Ramadhan di Tanah Air biasanya dipenuhi acara dan kegiatan sosial, seperti buka bersama, reuni angkatan, berburu takjil, serta mengisi sore hari dengan berbagai aktivitas mengasikkan atau istilahnya 'ngabuburit.' Ishikawa Muslim Society (IMS) - sebuah komunitas Muslim di Prefektur Ishikawa, Jepang - juga 'ngabuburit' dengan cara berbeda.
Mereka menyebutnya iftar party, atau pesta buka puasa yang kali ini mengundang seorang relawan Palestina. Istilah iftar party
sudah familiar di kalangan komunitas Muslim di Jepang. Pada hakikatnya
acara ini mengundang masyarakat nonMuslim untuk berbuka puasa bersama,
sembari mengenalkan Islam sebagai agama yang cinta damai.
Acara
yang digelar di Masjid Umar bin Al Khattab, Kanazawa ini menghadirkan
Tomoki Piekenbrock (25 tahun). Dia seorang mahasiswa program pertukaran
internasional (short term exchange program) di Universitas Kanazawa yang
selama setahun pada 2014 pernah menjadi relawan di Palestina.
Tujuannya
supaya generasi muda lebih mengenal dunia luar. Pria yang akrab disapa
Tom ini pernah bekerja di tiga tempat, mulai dari Taman Kanak-Kanak,
sekolah dasar, sampai hotel kecil.
"Alasan saya memilih Palestina karena saya ingin belajar bahasa Arab dan saya tertarik dengan negara ini," katanya.
Wajah
Tom tampak sendu mana kala dirinya bercerita sambil mempresentasikan
foto dan video ketika sedang berada di Palestina. Tom yang notabene
seorang nonMuslim sangat prihatin dengan kondisi masyarakat, khususnya
Muslim di kota suci tiga agama tersebut.
"Coba bayangkan
seandainya Anda tinggal di Jepang. Kanazawa itu umpamanya daerah yang
dikontrol Palestina, namun begitu Anda keluar satu meter saja dari
Kanazawa, maka itu sudah tidak di bawah kontrol Palestina lagi.
Bagaimana mungkin kita bisa tinggal di negara seperti itu?" kata Tom.
Tom
mengatakan banyak sekolah di Palestina yang dibangun dari bahan dan
peralatan sederhana, seperti tumpukan ban mobil. Anak-anak tetap
belajar, meski mereka tahu sewaktu-waktu tentara penjajah bisa saja
datang dan menghancurkan tempat mereka.
Anggota IMS, Hikmah
Balbeid menilai pentingnya solidaritas untuk saudara-saudara Muslim di
Palestina. Menurutnya, orang-orang Islam itu bersaudara, sehingga sudah
wajar jika membantu sesama saudara tanpa memandang batasan negara dan
bangsa.
"Dari segi kemanusiaan, masalah Palestina adalah
pelanggaran hak asasi manusia yang sudah berjalan puluhan tahun,
berlangsung terus menerus, dan kondisinya semakin memburuk. Apakah kita
membiarkan saja keadaan ini? Mari tanyakan pada hati kita," katanya.
Anggota
IMS lainnya, Dian Novitasari mengatakan acara sore itu dihadiri lebih
dari 100 orang yang merupakan masyarakat lintas agama, dewasa dan
anak-anak. Iftar party kali ini paling ramai dibanding hari-hari
sebelumnya Pengunjung yang hadir, khususnya orang-orang Jepang tampak
serius menyimak seluruh pemaparan Tom.
"Ada puluhan warga
Jepang yang hadir. Mereka sangat terkejut, geleng-geleng kepala ketika
mendengar dan melihat kondisi Palestina," ujarnya kepada Republika.
Masyarakat
Jepang sama seperti Indonesia, yaitu negara multiagama. Meski demikian,
keberagaman kepercayaan di Negeri Sakura tersebut tak pernah merusak
kerukunan yang ada.
Sumber : http://republika.co.id
Tidak ada komentar:
Posting Komentar