin pasukan kaum Muslimin hingga zaman
kekhalifan Umar bin Khaththab. Saking piawainya dalam mengatur strategi,
ada ungkapan yang amat masyhur di kalangan kaum Muslimin, “Tidak ada
peperangan yang diikuti oleh Khalid bin Walid, kecuali pasukannya
mendapatkan kemenangan.”
Menarik untuk dicermati, meski Khalid bin
Walid menghidupkan masa hidupnya di medan jihad, sosok gagah berani ini
tidak menjemput gelar syuhada’nya di medan peperangan. Dan apa yang
dialaminya merupakan salah satu tafsir dari sabda Nabi Shallallahu
‘Alaihi wa Sallam yang diriwayatkan oleh Imam Muslim.
“Barangsiapa yang memohon dikaruniai
syahid dengan sejujur-jujurnya, maka ia akan diberi pahala sebagai
syuhada’ meskipun meninggal di atas tempat tidur.”
“Mengapa,” ujar laki-laki pemberani ini,
“aku tidak mati di medan perang?” suaranya terisak. Air matanya
mengalir. Tubuhnya lemah. Sakit. Kesedihan pun menggelayut manja di
dalam dirinya. “Aku,” katanya, “selalu merindukan kesyahidan. Tapi kini,
aku tergeletak tak berdaya di atas tempat tidur. Menunggu kematian.”
Di ruangan itu, berkelilinglah keluarga
dan sahabat-sahabatnya. Semuanya dilinangi sedih. Tiada yang hadir
kecuali mendoakan salah satu panglima terbaik Rasulullah Shallallahu
‘Alaihi wa Sallam ini.
Lalu mendekatlah Qais bin Sa’d kepada
sang panglima. Didekatkan lisannya ke telinga Khalid, lalu berkata penuh
kelembutan. Menghibur. “Sebab,” lanjutnya amat santun, “engkau adalah
Pedang Allah.”
Ujarnya sampaikan penjelasan, “Maka Allah
Ta’ala tidak mungkin membiarkanmu patah di tangan musuh-Nya. Dialah
yang akan menyarungkan pedang-Nya, sebagaimana Dia pula yang telah
menghunus-Nya.”
Inna lillahi wa inna ilaihi raji’un.
Khalid pun pergi meninggalkan tinta emas dalam lembaran sejarah. Selepas
itu, wanita-wanita Arab berduka. Di kalangan mereka beredar sebuah
ungkapan, “Tidak ada lagi wanita yang bisa melahirkan bayi sekelas
Khalid bin Walid.” [Pirman/Kisahikmah]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar