Halaman

Senin, 03 Agustus 2015

HEDONIC TREADMILL...

"Kenapa makin tinggi income seseorang, ternyata makin menurunkan peran uang dalam membentuk kebahagiaan ?"
Kajian-kajian dalam ilmu financial psychology menemukan jawabannya, yang kemudian dikenal dengan nama “hedonic treadmill”.
Gampangnya, hedonic treadmill adalah seperti ini : "Saat gajimu 5 juta, semuanya habis. Saat gajimu naik 30 juta per bulan, eh semua habis juga.
Kenapa begitu ? Karena ekspektasi dan gaya hidupmu pasti ikut naik, sejalan dengan kenaikan penghasilanmu. Dengan kata lain, nafsumu untuk membeli materi/barang mewah akan terus meningkat sejalan dengan peningkatan income-mu. Itulah kenapa disebut hedonic treadmill, seperti berjalan diatas treadmill, kebahagiaanmu tidak maju-maju...!"
Nafsu materi tidak akan pernah terpuaskan. Saat income 10 juta/bulan, mau naik Avanza. Saat income 50 juta/bulan pengen berubah naik Alphard. Itu salah satu contoh sempurna tentang jebakan hedonic treadmill.
Hedonic treadmill membuat ekspektasimu akan materi terus meningkat. Itulah kenapa kebahagiaanmu stagnan, meski income makin tinggi.
Ada eksperimen menarik : "Seorang pemenang undian berhadiah senilai Rp 5 milyar dilacak kebahagiaannya. Enam bulan setelah ia mendapat hadiah, apa yang terjadi ? Enam bulan setelah menang hadiah 5 milyar, level kebahagiaan orang itu SAMA dengan sebelum ia memenangkan undian berhadiah. Itulah efek hedonic treadmill."
Jadi apa yang harus dilakukan agar kita terhindar dari jebakan hedonic treadmill ? Lolos dari jebakan nafsu materi yang tidak pernah berujung ?
Terapkanlah gaya hidup yang bersahaja ! Sekeping gaya hidup yang tidak silau dengan gemerlap kemewahan materi.
Makin banyak berbagi, makin banyak memberi kepada orang lain ternyata justru semakin membahagiakan. Bukan banyak mengumpulkan materi yang membuat kebahagiaanmu terpuaskan ! When enough is enough.
Kebahagiaan itu kadang sederhana : "Misal masih bisa menikmati secangkir kopi panas, memeluk anggota keluarga kita yang kita cintai, murah senyum, menyapa dan mengasih tip ke tukang sampah, membaca "makanan" spiritual sepanjang perjalanan menuju tempat tugas, berbakti untuk bangsa, mendalami agama, maka betapa indahnya hidup ini !

Tidak ada komentar:

Posting Komentar