Halaman

Selasa, 28 April 2020

Ramadhan dan Kebangkitan Umat


REPUBLIKA.CO.ID, Oleh Iu Rusliana
Puji syukur kita panjatkan, masih berkesempatan melaksanakan ibadah shaum hari keenam. Situasi yang baru, dalam kondisi memprihatinkan. Wabah sedang melanda dunia dan tak boleh ada aktivitas beragama yang dapat dilakukan bersama di masjid atau mushalla.  
Pandemi corona memberikan pelajaran bahwa tuna-ilmu pengetahuan dan teknologi adalah keterbelakangan. Itulah mengapa, Islam menekankan pentingnya ilmu pengetahuan. Kebangkitan umat hanya mungkin, ketika ilmu pengetahuan menjadi pegangan. Dalam ilmu pengetahuan dan teknologi ada kekuatan, tidak hanya politik, tapi juga bisnis, ekonomi, militer, sosial dan budaya. 
Inilah makna dari pesan Tuhan, bahwa manusia beriman, beramal saleh dan berilmu diangkat derajatnya lebih tinggi (QS al-Mujadalah:11). Ramadhan adalah bulan ilmu pengetahuan. Mari jadikan momentum menempa sumber daya insani. Menguasai ilmu pengetahuan akan menjadi kekuatan tak tertandingi, sebagaimana sejarah bangsa-bangsa yang berkuasa dan saat ini. 
Begitu pentingnya ilmu pengetahuan, sampai disebutkan kewajibannya sejak dari awal hingga helaan terakhir napas kehidupan. Wahyu pertama kepada Nabi Muhammad SAW mendorong manusia untuk membaca (iqra) dengan menyebut nama Tuhan yang menciptakan. Tidak perlu lagi memisahkan antara ilmu agama dan ilmu umum. Ayat qauliyyah harus dikaji, didalami, bahkan dengan menggunakan ilmu pengetahuan (tafsir bil ‘ilmi). 
Ayat kauniyyah juga harus dikaji, karena ciptaan-Nya, berbagai petunjuk diberikan kepada mereka yang berakal dan berpikir. Apapun yang memberikan manfaat dan kemajuan bagi manusia dalam tugasnya sebagai khalifah, dalam konteks ibadah, imarah dan imamah harus dipelajari dan dikembangkan.
Ketidaktahuan pada virus corona membuat umat manusia gagap, kejumawaan ilmu pengetahuan runtuh seketika. Siapa yang menjadi korban, pasti mayoritasnya umat Islam yang secara ekonomi masih banyak yang berkesusahan.
Jadilah pembelajar, karena lorong gelap kehidupan, disrupsi yang terjadi akan dapat diikuti dengan bekal ilmu pengetahuan. Gelombang perubahan tak dapat dielakkan. Kukuh dengan keimanan, terus menebar amal saleh, tak mudah terbawa arus ketidakpastian, namun sanggup menari dalam perubahan, hanya mungkin jika cukup ilmu pengetahuan. “Ya Tuhanku, tambahkanlah kepadaku ilmu pengetahuan,” (QS Taha: 114).
Manusia pertama, Nabi Adam AS, ketika hendak diutus ke dunia dibekali ilmu pengetahuan.  “Dan (ingatlah) ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat, “Aku hendak menjadikan khalifah di bumi. “Mereka berkata, “Apakah engkau hendak menjadikan orang yang merusak dan menumpahkan darah di sana, sedangkan kami bertasbih memuji-Mu dan menyucikan nama-Mu?” Dia berfirman: “Sungguh, aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui.” Dan Dia ajarkan kepada Adam nama-nama benda semuanya, kemudian Dia perlihatkan kepada para malaikat, seraya berfirman, “Sebutkan kepada-Ku nama semua benda ini, jika kamu yang benar!” (QS al-Baqarah: 30-31). 
Wallaahu a'lam.

Senin, 20 April 2020

Umat Muslim Sambut Ramadhan


Sumber :

Pandemi virus corona akan mengubah perayaan bulan Ramadan bagi 1,8 miliar umat Muslim di seluruh dunia.
Ramadan tahun ini diperkirakan akan dimulai Jumat besok, 24 April, karena masih menunggu tanggal pastinya.
Konsep Ramadan yang identik dengan kegiatan sosial, seperti buka puasa dan shalat tarawih, tidaklah mungkin dilakukan bersama-sama, saat banyak negara sedang menerapkan pembatasan aktivitas warganya.

