Peran ulama, santri
dan tokoh-tokoh Islam dalam perjuangan menegakkan kedaulatan bangsa dan Negara
sangat besar. Mereka bahkan rela mengorbankan harta, tenaga serta jiwa mereka
dalam berjuang dan mempertahankan kemerdekaan.
Namun, generasi muda
dewasa ini telah kehilangan ruh dan akarnya. Karena, mereka telah lupa dengan
sejarah kepahlawanan pendahulunya. Kita tidak akan menemukan pohon yang besar
sampai mencakar langit tanpa ditopang dengan akar yang kuat. Kita tidak akan
mampu membangkitkan semangat kepahlawanan dalam diri generasi kita, jika mereka
buram dalam sejarah perjuangan kaum muslimin dalam meraih kemerdekaan
Indonesia.
Ketidakpahaman
seseorang dengan sejarah maka ia tak akan mengenal tentang dirinya. Sebab tak
ada seorang manusia yang dapat dikatakan menyadari dirinya sendiri jika ia
tidak mengenal leluhur-leluhurnya. Ketidaktahuan kita terhadap sejarah, kita
tak akan mengenal semangat yang menghidupkan mereka, pengorbanan yang mereka
hadapi, prestasi-prestasi mereka dalam kehidupan ekonomi, politik, jihad,
pemerintahan dan yang lainnya.
Dampaknya, ketika
seseorang tak mengenal sejarah para generasi dan leluhurnya. Mereka tidak akan
tergugah oleh duka nestapa, tragedi-tragedi mereka, perjuangan dan pengorbanan
mereka, kegemilangan-kegemilangan dan kemenangan-kemenangan mereka. Serta tidak
mendapatkan inspirasi, harapan dan cita-cita mereka.
Bahkan,
ketidakpahaman kita terhadap sejarah maka kita tidak akan mampu merajuk masa
depan. Sejarah telah jelas, bahwa ia sangat memiliki peran penting dalam
kehidupan seseorang, pandangan seseorang akan jauh menatap kedepan jika
mengenal sejarahnya. Tahu tentang cita-cita para pejuang Islam dalam
kemerdekaan, semangat mereka dalam dakwah dan kerinduan mereka dalam jihad.
Salah satu penyebab
generasi muda Islam hari ini tak mengenal sosok pahlawannya, karena pengajaran
dan penulisan sejarah bertolak dari dasar pemikiran deislamisasi. Peran ulama
dan santri dalam membela bangsa dan Negara dipinggirkan dan ditiadakan.
Selain deislamisasi
sistem penulisan sejarah Indonesia di zaman orde lama dan orde baru, yang lebih
mengutamakan Hindum'sasi dan Buddhanisasi berdampak dalam penerbitan buku
sejarah SD, SMP dan SMA, hampir 95% berisikan sejarah Hindu dan Buddha walapun
penduduknya hanya kisaran 2,5% dari penduduk Indonesia.
Realitas penulisan
sejarah Indonesia yang dengan sengaja meminggirkan Islam, Ulama dan santrinya
sebagai pelaku sejarah cukup lama terbiarkan. Olehnya itu, sejarah Indonesia
dalam berbagai peristiwa yang dilaluinya mesti diajarkan secara konfrhensif
dengan pengajaran yang jujur.
Peranan ulama dan
tokoh-tokoh Islam dalam mengawal perjuangan merebut kemerdekaan hingga
mempertahankannya. Perjuangan kemerdekaan bangsa Indonesia mengusir kaum
imperialis (penjajah) dari tanah air Indonesia tidak lepas dari pernanan besar
ulama, santri dan tokoh-tokoh Islam negeri ini.
Bahkan, tidak
sedikit di antara mereka menjadi lini terdepan dalam memperjuangkan
kemerdekaan. Sehingga, tak sedikit pula di antara mereka yang gugur sebagai
seorang syuhada. Tak terhitung jumlah ulama, santri dan tokoh-tokoh Islam sebagai
pahlawan. Namun, diantaranya oleh pemerintah Republik Indonesia ditetapkan
sebagai pahlawan nasional. Kita ketahui Pangeran Diponegoro, Tuangku Imam
Bonjol, Teuku Umar serta masih banyak lagi yang mengobarkan semangat jihad
dalam mengusir dan membuat hengkang para penjajah dari bumi pertiwi ini.
Begitupun dengan
resolusi jihad yang dikumandangkan oleh KH. Hasyim Asy'ari yang Merupakan
Pendiri NU dan Juga ada KH. Ahmad Dahlan yang dikenal
sebagai pahlawan kemerdekaan nasional karena jasa-jasanya dalam membangkitkan
kesadaran bangsa Indonesia melalui pembaharuan pendidikan pemikiran umat Islam
yang merupakan pendiri Muhammadiyah.
Selain itu, para kyai dan ulama kemudian mengirimkan para santrinya untuk bergabung dengan laskar militer seperti Hizbullah dan Sabilillah untuk ikut berjuang dalam mempertahankan kemerdekaan Indonesia.
Guna mempertahankan kemerdekaan Republik Indonesia maka para ulama bersama para santrinya ikut angkat senjata dalam organisasi kemiliteran, baik dalam laskar Hizbullah, Sabilillah, bersama BKR, TKR, TRI dan TNI selama perang kemerdekaan 1945-1950, melawan tentara sekutu Inggris dan NICA.
Banyak dari para ulama menjadi tokoh sentral baik dalam kepemimpinan laskar militer ataupun sebagai penggerak santri atau masyarakat untuk ikut berjuang dalam mempertahankan kemerdekaan Indonesia.
Kiprah ulama, santri dan tokoh-tokoh Islam dalam memperjuangkan dan mempertahankan kemerdekaan Indonesia begitu panjang, nama mereka telah tercatat dengan tinta emas sebagai seorang syuhada. Kemerdekaan Indonesia hari ini yang telah sampai di usia 74 tahun adalah warisan para ulama yang mesti dijaga dengan baik.
Sebab, mereka telah membasahi negeri ini dengan tetesan darah, keringat dan air mata. Sejarah perjuangan mereka seharusnya membangkitkan kesadaran dan semangat bagi setiap generasi Islam di negeri ini. Ustadz Bachtiar Nasir pernah mengatakan, "Seandainnya bumi nusantara (Indonesia) ini dibelek (dibelah) menjadi dua, maka yang keluar adalah darahnya para ulama."
Tapi kini, ruh perjuangan para ulama itu hampir tak terwariskan dalam diri generasi muda hari ini. Mereka kehilangan semangat dalam melanjutkan cita-cita perjuangan kemerdekaan Indonesia. Berjuang dalam menegakkan aqidah Islamiyah, mendekatkan masyarakat kepada Islam.
Menurut saya, bahwa kemerdekaan Indonesia bukan hanya melepaskan diri dari penjajah, tetapi juga melepaskan diri dari segala bentuk kesyirikan dan penyembahan kepada selain Allah, memberantas kezaliman dan menegakkan keadilan sesuai dengan wahyu Allah. Dan itu adalah kemerdekaan hakiki bagi setiap muslim.
Salah satu upaya dalam mempertahankan perjuangan ulama dahulu adalah menyeru kepada masyarakat untuk mentauhidkan Allah. Kembali kepada Islam secara kaffah, menjadikan Islam sebagai jalan hidup dan solusi terhadap seluruh masalah yang di hadapi saat ini.
Sebab, Islam dan
NKRI suatu kesatuan yang telah menyatu dan tak bisa dipisahkan. Kita bisa ber
Islam secara kaffah, menjadi mukmin yang sholeh dan juga bisa menjadi warga
Negara yang baik sesuai dengan worldview Islam.
@Wallahu 'alam bishowab...
Penulis: Muhammad Akbar, S.Pd
Tidak ada komentar:
Posting Komentar