Halaman

Selasa, 07 November 2023

Runtuhnya Bisnis Yahudi pada Masa Nabi Bukan Hanya karena Perang


REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pertempuran dan peperangan bukan suatu faktor yang paling berpengaruh terhadap keruntuhan monopoli bisnis kaum Yahudi di jazirah Arab ketika masa kenabian. Ada faktor lain yang juga berpengaruh dan berhasil meruntuhkan monopoli bisnis Yahudi dengan segala kelicikannya.

Faktor pertama adalah tidak berlakunya lagi sistem riba yang dijalankan Yahudi dalam perniagaan orang-orang Arab. Ketika datangnya Islam, perdagangan dan pinjam-meminjam dengan sistem riba diharamkan. Itulah sebabnya semua umat Islam membuang jauh-jauh racun perdagangan yang bernama riba itu.

Faktor kedua adalah munculnya para pedagang-pedagang unggul dari kalangan umat Islam seperti Suhai Ar Rumi, Abdurrahman bin Auf, Abu Bakar Ash Shiddiq, Umar bin Khattab dan Utsman bin Affan. Khususnya Abdurrahman bin Auf, ia merupakan orang Islam yang berhasil membuat banyak pebisnis Yahudi kala itu gulung tikar karena tidak dapat menyaingi kepandaiannya dalam berbisnis.


Dan yang perlu diingat adalah Nabi Muhammad SAW sendiri merupakan seorang pebisnis yang andal pada saat sebelum diangkat menjadi rasul. Namun kemudian, beliau memutuskan untuk lebih berkonsentrasi dalam memimpin dan membina umat.

Setelah Nabi Muhammad SAW wafat, pemerintahan Islam atau yang lebih dikenal dengan sebutan Khilafah diamanahkan kepada umat Islam. Masa awal khilafah Islam dipegang oleh empat pahlawan Islam yang terkenal, yaitu Abu Bakar Ash Shiddiq, Umar bin Khattab, Utsman bin Affan dan Ali bin Abi Thalib. Masa pemerintahan mereka disebut Khulafaur Rasyidin.

Pada masa ini, kaum Yahudi yang berada dalam perlindungan pemerintahan Islam ketika itu sangat dilindungi bahkan diberikan keleluasaan dalam bekerja dan berbisnis. Mereka berbisnis seperti halnya umat Islam lainnya.

Pada generasi selanjutnya, pemerintah Islam cenderung pada sistem kerajaan dan kesultanan. Kehidupan kaum pada masa kesultanan pun tak berbeda. Mereka hidup dan melakukan aktivitas bisnis dalam perlindungan kesultanan Islam.

Mereka tidak berani berpikir untuk menentang, apalagi melakukan pemberontakan. Kecuali pada masa pemerintahan kesultanan Islam terakhir, yakni kondisi pemerintahan Islam pada saat itu benar-benar sangat lemah.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar