Halaman

Kamis, 14 April 2016

MARI KITA AMBIL HIKMAHNYA DARI KISAH INI !! Malaikat Pencabut Nyawa Menangis Saat Cabut Nyawa Wanita Ini, Siapakah Dia?

malaikat Maut pernah menangis waktu mencabut nyawa seorang wanita. Kisahnya yang mengharukan tercantum dalam Tadzkirah oleh Imam Qurthubi.
“Aku pernah menangis waktu mencabut nyawa seorang wanita, ” kata Malaikat Maut. “Saat itu ia baru saja melahirkan di padang pasir. Saya menangis waktu mencabut nyawanya karena mendengar bayi itu menangis dan tak ada seorang pun ada disana. ”
Tanpa sepengetahuan Malaikat Maut, karena ia cuma ditugaskan untuk mencabut nyawa, Allah Subhanahu wa Ta’ala lantas menyelamatkan bayi itu dengan caranya hingga lalu ia tumbuh besar serta jadi seorang ulama yang dicintaiNya.
Dalam riwayat lainnya diceritakan cerita yang berbeda. Malaikat Maut ditugaskan mencabut nyawa seorang wanita yang tenggelam di sungai. Yang membuatnya menangis, wanita itu memiliki dua anak yang masih kecil. Ke-2 anak itu tidak ditakdirkan meninggal sehingga mereka selamat sampai ke tepian, bahkan juga Malaikat Maut turut membantunya menepi.
Melihat dua anak yang masih kecil tersebut, Malaikat Maut menangis karena ia harus mencabut nyawa ibunya. Mereka akan jadi anak-anak sebatang kara.
Tahun demi tahun berlalu, dua anak itu akhirnya tumbuh dewasa. Dan dengan izin Allah, ke-2 anak itu sama-sama menjadi raja di dua daerah yang berbeda.
***
" Kita tak pernah tahu kapan Malaikat Maut akan tiba mencabut nyawa. Satu yang pasti, tidak akan ada yang mampu memajukan serta menunda kematian sesaatpun ketika
Allah telah menetapkan waktunya.
وَلِكُلِّ أُمَّةٍ أَجَلٌ فَإِذَا جَاءَ أَجَلُهُمْ لَا يَسْتَأْخِرُونَ سَاعَةً وَلَا يَسْتَقْدِمُونَ
Tiap-tiap umat memiliki batas waktu ; jadi jika sudah datang waktunya mereka tidak dapat mengundurkannya barang sesaatpun dan tidak dapat (pula) memajukannya.
(QS. Al A’raf : 34)
قُلْ لَا أَمْلِكُ لِنَفْسِي ضَرًّا وَلَا نَفْعًا إِلَّا مَا شَاءَ اللَّهُ لِكُلِّ أُمَّةٍ أَجَلٌ إِذَا جَاءَ أَجَلُهُمْ فَلَا يَسْتَأْخِرُونَ سَاعَةً وَلَا يَسْتَقْدِمُونَ
Katakanlah : “Aku tidak berkuasa mendatangkan kemudharatan dan tdk (pula) kemanfaatan kepada diriku, tetapi apa yang dikehendaki Allah”. Tiap-tiap umat mempunyai ajal. Jika sudah datang ajal mereka, maka mereka tidak bisa mengundurkannya barang sesaatpun serta tak (pula) mendahulukan (nya). (QS. Yunus : 49)
وَلَنْ يُؤَخِّرَ اللَّهُ نَفْسًا إِذَا جَاءَ أَجَلُهَا وَاللَّهُ خَبِيرٌ بِمَا تَعْمَلُونَ
Dan Allah sekali-kali tidak akan menangguhkan (kematian) seseorang apabila telah datang waktu kematiannya. Dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan. (QS. Al Munafiqun : 11)
Bahkan meskipun Malaikat Maut iba pun, hal itu takkan menunda kematian yang sudah dijadwalkan oleh Allah Subhanahu wa Ta’la.
Namun, kita juga tidak boleh terlalu takut dengan masa depan anak-anak dan keturunan kita. Mereka hidup, tumbuh dan besar bukanlah karena kita namun atas kehendak Allah Subhanahu wa Ta’ala. Seperti kisah diatas, bahkan ditinggal oleh orangtuanya sekalipun, Allah yang akan melindungi mereka.
Yang justru perlu kita persiapkan dan lebih kita cermati adalah bekal kita menghadapi kematian. Siapkah kita menghadapi alam barzakh. Siapkah kita menghadapi hari kebangkita. Siapkah kita menghadapi yaumul hisab waktu seluruh amal kita di buka dihadapan semua makhluk. Sudahkah kita memikirkan, kalau Malaikat Maut datang secara tiba-tiba kepada kita, dimana rumah kita nantinya ; surga atau neraka?
TOLONG SEBARKAN ARTIKEL PENUH HIKMAH INI SEMOGA BERMANFAAT BUAT KITA SEMUA (((AMIIN)))
Sumber : Kisahikmah. com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar