Halaman

Senin, 19 Juni 2017

Menjadi Manusia Ramadhan

Oleh: Rokhmin Dahuri
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pada zaman Rasulullah SAW, ada satu peristiwa menarik saat Idul Fitri tiba. Seorang anak perempuan menangis dan Rasulullah menghampirinya. Kepada anak ini, baginda Nabi SAW bertanya, "Apa gerangan yang menyebabkan kamu menangis demikian?"
Anak itu menjawab bahwa ia baru saja kehilangan sang ayah. Sehingga, ia sangat bersedih menyaksikan keluarga lain yang ayah dan ibunya masih hidup tampak sangat bahagia menikmati suasana Idul Fitri. Seketika Rasulullah menghibur gadis cilik ini dengan sebuah pertanyaan indah.


"Jika begitu, apakah engkau mau aku menjadi ayahmu?" Siapa yang tidak ingin berayahkan Rasulullah? Siapa yang tidak bangga jika pertanyaan ini datang dari Nabi sendiri? Seketika terkembang senyum kebahagiaan di bibir gadis cilik ini. Rasulullah telah menjadi ayahnya.

Kebaikan, apabila sudah mengakar, dia akan menjadi refleksi yang serta-merta keluar, termanifestasi, bahkan tanpa pertanyaan yang njlimet. Seperti yang diajarkan Rasulullah, beliau selalu mencontohkan agar setiap diri hendaknya menjadi bagian dari solusi.

Perhatikan sabda Nabi SAW, yakni Sebaik-baiknya manusia di sisi Allah adalah manusia yang paling banyak manfaatnya bagi sesama. Rasulullah mendorong setiap individu untuk mengambil peran, berbagi kelebihan (ilmu, harta, tenaga, dan kekuasaan) kepada insan yang kurang beruntung. Menjadi bagian dari solusi, dan bukan menjadi bagian dari masalah.

Negeri kita tercinta, Indonesia di usianya yang hampir 72 tahun memerlukan banyak sekali pertolongan dan amal saleh dari setiap individu warga negaranya. Di bidang ekonomi, napas negeri ini sedang terasa berat terbebani tingginya angka pengangguran dan kemiskinan.

Di ranah sosial, Indonesia memerlukan sebanyak-banyaknya tangan yang turun dan keberpihakan penguasa, untuk mengoreksi kesenjangan kelompok kaya versus miskin yang sangat besar (terburuk keempat di dunia) dan Indeks Pembangunan Manusia yang rendah.
Di bidang politik dan kenegaraan, negeri ini juga memerlukan banyak sekali kerja bersama, saling menolong dan menjaga, serta persaudaraan.

Ada banyak usaha amar makruf nahi mungkar yang perlu dilakukan oleh setiap individu warga negara. Sebulan penuh kita telah digembleng oleh universitas Ramadhan. Untuk menahan diri, mengendalikan hawa nafsu, berlomba dalam kebaikan, serta mendekatkan diri kepada Allah SWT. Jiwa manusia Ramadhan yang telah ditanamkan bulan suci ini, pada setiap individu selayaknya mampu menjadi api yang menyala terang untuk Indonesia.

Jika hampir 220 juta rakyat Indonesia yang Muslim, ter-sibghah oleh Ramadhan, satu per satu setiap individu akan menjadi bagian dari solusi. Maka selepas Ramadhan ini, ketika Idul Fitri, kita akan menjadi pribadi-pribadi solutif. Setahun ke depan, semangat Ramadhan ini akan hidup dalam diri kita, seluruh rakyat Indonesia. Sekali lagi, mari menjadi solusi, menjadi bagian dari jalan keluar dan bukan sebaliknya, malah menjadi bagian dari persoalan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar