Teruntuk Suamiku Tercinta,
Maafkan aku, jika lisanku sering menambah beban dan cobaan dalam hidupmu. Sama
sekali tak ada niatan dalam hatiku untuk memboroskan kata yang sia-sia, ataupun
memberi celah untuk banyak bicara yang tiada berguna.
Mungkin sempat terbersit di batinmu, ”Kalau ada kontes cerewet, pasti istriku
akan jadi juaranya”, dan atau karena talenta alamiku itu membuatmu terganggu.
Tapi yakinlah suamiku, menjadi cerewet bukan berarti aku adalah seorang ibu
yang tidak baik, tidak pula berarti menjadi ibu yang gagal. Aku hanya bermaksud
melakukan sedikit “perubahan” untuk kebaikan keluarga kita. Aku cerewet karena
keadaan yang ”memaksaku” menjadi cerewet.
Aku terkadang harus ”senam mulut” karena kebandelan anak-anak atau karena niat
seriusku untuk memberikan batasan demi kebaikan mereka dan engkau. Kadang aku
tidak tertarik pada bahasa yang ilmiah dan logis yang biasa kau sampaikan
secara detail ketika memecahkan suatu masalah. Tapi yang aku tahu hanyalah
memberikan perhatian dengan bahasa apa adanya yang aku mengerti lewat
perasaanku.
Aku menyadari tentang pranata jiwa yang ada dalam pola pikirmu, yang biasa
mengungkapkan masalah dengan teliti dan masuk akal, sehingga kau jarang sekali
menyoal masalah yang dianggap kecil dan kurang perlu. Namun suamiku, tolong
pahamilah bahwa bagi kebanyakan kami para wanita, masalah kecil ataupun besar
tidaklah penting, namun mengungkap masalah yang dianggap masalah itu adalah
poin pentingnya. Aku ada untuk melengkapi yang tak ada dalam dirimu: perasaan,
emosi, kelemahlembutan, keluwesan, keindahan, kecantikan, rahim untuk
melahirkan, dan mengurusi hal-hal sepele. Hingga ketika kau tidak mengerti
hal-hal itu, akulah yang akan menyelesaikan bagiannya.
Suamiku sayang,
Dengan kecerewetanku, aku tak bermaksud suka mencari kesalahan-kesalahan
terhadap segala sesuatu dan tak mau mengerti tentang banyak hal. Ini semua
karena sistem jiwaku sebagai seorang wanita yang sangat peka dengan banyak hal.
Kepekaan hati tentang kepentingan keluarga kita. Sebuah kepekaan hati yang
memang telah dan sedang terbangun dalam jiwaku sebagai wanita.
- - - ….
Cerewet ini bukan berarti aku membencimu dan keluarga kita, namun sebaliknya
terkadang itu menunjukkan perhatian dan kecintaanku yang lebih…. - - -
Cerewet ini bukan berarti aku membencimu dan keluarga kita, namun sebaliknya
terkadang itu menunjukkan perhatian dan kecintaanku yang lebih. Karena itu,
kumohon tetaplah menjadi suami yang bijaksana dan pendengar yang baik, karena
sebenarnya inti dari semua itu adalah aku ingin dipahami sebagai wanita.
Jika engkau dituntut konsekuen dengan tanggung jawab sebagai kepala rumah
tangga, maka aku pun dituntut untuk konsekuen menjadi seorang istri yang baik
dan bijaksana. Namun karena kekuranganku sebagai wanita, aku banyak
mengungkapkan kata yang kurang menyenangkanmu.
Suamiku yang bijak,
Pernahkah kau mendengar “Jika lelaki berpikir tentang perasaan wanita, itu
sepersekian dari hidupnya, tetapi jika perempuan berpikir tentang perasaan
lelaki, itu akan menyita seluruh hidupnya.” Karena itu pula ku sampaikan
permintaan maafku karena besarnya niatku untuk selalu membahagiakan anak anak
dan terutama engkau, walaupun dengan hal yang mungkin kurang enak yang bernama
kecerewetan. Semoga Allah memaafkan kesalahanku dan menjadikan pribadi yang
lebih baik dan mendamaikan hati dalam mendampingimu. [Syahidah]
***
Semoga Bermanfaat ...
Silahkan saudara-saudariku yang baik, yang mau share atau co-pas, dengan senang
hati. Semoga bermanfaat. Semoga pula Allah Ta'ala berikan pahala kepada yang
membaca, yang menulis, yang menyebarkan, yang mengajarkan dan yang mengamalkan…
Aamiin, Aamiin, Aamiin ya Alloh ya Rabbal’alamin …
---Salam Santun Ukhuwah Karena-NYA---
(InsyaALLAH akan saya perbanyak catatan ini di grup kami ("Kisah-Kisah
Teladan Islami Penuh Hikmah" ) dipersilahkan dengan senang hati bagi
saudara-saudari yang mau menandai atau ngtag, SEMOGA BERMANFAAT dan TERIMA
KASIH)
Surat Cinta Istri Cerewet yang Harus Dibaca Para
Suami
Tidak ada komentar:
Posting Komentar