Untuk tetap menjalankan tradisi Ramadan tanpa melanggar imbauan 'lockdown', umat Muslim harus beralih ke jalur online.

Ramadhan di Dunia yang Berbeda


Oleh : RIZKY JARAMAYA, KAMRAN DIKARMA
Pekan ini sekitar 1,8 miliar Muslim di seluruh dunia akan menjalani Ramadhan. Bagi Muslim, Ramadhan menjadi momen beribadah serta kebersamaan bersama keluarga dan sahabat. Masjid-masjid biasanya lebih penuh dibanding hari lain.
Namun, Ramadhan kali ini tentu akan berbeda karena wabah virus korona sang penyebab Covid-19. Kebijakan menjaga jarak, larangan berkumpul, hingga lockdown atau karantina wilayah kini diterapkan di sejumlah negara demi mencegah penyebaran virus korona.
Selama lockdown berlangsung, masjid-masjid ikut ditutup, ibadah berjamaah ditiadakan, dan jam malam telah diberlakukan. Pandemi virus korona jenis baru memang membuat Ramadhan kali ini akan berbeda.

Sabtu, 18 April 2020

Di Tengah Wabah Covid-19, Umat Islam Siap Sambut Ramadhan



REPUBLIKA.CO.ID, WINTER PARK --- Seorang warga Seattle, Washington, Amerika Serikat, Maggie Mohamed sangat menantikan bisa menghabiskan bulan suci ramadhan di negara asalnya, Mesir. Namun dengan adanya pandemi virus corona membuat penerbangan menuju ke negaranya pun tak bisa dilakukan.


Meski begitu, Mohamed punya teman dan kerabat untuk menemani berbuka puasa alakadarnya. Pria yang berusia lebih dari 65 tahun itu mengaku tak bisa mengambil risiko untuk kembali ke negara asalnya. "Sangat menyedihkan, tetapi kami sangat senang, saya tak menganggapnya sebagai hukuman. Saya menganggapnya sebagai seruan bangkit," tutur Mohamed seperti dilansir HuffPost pada Sabtu (18/4).



Makanan dan Minuman Kegemaran Rasulullah


REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Tiap orang punya selera masing-masing. Masakan Indonesia boleh jadi memiliki cita-rasa yang khas atau berbeda, misalnya, dengan sajian Eropa atau Oriental. Semua itu sebagai tanda keberagaman budaya tempat manusia tinggal.
Rasulullah SAW pun memiliki makanan dan minuman favoritnya. Bagaimanapun, seperti diriwayatkan dari Aisyah RA, beliau menyukai minuman yang manis dan dingin. "Minuman yang paling disukai Rasulullah adalah minuman yang manis dan dingin”(HR Tirmidzi).
Begitu pula dengan makanan. Beliau menggemari makanan yang manis-manis rasanya. Misalnya, buah-buahan yang segar--termasuk kurma, sajian khas Jazirah Arabia.
Dari Aisyah RA, ia berkata, Rasulullah SAW gemar makanan manis-manis dan madu (HR Bukhari.
Selain madu, Nabi SAW juga susu sebagai sumber nutrisinya. Malahan, Rasul SAW mengatakan, susu seperti makanan yang dapat diminum karena dapat mengenyangkan. "Tidak ada sesuatu pun yang bisa berfungsi sebagai makanan sekaligus minuman selain susu,” demikian sabda beliau, seperti diriwayatkan Imam Tirmidz.
Perhatikanlah, semua jenis makanan dan minuman kegemaran beliau memiliki kandungan nutrisi yang baik bagi kesehatan.
Pola atau jenis makanan dan minuman seringkali dikaitkan dengan pengobatan. Karena makanan atau minuman adalah penentu proses metabolisme pada tubuh kita. Makanan dan minuman yang baik pasti sehat untuk tubuh kita.
Dan, Rasulullah sallallahu alaihi wasallam telah mencontohkannya. Dengan mengikuti pola makan dan minum Rasulullah sallallahu alaihi wasallam, kita sebenarnya sedang menjalani terapi pencegahan penyakit dengan makanan dan minuman (attadawi bil ghidza).

Kamis, 09 April 2020

Ketika Pandemi Corona Mengubah Tradisi Ramadhan di Dunia



REPUBLIKA.CO.ID, oleh Andrian Saputra, Kiki Sakinah, Antara

Ramadhan tahun ini kemungkinan akan dilalui dengan sangat berbeda oleh umat Muslim di seluruh dunia. Beberapa belas hari menuju Ramadhan umat Muslim masih dibayangi oleh pandemi Covid-19.

Di Indonesia, Kementerian Agama sedang menggodok panduan beribadah selama Ramadhan. Besar kemungkinan masyarakat tidak dibolehkan sholat berjamaah di masjid termasuk saat tarawih, tidak boleh ada kegiatan buka puasa bersama, termasuk larangan menggelar sholat Id dan bersilaturahim ke tetangga dan keluarga.

Malaysia sudah jelas melarang bazar Ramadhan digelar di kota-kotanya. Kemeriahan Ramadhan bahkan dibayangi oleh pemutusan hubungan kerja di banyak rumah di seluruh dunia.

Suasana di dua kota suci Makkah dan Madinah juga dipastikan berbeda dibandingkan tahun sebelumnya. Tahun ini tidak ada jamaah yang datang dari berbagai negara. Jelang Ramadhan, dua kota suci ini lebih sepi menyusul kebijakan baru yang dikeluarkan pemerintah Arab Saudi yang memberlakukan kebijakan jam malam sejak Senin (6/4).

Selasa, 07 April 2020

Kewajiban Orang yang Menunda Qadha Puasa Hingga Ramadhan



REPUBLIKA.CO.ID, Menjelang Ramadhan ini, tidak sedikit umat Islam yang masih memiliki utang puasa. Khususnya, para Muslimah yang mengalami menstruasi pada Ramadhan tahun lalu. Ada kalanya membayar qadha puasa tertunda karena satu dan lain hal.
Muslimah yang menunda qadha karena suatu keadaan dan kondisi, tetapi ternyata  belum mampu membayar utang puasanya hingga Ramadhan berikutnya memiliki kewajiban tambahan. Dia wajib  membayar fidyah.
Syekh Musthafa al-Bugha dalam Al-Fiqh Al-Manhaji menyebutkan, "Siapa yang luput puasa karena safar atau sakit, wajib baginya qadha sebelum masuk Ramadhan berikut. Jika ia tidak mengqadha karena malas-malasan (tidak ada uzur) hingga masuk Ramadhan berikutnya, ia berdosa.
Selain qadha puasa yang belum ditunaikan, ia juga harus menunaikan fidyah dengan memberi makan pada orang miskin setiap hari yang ia tinggalkan atau tidak berpuasa sebanyak satu mud. "Makanannya berupa makanan yang biasa dimakan di negerinya, lalu disedekahkan kepada fakir miskin."
Dalam Majmu' Fatawa Ibn Baz No 15, Syekh Abdul Aziz bin Abdullah bin Baz, mantan ketua Lajnah Ad Da'imah atau Komisi Fatwa Arab Saudi, menyebut bagi seseorang yang meninggalkan qadha hingga Ramadhan, padahal tidak memiliki uzur, ia tetap mengqadha puasa sebanyak yang ia tinggalkan dan memberi makan pada orang miskin dengan jumlah hari sebanyak puasa yang ditinggalkan.
"Dia wajib bertobat kepada Allah Subhanahu Wa Ta'ala dan dia wajib memberi makan kepada orang miskin bagi setiap hari yang ditinggalkan disertai dengan qadha puasanya. Ukuran makanan untuk orang miskin adalah setengah sha' Nabawi dari makanan pokok negeri tersebut (kurma, gandum, beras, atau semacamnya) dan ukurannya adalah sekitar 1,5 kg sebagai ukuran pendekatan. Dan, tidak ada kafarat (tebus an) selain itu. Hal inilah yang difatwakan oleh beberapa sahabat, seperti Ibnu Abbas.
"Namun, apabila dia menunda qadhanya karena ada uzur, seperti sakit atau bersafar, atau pada wanita karena hamil atau menyusui dan sulit untuk berpuasa, maka tidak ada kewajiban bagi mereka selain mengqadha puasanya," ujarnya.
Urutan dalam mengqadha puasa pun tidak harus pada pekan yang sama atau berturut- turut. Umat Islam boleh membagi-baginya selama tidak masuk ke bulan Ramadhan berikutnya. n wallahualam