REPUBLIKA.CO.ID, Keberadaan Masjid Besar Banjaran sangat
vital bagi masyarakat sekitarnya. Beberapa warga ada yang menggantungkan
hidupnya lewat berdagang di masjid yang berlokasi di Kaum Tengah, Rt 04
Rw 02 Desa Banjaran Kulon Kecamatan Banjaran Kabupaten Bandung ini.
Lokasi masjid ini cukup strategis dan selalu ramai. Di sebelah
alun-alun Banjaran, warga sekitar banyak beraktifitas di sekitaran
masjid. Mulai dari kegiatan ekonomi sampai sosial.
Menurutnya, masjid tersebut hingga saat ini masih berperan besar
dalam menyebarkan syiar-syiar keislaman. Selain untuk tempat shalat,
masjid ini juga digunakan untuk syiar Islam, misalnya dari segi
pendidikan. Sejak tahun 2000 silam, sudah didirikan Madrasah Diniyah dan
Raudatul Athfal (Taman Kanak-kanak) Miftahul Ulum. Usia sekolah ini
sudah hampir 15 tahun.
Pendidikan keagamaan tetap menjadi perhatian bagi pengurus Masjid
Besar Banjaran. Sebab, lewat pendidikan itulah, syiar Islam dapat terus
ditransfer ke generasi mendatang.
"Terutama soal penerangan agama. Selain untuk salat, masjid ini juga
untuk syiar Islam. Pertama mendirikan madrasah dan RA (Raudhatul
Athfal). Mengadakan pengajian. Baik itu mingguan dan bulanan," ujar
Iman.
Saat peringatan hari besar Islam, seperti Idul Fitri dan Tahun Baru
Hijriah, kegiatan pun selalu diaktifkan dengan memberdayakan kalangan
remaja di sekitar masjid. Saat ini pun ada kegiatan untuk membina
kalangan remaja masjid. Pembinaan ini dilakukan memberikan ilmu
keislaman kepada mereka, dari mulai setelah Magrib sampai Isya.
Iman mengatakan bisanya pesertanya berasal dari kalangan lulusan
madrasah ibtidaiyah di sekitar masjid tersebut. Pembinaan remaja masjid
ini memang untuk mewadahi para remaja untuk terus menjaga keilmuan
keagamaannya.
"Ada pembinaan remaja masjid, lalu ditambah dengan kegiatan pengajian
setelah Maghrib untuk anak muda. Jadi yang keluar dari SD atau madrasah
itu ditampung," ujar dia.
Iman mengatakan, di masjid besar ini, bakal didirikan sebuah
pesantren sebagai pusat kegiatan pendidikan keislaman bagi warga
Banjaran, khususnya para anak muda. Karena pesantren ini tidak memiliki
asrama atau tempat penginapan, santrinya pun belajar hanya dari Magrib
hingga pukul 20.00 WIB. "Biasa disebutnya mah santri kalong," kata dia.
Pendidikan di dalam Islam memang begitu penting. Maka tak heran
pendidikan untuk para remaja di masjid tersebut sedang dalam proses
pengembangan. Sekarang masih dalam proses pencarian tenaga pengajar ilmu
keagamaan. "Lagi disiapkan para tenaga pengajarnya," ujar Iman.
Selain setelah Magrib, kegiatan kepesantrenan di masjid ini
rencananya juga akan digelar setelah shalat Subuh. "Nantinya mau ba'da
Subuh juga," tutur dia.
Selain itu, ia menjelaskan, peran masjid besar Banjaran ini juga
untuk menyatukan seluruh organisasi masyarakat (ormas) Islam yang ada di
kalangan masyarakat. Seluruh ormas Islam dipersilakan untuk menggelar
kegiatan Islami di masjid tersebut.
Menurutnya, keberadaan masjid juga untuk merangkul semua lapisan
masyarakat. Selama ini, beberapa majelis taklim, seperti majelis taklim
Al-Hidayah di antaranya, rutin menggelar pengajian di masjid ini.
Masjid besar Banjaran sudah didirikan pada zaman penjajahan Belanda,
yakni sekitar awal tahun 1900-an. Dahulu, bahan bangunan masjid
setengahnya adalah kayu. Interior kayu terletak pada tiang-tiangnya yang
totalnya berjumlah 32. Setelah bertahun-tahun, pada sekitar 1980-an,
barulah masjid besar Banjaran ini mulai dipugar.
Semua lapisan masjid kini menjadi berbahan semen dan pasir. Awalnya
masjid ini disebut sebagai Kaum Banjaran. Sebutan ini karena ketika itu
sebutan masjid memang biasa disebut dengan istilah Kaum. Saat itu,
istilah Kaum sering digunakan sebagai tempat untuk berakad nikah.
Saat itu juga, di wilayah Kabupaten Bandung, tiap alun-alun memang
terdapat masjid. Misalnya, di alun-alun Soreang, di sebelahnya, terdapat
masjid besar. Menurut Iman, konsep tersebut sudah dibikin oleh pihak
penjajah Belanda.Konsep desain lokasi pembangunan masjid dibuat
sedemikian rupa agar berdekatan dengan taman yang biasanya memang selalu
dipenuhi keramaian.
Lahan masjid saat itu merupakan pemberian wakaf dari Raden
Gandakusuma, seorang tokoh besar di Kabupaten Bandung ketika itu.
"Tadinya ini tanah wakaf. Dari orang Banjaran asli," ujar dia.
Pemberian wakaf itu untuk dibangun masjid. "Dulu belum begini bangunannya. Dulu disebut Kaum Banjaran," tambah dia.
Saat itu, di depan masjid terdapat kulah atau bak besar yang
digunakan untuk berwudu. "Baru pada 1980-an direnovasi seperti ini,"
ujar dia.
Akibat pembangunan Masjid Besar Banjaran ini, syiar Islam pun menjadi
berkembang. Banyak masyarakat yang beraktifitas di masjid tersebut.
Apalagi, keberadaan masjid berdampingan dengan alun-alun. "Dulu,
keberadaan alun-alun itu identik dengan keberadaan masjid," kata Iman.
Luas lahan masjid besar ini sekitar 50 x 50 meter persegi. Sedangkan
luas bangunannya sekitar 30 x 25 meter. Saat ini, ada rencana untuk
melakukan pemugaran Masjid Besar Banjaran. Pemugaran ini untuk
memodernkan desain masjid. Selain itu, nantinya bangunan masjid akan
menjadi dua tingkat.
"Pengurus juga sudah merencanakannya. Sudah dibuat persetujuan dari
para tokok-tokoh masyarakat terutama para ulama. Nantinya akan dua
tingkat. Modelnya agak maju dan modern," kata dia.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar