Halaman

Kamis, 24 Mei 2018

*KISAH JAD SI ANAK YAHUDI ......*

Assalaamu’alaikum wa rahmatullahi wa barakaatuhu. Saudaraku
Jad, adalah seorang bocah berusia 7 tahun di era tahun 40-an. Dia tinggal bersama keluarga nya di salah satu apartemen di suatu kota di Perancis. Dia terlahir dari keluarga Yahudi yg taat dan berpendidikan tinggi. Ibu nya adalah salah seorang professor di universitas terkemuka di Perancis kala itu.
Di salah satu sudut lantai dasar apartemen tsb, ada satu toko kecil "serba ada" yg menjadi tempat bagi warga sekitar untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari mereka, termasuk keluarga Jad. Toko itu milik seorang berkebangsaan Turki, Ibrahim, 67 tahun, seorang yg sangat sederhana dan bukan dari kalangan berpendidikan tinggi.
Jad kecil hampir setiap hari berbelanja di toko ini. Bila berbelanja, selalu, tanpa sepengetahuan Ibrahim, setidaknya begitu persangkaan nya, dia diam2 mengambil sepotong permen coklat. Sampai suatu hari dia lupa mengambil (maaf: mencuri) coklat tsb.
Ketika melangkah meninggalkan toko, Ibrahim memanggil nya dan berkata, "Jad, kamu lupa sesuatu, Nak." Jad kecil pun memeriksa belanjaan nya. Tetapi, tidak ditemukan sesuatu yg terlupakan.
"Bukan itu," kata Ibrahim. "Ini," sambil memegang coklat yg biasa diambil Jad. Tentu saja Jad kaget dan ketakutan. Takut, bila Ibrahim menyampaikan 'hal memalukan' tsb ke orang tua nya. Reaksi nya, dia bengong dan pucat.
"Tidak apa-apa, Nak ...... Mulai hari ini kau boleh mengambil satu coklat gratis setiap6 berbelanja sebagai hadiah. Tapi .... berjanjilah utk jujur mengatakan nya," kata Ibrahim sambil tersenyum.
Sejak hari itu, Jad menjadi sahabat Ibrahim. Dia tidak hanya datang menjumpai Ibrahim untuk berbelanja, tetapi juga menjadi tempat bercerita dan menumpahkan keluh kesah nya.
Bila menghadapi suatu masalah, Ibrahim adalah orang yg pertama diajak nya berbicara. Dan, bila itu terjadi, Ibrahim tidak pernah langsung menjawab nya, namun selalu menyuruh Jad untuk membuka halaman satu buku tebal yg tersimpan di suatu kotak kayu. Ibrahim akan membaca dua halaman tsb tanpa suara, kemudian menjelaskan jawaban dari masalah yg dihadapi Jad.
Hal tsb berlangsung selama lebih kurang 17 tahun. Sampai satu ketika salah seorang anak Ibrahim mendatangi Jad dan memberikan kotak tsb kepada nya sembari membawa berita yg sangat menyedihkan Jad, yg saat itu telah menjadi seorang pemuda. Ibrahim, sahabat sejatinya, telah berpulang. Wafat.
Kotak berisi kitab itu diterima nya penuh haru. Jad memperlakukan nya dengan takzim sebagai representasi Ibrahim.
Satu ketika, saat ia berhadapan dengan satu masalah pelik, ia mengambil kotak dan membuka kitab yg ada di dalam nya, sebagaimana yg sering dia lakukan dengan Ibrahim. Ternyata kitab itu bertuliskan huruf Arab. Dia pun memohon kepada teman nya yg berkebangsaan Tunisia untuk menjelaskan makna dari 2 halaman yg dipilih nya secara acak.
Sang teman ini pun kemudian membacakan makna tulisan itu. Sungguh, apa yang disampaikan sahabat nya, seakan bagai jawaban khusus bagi masalah yg sedang dia hadapi ...... Jad lalu bertanya kepada sahabat nya, "Ini kitab apa .....?"
*"Al-Qur'an"*, kitab suci Umat Islam," demikian jawaban teman nya. Jad pun kaget dan takjub mendengar hal tsb. Dia pun langsung bertanya bagaimana syarat utk menjadi seorang Muslim. Dijawab oleh Si Tunisia: "Mudah, mengucapkan Syahadat dan berusaha menjalankan Syariah."
Hari itu juga Jad masuk Islam dan mengubah nama nya menjadi *Jadullah Al-Qurani*. Dia berjanji untuk mempelajari Al-Quran dengan sebaik-baik dan semampunya.
Tentu saja keluarga nya yg beragama Yahudi, terutama ibu nya yg seorang profesor, sulit menerima hal tsb dan berusaha untuk mengembalikan Jad kepada keyakinan nya semula. Sang ibu berjuang dengan berbagai cara, bahkan mengajak teman-teman dari kalangan intelektual Yahudi untuk memberi pengertian pada Jad. Ini berlangsung selama 30 tahun, tetapi tetap tidak berhasil.
"Pengaruh Ibrahim yg bersahaja, ternyata mengalahkan semua orang-orang pintar di sekitar Jad."
Jadullah pernah berkata: "Saya menjadi Muslim di tangan seorang lelaki yg justru tidak pernah berbicara tentang agama .....
Tak pernah berkata:
"Kamu Yahudi !"
"Kamu Kafir !"
"Belajarlah agama !"
"Jadilah muslim !"

Tapi .... ia menyentuh saya dengan "akhlak", sebaik-baik nya perilaku. Memperkenalkan kepada saya sebaik-baik nya kitab, Al-Qur'an."
Jadullah mempelajari Al-Qur’an serta memahami isi nya, kemudian dia berdakwah di Eropa hingga berhasil mengIslamkan enam ribu Yahudi dan Nasrani.
Suatu hari, Jadullah membuka lembaran-lembaran Al-Qur'an hadiah dari Ibrahim itu. Tiba-tiba dia mendapati satu lembaran bergambarkan peta dunia. Pada saat mata nya tertuju pada gambar benua Afrika, tampak di atasnya tertera tanda tangan Ibrahim dan dibawah tanda tangan itu tertuliskan ayat:
((اُدْعُ إِلَى سَبِيلِ رَبِّكَ بِالْحِكْمَةِ وَالْمَوْعِظَةِ الْحَسَنَةِ…!!))
"Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan pelajaran yg baik !! ...." (QS. An-Nahl: 125)
Dia pun yakin bahwa ini adalah wasiat dari Ibrahim dan dia memutuskan untuk melaksanakan nya.
Beberapa waktu kemudian, Jadullah meninggalkan Eropa dan pergi berdakwah ke negara-negara Afrika, di antara nya adalah Kenya, Sudan bagian selatan (yang mayoritas penduduk nya adalah Nasrani), Uganda, serta negara-negara sekitar nya. Jadullah berhasil mengIslamkan lebih dari 6.000.000 (enam juta) orang dari suku Zolo, ini baru satu suku, belum dengan suku-suku lain nya.
Jadullah Al-Qur'ani meninggal di thn 2003. Dalam prjalanan hidup nya sebagai seorang Muslim, 30 tahun lebih dia telah mengIslamkan lebih dari 6 juta orang di Afrika.
Sementara, ibu nya masuk Islam di tahun 2005, di usia 78 tahun, dua tahun setelah meninggal nya sang anak, Jadullah Al-Qur'ani.
Di sebagian fragmen cerita nyata ini, akhir nya menginspirasi sineas Perancis untuk memfilmkan nya dengan judul, *"MONSIEUR IBRAHIM et Les Fleurs du Coran" (Ibrahim dan Bunga-Bunga Quran)*. yg disutradarai Francois Dupeyron. Film ini dibintangi aktor legendaris Mesir Omar Sharif (sebagai Uncle Ibrahim) dan aktor muda berbakat Perancis, Pierre Boulanger (sebagai Jad, sang pemuda Yahudi).
Saudaraku ..... ini adalah kisah nyata luar biasa yg sangat inspiratif, terutama bagi para juru Dakwah.
Semoga kita termasuk muslim yg kaffah ......

Tidak ada komentar:

Posting Komentar