Halaman

Minggu, 22 Januari 2017

Sempitnya Waktu

Saudara-Saudariku yang semoga selalu dilapangkan dalam kebaikan oleh Allāh Subhānahu wa Ta'ālā...

 Apakah kita..???

Sering luput dari
dzikir pagi dan petang?

Merasa tidak sempat untuk sholat rawatib?

Merasa sibuk untuk menghadiri majelis ilmu?

Kehabisan waktu untuk membaca 1 halaman Al Qur'an?

Merasa lelah ketika akan sholat malam?

Dan kehabisan agenda untuk mengunjungi  teman yang sakit?

 Tetapi kita...

Selalu sempat menonton berita di internet.

Tidak pernah ketinggalan up date dan mengikuti status di facebook.

Selalu aktif berkomentar dalam grup-grup watsapp.


 Apakah kita... ???

Merasa waktu kita sangat sempit dan sedikit untuk melakukan hal-hal bermanfaat?

Merasa kesibukan dunia kita terlalu padat sehingga sering berudzur meninggalkan ibadah kita?

 Mungkin... itu tanda tidak adanya keberkahan dalam waktu kita.

 Berkata seorang sahabat Nabi yang mulia Abdullah bin Mas'ud radhiyallahu anhu:

"Aku tidaklah menyesali sesuatu lebih besar dari pada penyesalanku terhadap satu hari yang berlalu, berkurang umurku, dan tidaklah bertambah amalku."

 Seorang ulama salaf, Hakim, juga berkata:

"Barangsiapa yang harinya berlalu tanpa ada kebenaran yang ia tegakkan; atau kewajiban yang ia laksanakan; atau kemuliaan yang ia raih; atau perbuatan terpuji yang ia kerjakan; atau kebaikan yang ia rintis, atau ilmu yang ia kutip. Sungguh ia telah mendurhakai waktunya, dan mendzolimi dirinya."

Maka mari kita perhatikan, bahwa para salafus shalih tidaklah menilai bahwa suatu waktu menjadi bermanfaat dari banyaknya kekayaan dihasilkan; atau gelar kehormatan yang diraih; atau ketenaran didapat.

 Tetapi, dari banyaknya amal sholih yang dihasilkan dari waktu tersebut.

 Para salaf terdahulu merupakan orang-orang yang sangat memperhatikan masalah waktu, mereka berkata:

"Sesungguhya menyia-nyiakan waktu itu  lebih berat daripada kematian, karena menyia-nyiakan waktu  memutuskan seseorang dari Allah dan akhirat, sedangkan kematian memutuskan seseorang dari keluarga dan dunianya."

 Berkata Hasan Al Bashri rahimahullah:

"Wahai anak Adam, sesungguhnya engkau adalah hari-hari. Apabila pergi harimu, berarti telah pergi sebagian dirimu."

"Tidaklah hari itu muncul bersama terbitnya fajar, keculai ia berkata:

'Wahai anak Adam, aku adalah makhluk yang baru, dan aku bersaksi atas amal-amalmu, maka berbekallah denganku, karena sesungguhnya bila aku pergi aku tidak akan kembali lagi sampai hari kiamat nanti'."

 Janganlah kita mengira bahwa perkataan mereka hanyalah perkataan kosong tanpa bukti.

Sebaliknya, sangat banyak catatan-catatan mengenai semangat mereka dan kesungguhan mereka dalam menjaga waktu.

 Di antaranya perkataan orang-orang tentang Abdullah putra Imam Ahmad:

"Demi Allah, kita tidak melihatnya kecuali ia sedang tersenyum, sedang membaca atau sedang menelaah kitab."
 Begitu pula, dikatakan  tentang Al Khatib Al Baghdadi:

"Tidaklah kami melihat beliau kecuali beliau sedang menelaah sebuah kitab."

 Imam Ad Dzahabi menyebutkan tentang Abdul Wahab Bin Abdil Wahhab Al Amiin:

"Sesungguhya ia sangat menjaga waktunya, tidaklah berlalu 1 jam kecuali ia membaca Al Qur'an atau berdzikir atau sholat tahajjud atau memperdengarkan bacaan Al Qur'an."

 Masih banyak kisah yang menakjubkan dari para salaf dalam memanfaatkan waktu..

 Berkata seorang murid Al Imam Abdur Rahman bin Mahdi rahimahullah tentang Imam Hammad bin Salamah:

"Seandainya dikatakan kepada Hamad bin Salamah bahwa esok ia mati, maka ia tidak sanggup lagi untuk menambah amalannya sedikitpun."

MasyaAllah..

Hal itu dikarenakan banyaknya amalan yang ia lakukan secara rutin!

 Berkata Ammar bin Raja':

"Saya melewati 30 tahun tidak makan dengan tanganku di malam hari, dan saudara perempuankulah yang menyuapiku, karena kesibukanku menulis hadist."

Begitu pelitnya beliau dengan waktu, sampai tidak mau waktunya berkurang karena makan!

 Tidak kalah mengagumkan kisah Imam Ibnu Jarir At Thabari. Dikisahkan bahwa ia berkata pada  teman-temannya:

"Apakah kalian berminat menulis tafsir Al Qur'an?"

Mereka menjawab:

"Berapa panjangnya?"

Ia berkata:

"30 ribu lembar."

Para sahabatnya terkejut dan berkata:

"Kalau begitu bisa habis umur kami."

Maka beliau pun meringkasnya menjadi tiga ribu lembar dan mendiktekannya kepada para sahabatnya selama 7 tahun.

Setelah selesai,  ia kembali berkata:

"Apakah kalian berminat pada tarikh (sejarah) sejak Nabi Adam sampai jaman kita ini?"

Mereka kembali bertanya:

"Berapa panjangnya?"

Dan beliau menyebutkan sebagaimana perkataan beliau pada tafsir, maka mereka menjawab dengan jawaban yang sama, maka Ibnu Jarir berkata:

"Inna lillah.. Sungguh telah mati kesungguhan."

Dan ia pun kembali meringkasnya sebagaimana ia meringkas tafsir.

 Kita mungkin tidak bisa meraih keberkahan seperti mereka, tapi setidaknya kita dapat mengusahakannya, agar waktu kita dapat menjadi ladang amal yang bermanfaat di akhirat kelak.

 Bukan sebaiknya, menjadi sumber penyesalan dan kerugian di akhirat nanti.

 Berikut beberapa cara agar waktu kita menjadi barakah adalah:

 Beriman dan bertakwa.

 Melazimi Al Qur'an, karena Allah berfirman yang artinya:

"Dan Kitab ini (Al Qur'an) yang kami turunkan dengan penuh berkah, maka ikutilah ia dan bertakwalah agar engkau mendapat rahmat."

(QS Al An'am: 155)

 Memperbanyak beramal sholih baik dengan hati, lisan dan perbuatan.

 Bersegera beramal sejak pagi hari, sebagaimana doa Rasulullah shalallahu alaihi wa sallam:

"Ya Allah, berkahilah umatku pada pagi hari mereka."

 Menjaga sholat fajr (sholat subuh) karena menjaga sholat subuh adalah kunci keberkahan sepanjang hari.

 Belajar ilmu atau mengajarkannya.

Maka, mari kita bersungguh sungguh memanfaatkan waktu kita.

Ingatlah, bahwa suatu saat nanti kita akan menghadapi hari dimana kita harus mempertanggung jawabkannya.

 Hari di mana seorang raja tidak akan meminta kembali istananya; seorang pemimpin tidak akan meminta kembali kekuasaannya dan orang yang kaya tidak akan meminta dikembalikan hartanya.

Tetapi mereka semua akan meminta dikembalikan WAKTU yang mereka habiskan tanpa amal shalih!

جعلنا الله مباركاً أينم كنا
 Semoga Allāh Subhānahu wa Ta'ālā selalu memberkahi dimanapun kita berada.

Aamiin..

Tidak ada komentar:

Posting Komentar