REPUBLIKA.CO.ID, WINTER PARK --- Seorang warga Seattle, Washington, Amerika Serikat, Maggie Mohamed sangat menantikan bisa menghabiskan bulan suci ramadhan di negara asalnya, Mesir. Namun dengan adanya pandemi virus corona membuat penerbangan menuju ke negaranya pun tak bisa dilakukan.
Meski begitu, Mohamed punya teman dan kerabat untuk menemani berbuka puasa alakadarnya. Pria yang berusia lebih dari 65 tahun itu mengaku tak bisa mengambil risiko untuk kembali ke negara asalnya. "Sangat menyedihkan, tetapi kami sangat senang, saya tak menganggapnya sebagai hukuman. Saya menganggapnya sebagai seruan bangkit," tutur Mohamed seperti dilansir HuffPost pada Sabtu (18/4).
Ramadhan yang akan dimulai akhir bulan ini memang menyatukan umat Islam di seluruh dunia. Terlebih di tengah upaya melawan pandemi covid-19. Tahun ini serangkaian hari libur keagamaan juga menyatukan umat dari berbagai agama untuk bersama-sama melawan virus corona dengan mencermati pelaksana ibadah dan perayaan di dalam kondisi darurat.
Mohamed pun berupaya mencari solusi, ia selalu menantikan sholat sunah yang disebut sholat tarawih yang biasa dilaksanakan di masjid saat ramadhan. Namun dalam kondisi saat ini, ia akan melaksanakan sholat di rumah bersama putrinya.
Seorang imam membuatnya menangis, saat imam itu berdoa untuk orang-orang yang dicintai yang sudah meninggal atau yang menderita sakit di negara-negara lainnya. Mohamed menanyakan apakah imam itu bisa membuat konferensi video melalui aplikasi zoom? "Itu sangat membantu," katanya.
Selam ramadhan, umat muslim harus menahan diri dari tidak makan dan minum dari matahari terbit hingga terbenam. Itulah waktunya untuk berdoa, introspeksi dan memperbanyak amal. Biasanya ini juga menjadi momentum bersama memeriahkannya dengan keluarga dan teman. Namun tahun ini wabah covid-19 dapat mempengaruhi banyak ritual selama ramadhan.
Banyak muslim di seluruh dunia telah berdoa agar wabah itu hilang sebelum ramadhan. Penutupan masjid sementara waktu hingga adanya sedikit perubahan dalam adzan telah menyentuh perasaan muslim. Alhasil, muslim harus beribadah di rumah dan membuat kelas agama secara daring. Bahkan beberapa muslim telah berencana membuat buka puasa bersama secara virtual.
Sementara imam Omar Suleiman di Texas mengatakan kosongnya masjid dalam kondisi saat ini menjadi momentum umat melakukan refleksi.
"Bagaimana kita membanunh diri kita di tempat kita, lebih terhubung dengannya sekarang kami mempunyai kesempatan untuk berempati dengan mereka yang belum mempunyai akses ke ruang keagamaan karena keadaan," kata Sulaeman yang juga melakukan khutbah virtual melalui Facebook.
Sementara Malaysia, Brunei dan Singapura telah melarang adanya pasar Ramadhan yang populer dilaksanakan saat bulan suci di mana para pedagang asongan menjual makanan dan minuman di pasar-pasar terbuka yang ramai. Seperti di Malaysia yang juga mayoritas penduduknya beragama Islam. Para vendor telah berencana membawa bisnisnya melalui aplikasi daring yang disediakan otoritas lokal selama bulan puasa.
Sementara seorang pedagang di Malaysia, Mohamad Fadhil mengatakan dirinya tidak bisa berjualan di pasar ramadhan atau melakukan shalat tarawih di masjid. "Kami hanya harus bersabar dan mengikuti perintah," tuturnya. Sementara di Iran, pimpinan tertinggi Ayatollah Ali Khamenei mengimbau agar pertemuan dalam jumlah bajyaj dilarang selama bulan suci. "Ingat untuk beria dan merenung dalam keendirianmu," katanya.
Wakaf Islam yang mengelola Masjid Al-Aqsa di Yerusalem hari ini mengumumkan bahwa masjid akan terus ditutup bagi jamaah selama Ramadhan. Hal itu disampaikan Direktur jenderal Wakaf, Sheikh Azzam Khateeb. Sorang dai di masjid kota Nablus, Tepi Barat, Zuher Dubie yang berusia 71 tahuntelah mengamati Ramadhan dan berdoa di masjid sejak ia berusia 10 tahun. Untuk pertama kalinya Dubie mengatakan, ia tidak akan bisa mempraktikkan beberapa ibadah di bulan ini. "Tidak akan ada pertemuan sosial, tidak ada aroma Ramadhan di pasar, tidak ada doa bersama di masjid-masjid," keluhnya.
Di Mesir, Kementerian Wakaf Agama Mesir memutuskan untuk menangguhkan kegiatan Ramadhan bersama, termasuk buka puasa bersama di sekitar masjid. Masjid-masjid telah ditutup dan negara itu berada di bawah jam malam malam. Biasanya di Mesir jamaah penuh mengisi masjid dan pembeli berkerumun di pasar saat Ramadhan. Orang-orang terkasih berkumpul bersama untuk berbuka puasa. Kafe penuh dengan pengunjung yang mengobrol. Dan lentera Ramadhan memancarkan cahaya warna-warni di jalanan yang ramai. Di beberapa daerah warga membunyikan drum ketika membangunkan penduduk untuk sahur.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar