Halaman

Selasa, 15 Agustus 2023

Tiga Keutamaan Istighfar


Dalam perjalanan hidup ini, ada saja kesalahan dan kekhilafan yang kita lakukan, baik disengaja maupun tidak disengaja. Untuk itu, kita harus senantiasa beristighfar pada Allah SWT seraya meminta ampun atas segala dosa dan menyesalinya serta bertekad untuk tidak mengulanginya di kemudian hari.

Ternyata hikmah dan keutamaan istighfar tidak hanya tentang pengampunan dosa, tetapi juga tentang hati yang tenang dan rezeki yang tidak disangka-sangka, sebagaimana sabda Rasulullah SAW, “Barangsiapa yang senantiasa beristighfar, niscaya Allah memberikan jalan keluar dari setiap kesempitannya, kelapangan dari setiap kesedihannya, dan rezeki dari arah yang tak disangka-sangka.” (HR Abu Daud).

Dari hadis Rasulullah SAW tersebut dapat dipahami bahwa ada tiga keutamaan istighfar.


Pertama, jalan keluar dari setiap kesempitan. Sebagaimana kita ketahui bahwa hidup ini penuh dengan cobaan dan ujian. Jika kita tidak sabar menghadapinya, maka kita akan tertekan.

Banyak kasus bunuh diri terjadi di negara maju yang salah satu sebab terbesarnya adalah stres, yaitu tertekan dengan dahsyatnya ujian yang menimpa. Hal tersebut terjadi karena si pelaku bunuh diri sudah tidak menemukan jalan keluar dari permasalahannya. Inilah pentingnya peran agama menjawab segala kejadian dan peristiwa dalam hidup.

Itulah mengapa Allah SWT mengutus para rasul dan menurunkan kitab-kitab. Orang yang tidak beragama akan kesulitan menemukan cahaya yang menunjukinya pada jalan yang benar. Ia menganggap bahkan meyakini bahwa mengakhiri hidupnya sendiri adalah jalan keluar yang terbaik.

Kedua, kelapangan dari setiap kesedihannya. Orang mukmin bukanlah orang yang tidak pernah merasakan kesedihan. Begitu juga para nabi dan rasul.

Mereka semua hanyalah manusia biasa. Sama-sama memiliki perasaan dan hati. Tetapi mereka memiliki pedoman hidup yang membuat mereka mampu meredam kesedihan tersebut.

Rasulullah SAW pun pernah merasakan kesedihan mendalam, sebagai terdapat dalam firman Allah SWT, “Sungguh, Kami benar-benar mengetahui bahwa dadamu menjadi sempit (gundah dan sedih) disebabkan apa yang mereka ucapkan. Maka bertasbihlah dengan memuji Tuhanmu dan jadilah engkau termasuk orang-orang yang sujud (shalat).” (QS al-Hijr [15]: 97-98).

Betapa indahnya firman dan pesan Allah SWT tersebut. Saat Rasulullah SAW ditimpa kesedihan mendalam disebabkan olokan dan ejekan kaum musyrik Mekah, beliau tidak diperintahkan untuk membalasnya dengan ejekan pula, tetapi diberi petunjuk agar memuji Allah SWT dan melakukan shalat.

Terkait ayat tersebut, dalam tafsir Ibnu Katsir disebutkan, “Jika Nabi SAW menghadapi suatu masalah, maka beliau melakukan shalat.” (HR Ahmad).

Bukankah dalam shalat ada ungkapan permintaan ampunan atau istighfar, yaitu ucapan atau doa saat seseorang duduk di antara dua sujud?

Begitu juga setelah shalat, bacaan pertama yang dianjurkan adalah istighfar. Itulah mengapa Rasulullah SAW juga bersabda, “Ketenangan hatiku dijadikan dalam shalat.” (HR Ahmad).

Ketiga, rezeki dari arah yang tak disangka-sangka. Salah satu sebab terhalangnya seseorang dari rezeki adalah dosa, sebagaimana sabda Rasulullah SAW, “Tidaklah akan bertambah umur seseorang kecuali dengan kebaikan dan tidaklah dapat menolak takdir kecuali doa. Sesungguhnya seseorang akan ditahan rezekinya karena dosa yang ia lakukan.” (HR Ibnu Majah).

Yang perlu ditekankan bahwa tiga keutamaan istighfar tersebut akan kita rasakan jika kita senantiasa beristighfar pada Allah SWT kapan pun dan di mana pun. Bukan sekadar istighfar dengan lisan, tetapi juga disertai penyesalan mendalam atas segala dosa dan air mata kejujuran tobat pada Allah SWT.

 


Tidak ada komentar:

Posting Komentar