Peristiwanya terjadi di Palembang, di Ulak Paceh. Ketika Pak AR
ditugaskan di sana, ada seorang ulama yang sangat dikenal dan sangat
dihormati di desa itu. Sayang ulama itu sangat benci dengan
Muhammadiyah. Pada masa itu Muhammadiyah masih termasuk baru. Mungkin
beliau itu sudah terpengaruh isu-isu buruk yang ditujukan kepada
Muhammadiyah. Karena itu setiap orang Muhammadiyah selalu disikapi
secara sinis. Apalagi Pak AR orang baru, datang dari Jawa (Yogyakarta)
dan langsung bertugas di sekolah Muhammadiyah. Karena itu Pak AR juga
selalu disikapi dengan acuh, dingin dan kadang-kadang masam. Kebetulan,
kalau Pak AR mau mengajar selalu lewat di depan rumahnya.
Akhirnya, pada suatu hari ulama itu menjawab salam dengan lengkap
“Wa’alaikum salam warahmatullahi wabarakaatuh” disertai senyum manis.
Karena jawabannya lengkap Pak AR berhenti dan menjabat tangan ulama itu
sambil tersenyum. Di luar dugaan pembicaraan menjadi panjang dan pada
akhirnya ulama itu bertanya ; “Apa Guru ini orang Muhammadiyah” (Pak AR
di Ulak Paceh biasa dipanggil guru). Jawab Pak AR ; “Ya, saya orang
Muhammadiyah. Dulu belajar di Darul Ulum Muhammadiyah Yogya” “Jadi Guru
ini benar-benar orang Muhammadiyah?” tanya ulama itu lagi sambil menatap
dengan tajam. “Ya, saya orang Muhammadiyah” kata Pak AR. “Lho kok baik”
kata ulama itu.
Pak AR tersenyum sambil bertanya ; “Apa orang Muhammadiyah itu jelek?
Kata siapa ?” Jawab ulama itu ; “Ya kata orang-orang, Muhammadiyah itu
Wahabi, suka mengubah agama dan suka mengkafirkan orang lain” kata ulama
itu. “Lha itu kan kata orang, tetapi sekarang Angku sudah melihat
sendiri, saya ini orang Muhammadiyah, bukan hanya kata orang-orang” kata
Pak AR. “Iya-ya, kalau begitu orang-orang itu tidak benar” kata ulama
itu. “Begitulah” kata Pak AR. “Kalau begitu, begini”; kata ulama itu
lebih lanjut. ”Besuk malam Jum’at, Guru saya undang untuk yasinan.
“Baik, insya Allah”, kata Pak AR, meskipun beliau merasa bingung juga
bagaimana yasinan itu, karena Pak AR tidak pernah diajari yasinan.
Selama beberapa hari, menjelang malam Jum’at Pak AR berpikir keras
bagaimana kalau tiba-tiba diminta memimpin yasinan, padahal belum pernah
ikut yasinan dan tidak tahu bagimana cara yasinan itu.Namun akhirnya
ketemu juga kiat, kalau diminta tampil dalam yasinan itu. Pada malam
Jum’at yang dijanjikan berangkatlah Pak AR menghadiri undangan ulama
itu. Dan benar juga dugaan beliau, bahwa beliau akan diminta tampil
dalam yasinan itu.
Maka ketika kesempatan diberikan pada Pak AR, Pak AR bertanya apakah
hadirin sudah sering ikut yasinan? Dijawab oleh mereka serempak : “Sudah
Guru”. “Selama ini yasinannya seperti apa?” tanya Pak AR. “Ya, seperti
biasa,” jawab mereka. “Jadi bapak-bapak sudah bisa semua, sudah hafal
semua?” tanya Pak AR lagi. “Ya, sudah hafal” jawab mereka bersama-sama.
“Bagaimana kalau sekarang kita yasinan model baru, supaya bapak-bapak
punya pengetahuan lebih luas dan punya pengalaman lain? Setuju ?” tanya
Pak AR. “Setuju” jawab mereka serempak.
Kemudian kata Pak AR ; ”Sekarang kita baca Surat Yasin satu ayat demi
satu ayat”. Lalu dibacalah ayat pertama, kemudian diminta salah seorang
mengartikan. Kalau tidak bisa Pak AR membantu. Setelah selesai
diartikan, kemudian oleh Pak AR dijelaskan apa itu Surat Yasin yang
sering dibaca itu, kemudian arti dan maksud ayat-ayat itu. Meskipun
malam itu hanya memperoleh dua tiga ayat rupanya hadirin cukup puas.
Bahkan ada permintaan dapat dilanjutkan pada saat yasinan yang akan
datang. Kata Pak AR. “Kalau saya, sebagai orang muda, saya terserah saja
pada hadirin sekalian. Tetapi yang paling penting tergantung pada Al
Mukarom Angku Ulama, orang tua kita itu”.
Di luar dugaan, ulama itu menyetujuinya. Meskipun demikian Pak AR
tidak serta merta minta mengisi setiap malam Jum’at, tetapi supaya
berselang-seling. Malam Jum’at, malam gasal yasinan model lama yang
mimpin Angku Ulama, dan pada malam Jum’at malam genap yasinan model baru
yang ngisi Pak AR. Lama-lama Angku Ulama itu menyerahkan pimpinan
yasinan itu kepada Pak AR dan jadilah yasinan itu menjadi pengajian
tafsir Al Qur’an. Begitulah, rupanya dulu Pak AR juga sudah melaksanakan
dakwah kultural.
Sumber : suaramuhammadiyah.com
Sumber : suaramuhammadiyah.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar