Halaman

Rabu, 07 Juni 2017

Mengenali Puasa Sebagai Sarana Penyembuhan Diri

Puasa merupakan sarana penyembuhan efektif yang bisa dilakukan setiap manusia. Kenapa? Pada dasarnya, berpuasa adalah cara kita untuk mengistirahatkan organ-organ tubuh selama 11 bulan bekerja.  Sarana penyembuhan ini tentu tidak bisa terjadi begitu saja, dibutuhkan ketekunan dan disiplin yang baik dalam menjalankannya.
Ada delapan prinsip tasawuf untuk maju menuju tingkatan yang lebih baik, lebih halus. Kedelapan prinsip ini telah dibahas dalam buku Seni Penyembuhan Sufi, karangan Linda O' Riordan, R. N.
Berikut ulasannya:
  1. Zikr (mengingat)
Zikir adalah sarana untuk mendekatkan diri pada Tuhan. Kita telah melakukan proses pemurnian hati, pembersihan dan pelepasan, dengan melantunkan lafaz-lafaz zikir.

  1. Shumt (menikmati keheningan)
Berhenti berpikir dan mengatakan hal yang tidak perlu. Ini merupakan proses menenangkan lidah dan otak, juga beralih dari godaan eksternal menuju Ilahi.
  1. Fikr (berpikir, meditasi)
Fikr atau meditasi, adalah cara yang dilakukan seseorang untuk menenangkan diri dari hal-hal yang tidak perlu. Berhenti pada keadaan bertanya-tanya dan memusatkan perhatian ke dalam diri dengan konsentrasi pada satu titik. Hal ini akan membuat tingkat stress anda menurun, dan hidup lebih positif dengan berlatih ketenangan.
  1. Shawn (puasa)
Memuasakan tubuh dan pikiran. Proses ini termasuk puasa fisik, juga melepaskan diri dari hasrat dan keinginan otak serta persepsi indera eksternal. Proses ini adalah proses pembersihan dan regenerasi pada semua tingkat.
  1. Khalwat (bersunyi sendiri)
Berdoa dalam kesunyian adalah hal yang baik dilakukan. Hal ini memiliki dampak pada bagian eksternal maupun internal jiwa Anda, dan melepaskan diri.
  1. Sahr (bangkit)
Membangkitkan jiwa dan tubuh. Suatu proses mengembangkan kesadaran mata dan telinga, proses mendengarkan hati dan proses meraih akses menuju potensi diri yang tersembunyi. Bila kita bangkit, kita betul-betul menyadari misi kita dalam hidup ini, takdir kita dan kemampuan untuk terus memberi kontribusi pada proses evolusi.
  1. Ju'i (merasa lapar)
Merasakan lapar hati dan pikiran untuk bertahan mencari dan mendapatkan kebenaran. Proses ini melibatkan hasrat dan keinginan mendalam untuk tetap tabah dan sabar mencari jati sejati kita.
  1. Khidmat (melayani)
Dengan menyatu dalam kebenaran pemimpin dan menyatu dalam kebenaran eksistensi, Tuhan, seseorang menemukan jalan jiwa untuk pelayanan dan pertumbuhan pribadi.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar